Sebelas ~Tebakan jebakan~

2.2K 241 26
                                    

"Ma, Febi mau ke kamar dulu ya." pamit Febi saat sang ibu mempersilakan Angga duduk.

Cewek itu buru-buru memasuki rumahnya, tidak mengacuhkan Wanda yang akan membuka mulutnya. Febi yang melihat Mike tengah leyeh-leyeh manja di sofa ruang keluarga menggendong kucing itu. Dan membawanya ke dalam kamar.

"Kenapa mas Angga balik lagi? Udah bagus itu makhluk minggat." gumam Febi sambil mengusap kepala Mike yang menggelepar di atas kasurnya.

Cewek itu berbaring dengan kaki yang dinaikkan ke diding. Menyandar nyaman di dinding kamarnya. Ini posisi ternyamannya, meskipun kata Wanda hal itu sangat tidak anggun. Tapi mana Febi peduli, yang penting gebetan tidak melihat. Itu tidak menjadi masalah.

"Mike," panggil Febi yang tidak mendapat jawaban. Cewek itu mendengus kesal dan mata yang menatap langit-langit kamarnya seolah dapat menembusnya.

"Mike." panggil Febi sedikit lebih keras.

'Meong.' jawab kucingnya dengan lemah.
Febi menoleh melihat kucing besarnya ternyata sudah tertidur.

"Eh dasar. Dikit dikit ngorok." ejek Febi kemudian memilih untuk ikut memejamkan mata.

Febi mengerutkan dahi saat melihat tempat asing di depan matanya. Tetapi saat matanya melihat seorang anak perempuan berusia tujuh tahun dengan dress berwarna kuning kekanak-kanakan. Cewek itu menahan nafasnya.

'Tidak. Jangan lagi.'

Febi menutup mulutnya, cewek itu menggigit bibirnya saat dia kembali melihat anak perempuan itu berlari kecil menuju rumah sederhana bercat putih. Febi memaksa menggerakkan kakinya yang terasa kaku mengikuti anak perempuan itu.

'Tidak, tidak jangan masuk.' teriak Febi yang ternyata tidak terdengar. Cewek itu berusaha berteriak sekali lagi dan hasilnya tetap sama. Tidak ada suara yang bisa dia keluarkan.

Anak perempuan itu mengetuk pintu dan seorang remaja laki-laki berusia sekitar tujuh belas tahun yang membukakan.

"Mas Angga, Ayu ada?" tanya anak itu dengan suaranya yang khas anak kecil.

"Ayu sedang ke warung, kamu mau tunggu di dalam?"

"Heem." gumam anak itu dengan kepala mengangguk semangat hingga rambutnya yang dikuncir dua bergerak mengemaskan.

"Febi mau main sama mas Angga?" tanya Angga saat Febi yang menggerakkan kakinya bosan karena menunggu Ayu.

"Mau, main apa?" tanya Febi nyaris berteriak semangat.

"Kita main polisi pencuri."

"Polisi pencuri?" gumam Febi bingung. Selama ini dia bermain banyak permainan, tapi kenapa baru sekarang dia mendengar nama permainan itu?

"Mau." ucap Febi setelah berpikir lama.

Angga yang mendengar jawaban anak perempuan itu tersenyum. Cowok itu berjalan menuju kamarnya dan kembali dengan seutas tali berwarna merah di tangannya.

"Buat apa?" tanya Febi saat Angga berlutut di depannya.

"Mas Angga mau ikat Febi?" tanya Febi pelan. Dia belum pernah diikat. Dan hal itu pasti sakit.

Febi menyembunyikan kedua tangan di belakang tubuh saat Angga akan mengikat tangannya. Angga mengerutkan dahi tidak suka dan mendongak menatap Febi tajam. Hingga anak perempuan itu meringkuk takut.

"Febi gak mau diikat!" ucap Febi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Anak perempuan itu buru-buru bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. Berniat untuk menunggu Ayu di rumahnya saja. Tetapi Angga mencengkeram tangannya kasar. Memaksa agar Febi kembali duduk di tempatnya.

Freak GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang