Tujuh Belas ~ Patung di depan rumah ~

1K 97 1
                                    

Lagi bucin sama Arkan.

Febi mengerjapkan matanya, kemudian cepat bangun dari posisi tidurnya saat sadar dia bukan berada di kamarnya. Cewek itu menunduk saat merasa ada yang beda di tubuhnya.

"Eh Ayam!" teriak Febi yang melihat bajunya berbeda.

Cewek itu spontan berdiri dan melihat sekeliling kamar dengan nuansa merah muda. Semuanya serba merah muda dan baju yang Febi kenakan juga berwarna merah muda. Setelan baju tidur itu berwarna merah muda bermotif bunga dandelion?

"Tenggorokan gue kok seret gini ya?"

Febi keluar dari kamar yang dia tidak tahu milik siapa. Cewek itu mengendap menuju dapur saat telah tahu rumah ini pernah dia datangi. Rumah Arkan, tapi kenapa dia bisa ada di sini?

"Kering banget tenggorokan gue." gumamnya lagi sambil menuang air ke dalam gelas kaca.

Kemudian meminum air mineral itu rakus, tenggorokan nya terasa gersang sudah seperti padang pasir saja. Cewek itu melompat terkejut saat lampu dapur tiba-tiba menyala. Febi mengusap dadanya, menenangkan jantungnya yang masih berdetak cepat. Matanya menemukan cowok yang berdiri di ambang pintu dan menekan saklar lampu.

"Woah bang. Lo ngagetin aja." celetuk Febi kesal.

Arkan menyandarkan tubuhnya pada dinding dan sesekali menguap. Dia terbangun karena mendengar suara dari arah dapur. Arkan tadi sengaja tidur di kamar tamu yang ada di sebelah kamar yang Febi tempati. Berjaga jika Febi membutuhkan sesuatu.

"Ngapain malam-malam di dapur?"

Mendengar suara Arkan yang serak membuat Febi jadi terbayang oppa oppa nya yang ada di Korea. Dia sering mendengar suara serak pria-pria Korea itu di drama.

"Mau mangkal. Ya haus bang, mau minum."

"Di meja nakas kan ada air Feb,"

"Gue harus jaga-jaga bang, siapa tau air itu udah terkontaminasi. Gini gini gue jaga kesehatan."

Arkan mendesah pasrah dengan ucapan Febi yang tidak jelas. Cowok itu kemudian melangkah ke ruang keluarga dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang diikuti Febi. Febi menyandarkan punggungnya dengan kepala mendongak. Menatap langit-langit rumah Arkan yang dihiasi lampu gantung kristal mewah. Dengan iseng Febi berpikir harga lampu gantung itu.

Mahal gak ya? Kalo dijual duit gue bakal banyak dong?

Febi terkekeh dengan pikiran matre nya. Arkan menjitak kening Febi saat cewek itu terkekeh sendiri. Arkan melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul dua pagi.

"Mikir aneh kan lo?" tanya Arkan menebak isi pikiran absurd Febi.

"Hehe...enak aja. Gue masih polos tau," ucap Febi bersungut-sungut.

"Eh, emang gue ada bilang lo udah gak polos?"

Pernyataan Arkan telak membuat Febi tersedak ludahnya sendiri. Cewek itu mengembungkan pipinya dengan mata menatap liar sekeliling. Enggan melihat Arkan yang menatapnya penuh perhatian.

"Apaan sih bang. Kok lo gak jelas,"

Arkan mengerutkan dahinya bingung dengan cewek di sebelahnya yang masih enggan menatapnya. Telunjuknya menunjuk dirinya sendiri.

Dia tidak jelas? Bukannya yang aneh malah Febi?

"Feb, makasih." ucap Arkan tiba-tiba.

Febi menoleh pada Arkan terkejut. Dia berpikir untuk menjual lampu mewah di rumah Arkan dan sekarang cowok itu malah berterima kasih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Freak GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang