Bertemu namja aneh

215 10 2
                                    

"Ya ya ya... apa yang kamu lakukan?" Soo Hee menarik baju namja yang hampir terjatuh ke sungai Han.

"Lepaskan..." Namja yang coba Soo Hee tolong memberontak. Namun Soo Hee terus menarik namja asing itu. Mereka berdua terjatuh.

Sebenarnya ini bukan gaya Soo Hee yang ikut campur urusan orang lain. Tapi dia masih menyadari kalau dia masih seorang manusia.

"Yaaaa... kalau ingin bunuh diri jangan di depan orang." Namja itu seperti meraba mencari sesuatu.

:: Soo Hee pov

Aku bingung melihatnya meraba-raba seperti mencari sesuatu, apa dia mencari iPod nya? Tapi itu ada tepat di hadapannya.

"Apa kamu mencari ini?" Aku menyodorkan iPod miliknya. Dia masih meraba-raba di udara mencari-cari.

Apa dia tidak bisa melihat?

Aku menyelipkan iPod itu di tangannya dan mencoba membantunya berdiri.

"Tidak usah." Namja asing ini malah menolak bantuanku.

"Apa-apaan sih. Dibantuin nggak bilang 'terima kasih', malah marah."

"Kau..." sambil mencoba meraba wajahku. Dan aku menampiknya.

"Yeoja?"

"Ne, wae? Berani sekali meraba wajah orang."

"Kamu, carikan CD yang kamu jatuhkan tadi!"

"Mwo?"

"Kalau kamu tidak menarikku, CD itu tidak akan jatuh."

"Kenapa tidak kamu cari sendiri?"

Aku tidak bermaksud mengatakan hal itu.

Dia pergi meninggalkanku, bahkan dia hafal jalan tanpa menggunakan alat bantu apapun. Saat aku perhatikan kemana perginya, ternyata dia turun ke arah sungai. Karena aku khawatir, terpaksa aku menyusulnya.

Dia melepaskan sepatu yang dia pakai dan mulai memasuki air sungai Han di siang hari musim dingin tahun ini.

"Ya ya ya, cepat kembali!"

Aku kembali menariknya ke tepi sungai.

"Biarkan aku yang mencarinya, mungkin masih tersangkut. Duduk di sana."

Dia menuruti perkataanku. Dia benar-benar buta? atau dia buta namun sehebat itu bisa menghafalkan jalanan di dekat sungai Han?

"Yaaaaaa, CD itu masih tersangkut, cepat pegang tanganku!"

Dia menuju ke arahku lalu dia mengulurkan tangannya yang panjang kepadaku.

"Pegang yang kuat." Kalau sampai lepas, bukan cuma CD itu yang hanyut tapi aku juga akan ikutan hanyut. Huft.


...


Kami duduk di tepian sungai Han setelah lelah mendapatkan apa yang namja ini inginkan.

"Hanya demi benda ini kamu ingin terjun dari sana?"

"Kau siapa?"

"Jawab dulu pertanyaanku."

"Aku Tao."

"Aku tidak tanya namamu."

"Tapi aku tanya."

"Terserah lah, aku Soo Hee, Kim Soo Hee. Aku pergi dulu." Aku melenggang pergi karena tidak ada yang ingin aku ketahui lebih dari dirinya orang asing yang aneh.


...


"Ah, kenapa musim dingin jadi sangat merepotkan sih? Andai musim semi lebih cepat datang."

Entah aku berada pada golongan manusia macam apa.

Aku pembenci apa yang sedang aku jalani, bahkan musim-musim yang berlaku mutlak di negara ini.
Kecuali musim semi.

"Apa tidak ada jalan lain selain lewat jalan ini? Aku benar-benar sudah bosan."

"Bosan?"

Aku terkejut mendengar suara berat yang tiba-tiba muncul di dekatku. Aku celingukan mencari sosok gaib (?) itu.

"Yaaaaaa, kau mengejutkanku."

"Apa kata 'bosan' itu favoritmu?"

"Aku bahkan berharap tidak bertemu siapapun hari ini."

Aku melenggang pergi dan tidak mempedulikannya.

"Terima kasih untuk tempo hari."


...

"Setidaknya kapan ini semua berakhir?"

Apa yang dicari semua orang hingga mereka bisa tertawa menikmati hidupnya?

Apa ada yang salah denganku?

Aku hanya duduk diam di halte dan tidak menyadari entah sudah berapa bus yang lewat di halte itu. Hingga

"Argh. Yak..."

Seseorang menarikku naik ke bus, saat kami turun hanya ada bukit yang mengelilingi kami. Tidak selesai sampai di sana, dia mengajakku berlari.

"Ya ya ya... apa yang kamu lakukan?" Dia malah mengajakku berlari lebih kencang.

"Tao ssi, kamu tahu jalannya? Hati-hati!" Aku berteriak keras padanya.


...

Setelah lelah berlari dia malah tertawa.

"Kenapa tertawa?"

"Bukankah ini seru? Aaaaaaaaaaaa."

Bukannya diam, dia malah berteriak. Aku bahkan tidak sadar sampai dimana aku berlari bersamanya. Dipuncak sebuah bukit, apa ini keajaiban? Dia buta dan dia bisa mengajakku sampai ke tempat ini.

"Berteriaklah."

"Shireo, aku pulang saja." Dia berhasil menahanku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa..." Aku melihat ekspresinya berteriak membuatku geli dan ingin tertawa.

"Bukankah itu terlalu dibuat-buat, teriak tuh kayak gini Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..."


"Yaaaaaaaaaaaa..."

Kami tertawa bersama.


Kenapa aku tertawa? Tertawa untuk apa?


...

"Kamu tahu jalan pulang?"


Dia hanya tersenyum.


...

"Yaaa, ini sudah malam dan kita belum menemukan jalan pulang. Harusnya aku tidak mengikutimu."

"Hahaha, harusnya seperti itu."

Kami berbincang menembus malam, hingga tiba di sebuah tanah yang lapang di bukit yang lain.

"Apa kamu sudah bisa melihat sesuatu yang indah?" Tao duduk di atas rerumputan di puncak bukit. Kemudian menarikku duduk di sampingnya.

"Kamu sengaja tidak mencari jalan pulang tapi malah ke tempat ini?"

"Apa bintang paling besar masih berada di sana?" Tao menunjuk ke arah langit.

"Apa menjawab pertanyaanku begitu merepotkan? Bukan di sana tapi di sana." Aku menuntun tangannya ke arah yang lain di langit.

"Aku kira tidak akan ada yang berubah."

"Mana ada yang seperti itu."

"Aku berharap ada yang tetap tinggal di tempat semula."

"Mungkin juga ada? Aku tidak pernah memperhatikan hal-hal seperti itu. Apa kita akan menghabiskan malam dengan memandang bintang-bintang saja? Aku lapar."

"Ada penginapan dekat sini."

"Mwo penginapan? Jangan bercanda."

"Hahaha, kita makan malam di sana dan pulang."

"A a a... arraseo. Ngomong-ngomong tempat ini baru terlihat lebih indah. Yaaaaaaaaaaa..."

"Hidupmu benar-benar tidak menyenangkan?"

"Tentu saja, takdirku hidup bukan untuk bersenang-senang tapi untuk membayar hutang."

"Kapan hutangmu berakhir?"

"Tidak akan berakhir."

"Kontrak hutang seumur hidup?"

"Apa pernah melihatnya atau bahkan membayangkannya?"

"Aniyeo. Lalu?"

"Satu-satunya jalan keluar adalah mati, aku yang mati atau dia yang mati."

"Huh itu sedikit terdengar mengerikan... kajaaaaa, kita makan."


...

"Kenapa kamu bisa membawaku sampai di tempat ini?"

"Karena aku malaikat."

"Mwo? Hahaha lucu sekali. Terserah apa katamu."

"Hahaha."

Bila aku percaya, malaikat berwujud manusia itu ada, maka aku benar-benar sudah gila.


Tapi bila aku tidak percaya, maka aku benar-benar akan menjadi gila.


...

Bus terakhir yang kami tumpangi, hanya berisi kami berdua dan sopir bus tentu saja. Kami duduk di bangku paling belakang di sisi yang berlawanan. Aku hanya memain-mainkan embun di kaca dan Tao menikmati musik dari iPod kesayangannya.

Dari kejauhan aku mendengar Tao bergumam padaku.

"Ingin mendengarkan lagu? Perjalanan masih lama."

Tao tanpa persetujuan dariku dia menyelipkan salah satu earphonenya ke telingaku.

Sudah berapa lama aku tidak menikmati musik seperti malam ini?

Mulai kapan ada kata yang lebih manusiawi dan tidak menjijikkan seperti kata-kata 'I Love You'?

'I Need You to Stay', kata itu lebih indah dibanding apapun yang indah yang pernah aku dengar dan lihat.

"Bisakah kita bertemu lagi besok?"

Tao tersenyum.


Maka aku benar-benar menjadi gila saat aku berharap bertemu dengannya lagi esok hari.


...

"Aku duluan Tao ssi."


Seperti enggan melepaskan pandangan dari seseorang, bukan hanya keengganan tapi ketakutan.


...


Annoying Namja (Ztao FF projects)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang