Aku sakit

64 3 0
                                    

:: Tao pov

Bertemu denganmu yang aku kira akan berubah setelah mengenal siapa diriku, membuatku merasa bersalah.

Menilaimu seperti manusia lain yang tidak manusiawi dan bersalah membuatmu mengenal manusia seperti diriku.

Bersalah, membohongimu seolah aku adalah malaikat yang bisa mengenalkanmu keindahan.

Bersalah, tidak pernah bisa berjanji memenuhi harapan yang mungkin engkau bangun dengan susah payah.

Bersalah, menanamkan harapan sulit itu pada hatimu.

“Bisakah kita bertemu lagi besok?”

“Bisakah setiap hari kita bertemu?”

Aku tidak bisa menjanjikan apapun dengan tubuhku yang seperti ini. Maka hanya seulas senyuman yang bisa mewakili harapanku untukmu, Kim Soo Hee.

“Jadi benar kau menunggu berjam-jam hanya ingin melihatku di sini?”

Dan kau jawab, agar semua tentangku tidak pernah pudar dan hilang. Melihatmu melakukan hal konyol itu, membuatku semakin takut. Suatu saat akulah yang akan melupakanmu.

Saat aku kembali membuat diriku percaya bahwa harapanmu seharusnya mendapat jawaban, hari ini aku senang bisa bertemu denganmu dan menjawab harapan yang sama seperti yang pernah engkau tanyakan setiap kali kita bertemu.

“Kau, tidak ingin pergi ke suatu tempat?”

“Tidak ada tempat yang ingin aku kunjungi. Mungkin hanya akan berjalan-jalan sebentar.”

“Baiklah, mungkin aku juga. Mmm... bisakah setiap hari kita bertemu?”

Jawaban yang sudah aku siapkan, tercekat di tenggorokan saat rasa pening kembali menjalar di kepalaku.

Hanya senyum seperti biasa yang bisa ku berikan untuk menjawab harapannya.

“Aku duluan.” Sakit ini tak tertahankan, di hadapannya sakit ini tidak boleh terlihat.
...

Musik-musik ini adalah obat lain untukku. Aku lebih memilih mengalihkan rasa sakit ini melalui lagu-lagu peninggalan Eomma. Itulah kenapa Compact Disk itu begitu berharga bagiku.

Alasan kenapa aku tidak bisa melakukan semua hal yang ingin aku lakukan, menikmati pemandangan jalanan yang aku lalui, memungut iPod kesayanganku yang terjatuh, meraih Compact Disk yang hanyut di sungai, memandangi wajah-wajah orang yang aku sayangi, menatap mata yeoja asing yang menolongku, berjanji kepadanya bahwa aku akan menemuinya setiap hari, adalah karena ada sesuatu yang merepotkan di dalam kepalaku, seringkali membuatku kesulitan untuk melihat, itulah kenapa semua terlihat begitu samar di mataku.

Aku sudah terbiasa dengan keadaan itu hingga perlahan aku mulai menghafal semuanya. Jalanan sekitar sungai Han, bukit yang sering kami naiki, bus yang sering aku tumpangi, suara orang yang aku sering jumpai dan wangi tubuh yeoja asing itu.

:: End Pov

“Tuan muda? Anda tidak apa-apa?” Paman Kim membantu Tao ke kamar dan membaringkannya di ranjang.

“Tahan sebentar Tuan Muda, aku ambilkan obat untukmu.” Tao berguling-guling kesakitan.

“Minum ini Tuan Muda dan besok Tuan Muda harus segera dirawat di rumah sakit. Kali ini Tuan Muda tidak bisa melarikan diri.” Paman Kim sibuk merapikan obat milik Tao.

“Paman, aku tidak apa-apa.”

“Saya mohon Tuan Muda, Tuan Muda harus segera di rawat.”

“Aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi kalau aku dirawat.”

“Semakin cepat Tuan Muda di rawat, semakin cepat pula bisa bertemu dengan orang yang Tuan maksud. Saya berjanji.”

“Arraseo, kali ini aku akan menyetujuinya. Tapi tidak akan lama kan?”

“Kita lihat saja nanti, istirahatlah Tuan Muda.”

Selama beberapa bulan Tao di rawat intensif di Rumah Sakit terbaik dan terbesar di Korea Selatan.

“Paman, kapan aku bisa keluar?”

“Tuan Muda masih perlu perawatan. Kata Dokter Lee, kalau kondisi Tuan Muda terus membaik seperti hari ini mungkin sebelum musim semi tiba, Tuan Muda bisa kembali ke rumah.”

“Jinjaeo?”

“Tentu saja, benar-benar ingin bertemu seseorang itu?”

“Ne.”

“Ceritakan padaku tentang seseorang itu, mungkin namanya.”

“Bukan hal menyenangkan bertanya siapa namanya.”

“Benarkah?”

“Namanya Kim Soo Hee, saat aku mengatakan namaku lebih dahulu dia malah menjawab ‘aku tidak tanya namamu’.”

“Hahaha yeoja seperti apa dia? Berani sekali.”

“Benar, dia sangat berani, dia hampir ikutan terjun ke sungai Han hanya untuk mengambilkan Compact Disk milikku yang terjatuh. Dia tidak pernah bertanya ‘kenapa orang buta sepertiku bisa mengajaknya pergi ke suatu tempat yang sangat jauh’. Dia juga tidak bertanya ‘kenapa aku buta’.”

“Huah, mungkin karena dia terlalu terpesona dengan ketampanan Tuan Muda.”

“Mungkin juga. Hahaha. Sampai saat ini aku masih merasa bersalah padanya.”

“Kenapa Tuan bicara seperti itu?”

“Karena aku tidak bisa menjanjikan jawaban apapun atas harapannya.”

“Harapan?”

“Untuk bisa bertemu keesokan harinya.”

“Setelah Tuan Muda menjalani pengobatan ini maka Tuan bisa melakukan banyak hal untuknya.”
...

Setelah keluar dari rumah sakit, Tao yang disarankan untuk beristirahat malah berlari mengejar bus yang biasa dia tumpangi. Walau dengan pandangan samar dan sesekali terseok-seok, dia berhasil melakukannya.

Tao berdiri di tempat biasa dia berdiri, berharap bertemu Soo Hee. Dia melakukan hal sama selama beberapa hari.

“Apa dia berhenti berharap padaku?”

Senyum mengembang di wajah Tao setelah mengetahui orang yang dia tunggu akhirnya muncul. Tao sangat hafal bau orang yang dia kenal.

“Sudah lama.”

“Lama tidak bertemu.” Adalah kalimat pertama yang benar-benar ingin dia ucapkan.

:: Tao Pov

“Kebetulan.” Suara ini sudah terlalu lama tidak terdengar di telingaku.

“Iya kebetulan. Kau baik-baik saja?” Aku takut terlihat terlalu gembira di hadapannya.

“Aniyeo, mungkin besok aku akan baik. Ingin berjalan-jalan sebentar?”

“Tentu saja.”

Menghabiskan waktu seperti ini, hanya berjalan di sampingnya bisakah menjadi kebiasaan bahkan setelah hari ini?
...

“Aku pergi dulu.”

Bila hari ini menjadi sesingkat ini, maka lebih dari cukup menyimpan gambaran mozaik dirimu yang kembali aku tata dan sebisa mungkin aku ingat.

“Changkaman, bisakah besok kita bertemu lagi?”

Dia sadari atau tidak, maka harapannya sudah dari lama menjadi harapan untukku.

Aku mengatakannya karena aku takut dia telah melupakannya.
...

“Paman, tolong ambilkan obatku.” Sakit ini, kapan benar-benar menghilang?

“Tuan Muda, ini. Lebih baik kita ke rumah sakit.”

“Aniyeo, aku berjanji bertemu dengannya.”

“Tapi kondisi Tuan Muda seperti ini.” Darah terasa keluar dari hidungku dan kepalaku semakin pening, setelahnya aku tidak ingat apapun.

:: End Pov
.
.
.
TBC

Annoying Namja (Ztao FF projects)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang