Harapan gila tiba-tiba muncul

72 4 0
                                    

“Huh, kenapa aku mulai suka melewati jembatan sungai Han yang bahkan ratusan kali aku caci maki?”

Bukankah disaat-saat seperti ini dia datang menggangguku?

Aku menunggu hampir sampai tengah malam, dan aku masih enggan untuk pergi.

“Bus terakhir 5 menit lagi.” Akhirnya suara itu...

“Tao ssi, mungkin harusnya aku tidak berharap untuk bertemu denganmu.”

“Harusnya itu yang kamu lakukan.”

“Aku baru saja akan pergi.”

“Jadi benar kau menunggu berjam-jam hanya ingin melihatku di sini?”

“Mungkin, aku hanya tidak ingin ingatan tentangmu menguap dan hilang. Aku duluan.”

“Hati-hati.” Dia tersenyum seperti biasa.
...

Di hari berikutnya, tanpa perlu menunggu lama seperti kemarin, sosok itu sudah terlihat di tempat biasa aku menunggunya.

“Kau, tidak ingin pergi ke suatu tempat?” Aku berlari di sampingnya yang sedang menikmati musik dari iPodnya.

“Tidak ada tempat yang ingin aku kunjungi. Mungkin hanya akan berjalan-jalan sebentar.”

“Baiklah, mungkin aku juga. Em... Bisakah setiap hari kita bertemu?”

Dia hanya tersenyum dan memejamkan matanya, menarik napas yang panjang dan terus berjalan. Bukan masalah untuknya menutup mata dan terus berjalan, toh dia memang tidak bisa melihat. Namun tidak tampak kegelapan di matanya. Matanya bersinar lebih cerah dari mata-mata orang lain yang pernah aku tatap bahkan mungkin mataku sendiri.

Semakin gila saat aku berharap bukan hanya esok hari aku bisa bertemu lagi dengannya tapi keesokan harinya,keesokan harinya lagi, keesokannya lagi dan lagi, dan seterusnya selama aku bisa hidup.

Aku bisa hidup? Sejak kapan aku berusaha untuk tetap hidup?

“Aku duluan.” Tao pergi lebih dulu. Dia menaiki bus berbeda arah denganku. Dan aku, ikut menaiki bus yang dia tumpangi sebisa mungkin tanpa sepengetahuannya. Seperti biasa dia duduk di kursi paling belakang bagian sudut. Menikmati alunan musik. Aku yang dengan enggan berkedip memandang sosok orang asing yang membuatku ingin hidup selama yang aku bisa. Kami hanya tahu nama masing-masing dan hanya sebatas itu.

Bila aku berani berharap untuk bertemu dengannya selama aku masih bisa hidup, maka keberanian lain akan aku gunakan untuk berharap bisa mendengar cerita tentangnya selama dia hidup.

Dia menekan tombol berhenti, dia bahkan tahu dimana dia harus berhenti. Aku mengikutinya, berjalan pelan, sebisa mungkin tanpa suara. Dan berhenti di depan rumah mewah di distrik Gangnam.

“Seperti inikah hidupmu yang sebenarnya? Bukankah ini seperti mencelaku dari belakang?” Di sinilah takdir kami berhenti, di depan bangunan indah yang menegaskan dalam kebisuan kalau aku tidak pantas selangkahpun mendekat.

Keberanian lain tidak bisakah muncul? Aku ingin mengucapkan sebuah harapan lain, bisakah dia menjadi salah satu manusia sepertiku?
.
.
.
TBC (tuberculosis?)

Hola...salam kenal, salam sayang dari makhluk aneh dunia antah berantah...bila setelah membaca FF penuh typo ini membuat chingudeul pusing, author minta maaf & dimohon segera periksa ke dokter... tapi bagaimanapun caranya atau rasanya author akan tetap menyelesaikan FF ini... sarannya sangat ditunggu...see yaaa

Annoying Namja (Ztao FF projects)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang