Gerry 1

1.9K 199 52
                                    

Sesuai ISO 9000, tugas saya sebagai Garment Quality Assurance adalah menyediakan keyakinan bahwa persyaratan mutu produk yang saya tangani akan terpenuhi dengan berorientasi pada proses. Untuk menuju pada kualitas produk yang baik, saya memiliki tanggung jawab besar dalam meramalkan potensi kegagalan yang mungkin terjadi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi bahkan sebelum hal itu terjadi.

Pekerjaan saya bergerak di bidang garment industry, spesialisasi saya knitting product.

Ini adalah Senin pagi seperti biasa. Di mulai dengan segelas kopi krim dan segulung telur dadar, morning flight serta setumpuk pilot dan production samples. Di sebuah manufacturing company di suatu kota di Jawa Tengah, Indonesia.

"Honestly. I really don't understand what kind of online inspection methods you got down there." Saya berkeluh kesah tanpa bisa menyembunyikan kekesalan.

How can I am not upset, na?

And ups! Pardon soal logat saya, ya!

Meski sudah lama tinggal di Indonesia, saya tidak bisa menghilangkan kekakuan lidah saya saat mengucap bahasa inggris. I am so New Delhi. Entah kenapa, saya tidak bisa tidak menekan lidah ke langit-langit mulut secara berlebihan saat mengucapkan huruf 'D'dalam kata don't, do dan sebagainya. Atau bagaimana saya kesulitan sekali menyebut huruf 'v' supaya tidak terdengar menjadi 'w'. Misalnya saja, 'development' menjadi 'dewlapmen', 'positive' menjadi 'posidiw. Like all Indian, saya juga secara otomatis sering sekali menambahkan akhiran 'na' atau 'yaar'. Itu penyakit genetis. Saya harap tidak mengganggu.

OH. Tapi itu kita bahas nanti saja. Biarkan saya mengurus perkerjaan terlebih dulu.

"Saya cek di ironing departement, kalian punya defect di tone dan shadenya faded semua. Waktu saya bilang semua, maksud saya memang semua. Gimana kerjaan washing quality inspection di floor, saya tidak mengerti. Bagaimana mungkin mereka meloloskan material ke departemen selanjutnya kalau ada tone variation seperti ini. Lihat ini. Ini kayak Geisha magang bedakan! Muka dan lehernya tidak sama warnanya!"

This is always happening, yaar...

Production floor is tough, i know. Mereka diupah rendah dan dipaksa memenuhi standar gila-gilaan buyer dalam tempo sesingkat-singkatnya. Tapi, menjadi seorang Quality Assurance juga tidak mudah. Jadi saya tidak punya pilihan. Saya harus bersikap seperti ini supaya mereka menganggap saya serius.

"Sejak kita Pre Production meeting, saya udah bilang berkali-kali. Inline QC perhatikan tone. Perhatikan tone. Perhatikan lot-nya. You know saya benci sama warna yang nggak uniform. Kalian bisa bikin saya dipenggal sama Jonas kalau hasil kerjaan kalian kayak begini. Tapi, kalo barang kalian saya fail inspection, kalian yang akan dipenggal sama Miss. Wan-wan. Kalian mau?"

Mereka bilang nggak mau, tapi kerjaan mereka kayak begini.

Pre-Production meeting, in case you don't know, adalah sebuah meeting yang dihadiri seluruh production team, quality team dan semua technical staff terkait setelah pre-production sampel di-approve oleh buyer. Sebelum bulk garment di produksi, saya harus memastikan tim produksi mengerti benar komen-komen penting buyer, prosedur yang harus diikuti, dos and don'ts nya berdasarkan pre-production sample yang sudah mereka buat sebelumnya.

Yang saya pimpin kali ini namanya Pilot Run meeting. Pada stage inspeksi ini, produksi sudah menjalankan sekitar 200 pieces garments untuk mini production. Setting pilot run seperti ini sudah merupakan standar prosedur untuk seluruh garment manufacturers.

GERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang