I. Tawa Semilir Angin

3 0 0
                                    

Kudengar samar angin mengejekku
Hembusan-hembusannya menghujam batinku
Menggores luka yang terbalut sabarku
Perlahan mengoyaknya seperti abu

-1806

_SyS_

Duduk sendiri ditemani sepi adalah kebiasaan yang telah lama menemaninya sejak 8 tahun yang lalu. Bersama semilir angin ia bercerita keluh kesahnya. Menangis dalam diam. Terkadang teriakan dan racauan yang memilukan ia lontarkan.

Disini, didanau sepi ini hanya dirinya yang masih bertahan dengan dinginnya malam yang menusuk tulang. Dirinya kerap kali mempertanyakan apa yang salah dengannya. Pertanyaan itu hanya dijawab oleh hembusan angin.

Masih diposisi yang sama, duduk menyandar pada sebuah pohon disisi danau. Termenung, terkadang tersenyum. Miris. Hanya angin yang dapat mendefinisikannya.

_SyS_

Guratan guratan senja telah menghilang. Berganti dengan hitam dan gelapnya malam. Dewi malam mulai beranjak meneranginya, ditemani oleh kerlap kerlip lintang.

Rayuan semilir angin menggelitik pendengaran. Tawanya membawa duka. Sejak 2 hari lalu masih diposisi yang sama dibawah pohon. Kulitnya pias tak berona. Tak berniat sama sekali untuk beranjak.

Airmata menetes disudut matanya. Tetesannya semakin deras. Isakannya mulai terdengar begitu memilukan. Racauannya semakin kentara.

"Tuhan bolehkah aku menyerah? Bolehkah aku bersamamu? Bolehkah aku pergi? Bolehkah aku.." ucapnya terhenti tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia menengadah mengharap jawaban dari semua pertanyaan pertanyaan yang merajuk dalam otaknya.

_SyS_

Sudah 2 hari semenjak masalah yang dihadapinya semakin ruwet, membuatnya enggan untuk kembali. Enggan menemui siapapun walaupun itu keluarganya.

Dibawah pohon angin menertawakan keadaannya. Angin yang tadi berhembus pelan, kecepatannya bertambah menjadi sedikit kencang. Membuatnya merasakan dingin yang teramat sangat. Tubuhnya sangat ringkih, karena semenjak 2 hari yang lalu dia hanya menelan ludah.

Ia menyerah pada takdir yang Tuhan gariskan untuknya. Dia menyerah pada keadaannya. Memilih berdiam diri disini, dibawah pohon yang selalu menemaninya kala berduka.

Tuhan telah mengambil kebahagiannya. Mengambil semuanya dan kini dirinya benar benar ingin pergi dari dunia ini. Pergi menjauh dari semua jangkauan orang orang yang membencinya.

_SyS_

😊
SyS 2018
Masih tahap revisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJA YANG SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang