#1

18 7 0
                                    

"Aku kangen kamu ka Raka, apa kamu kangen aku? apa yang kamu lakuin disana? Aku baik-baik aja kok di sini," monolog seorang gadis berperawakan mungil nan cantik. Gadis itu memiliki rambut coklat bergelombang hingga pinggang dengan iris mata indah bewarna hitam.

Perempuan tersebut berdiri sambil menatap kearah sebuah pusaran dengan tatapan sarat akan kesedihan juga kerinduan yang dalam.

Sedih karena harus berpisah dengan orang yang di cintainya juga rindu karena tak dapat bertemu dengan orang yang dikasihinya.

Terpisah karena takdir yang seperti tidak merestui kebersamaan mereka.

"Ka Raka gak kerasa ya sudah lama kamu pergi kesana, kamu baik-baikkan di sana? minggu depan aku masuk di sekolah baru semoga aku dapat banyak teman ya," suara gadis itu makin menghilang hampir digantikan dengan isakan.

"Maaf ya kak aku belum bisa menerima ini semua dengan lapang dada, kenapa harus kamu yang pergi? Kenapa kamu gak bisa terus disini? Kenapa kak?" isakannya semakin nyata, bahunya bergetar terus bertanya kenapa harus dia yang menjalani takdir pahit ini. "Sudah dulu ya nanti aku kesini lagi, i love you."

"Lu gak waras nyatain cinta ke makam?" terdengar suara seorang laki-laki dari belakang. Suara tersebut terdengar sangat menjengkelkan bagi si gadis, "siapa lu?" jawabnya dengan ketus.

"Ketus banget, gue saranin jangan terlalu larut sama perasaan sedih. Biarpun lo nangis sampe air mata lo kering juga dia gak bakal balik," timpal si laki - laki.
"Apa sih lu kenal juga gak udah bikin kesel setengah mati lu gak tau apa-apa jadi tolong tahan komentar lu," sela gadis itu sambil berlalu.

"Hidup lu terus berjalan walaupun ada yang ninggalin lu, dia juga pasti sedih ngeliat lu kayak gini jadi mending relain dia, jadiin dia satu kenangan manis di hidup lu," sambung pemuda itu.

Hal tersebut membuat sang gadis berhenti sejenak "Lu gak tau apa yang gue rasain. Jadi gak usah bersikap seolah lu kenal gue karena kenyataannya kita sama-sama orang asing yang gak saling kenal," sahutnya kemudian benar-benar pergi dari sana.

"Gue emang gak ngerti perasaan lu, tapi gue tau rasanya ditinggal sama orang yang dicintai, gue paham, paham banget," lirih si pemuda sambil menatap makam yang berada di samping makam yang dikunjungi gadis itu.

°°°°

Sang mentari sudah mulai menunaikan tugasnya membawa semangat baru bagi orang-orang yang berada di naungan sinarnya. Namun itu tidak berlaku bagi si bungsu keluarga hermawan.

Gadis itu keluar dari kamarnya dengan keadaan lesu. Dia berjalan ke arah meja makan yang sudah diisi oleh ayah, ibu, juga kakak laki-lakinya "pagi mah, pah, kak Aldo."

"Pagi sayang," jawab ayah dan ibunya kompak "pagi juga Eve." Dia Evelyn Hermawan si bungsu dari dua bersaudara keluarga Hermawan. Keluarganya terhitung cukup terpandang di lingkungannya.

"Lesu banget kayaknya kamu lyn, semangat dong inikan hari pertama kamu di sekolah yang baru," ucap si sulung Hermawan.

"Gak ah kak males, lagian masih satu kota ini, gak beda jauh," jawab Evelyn datar membuat kakaknya menghela napas. Adiknya menjadi lebih pendiam dan pemurung sejak kepergian kekasihnya. Aldo hanya bisa mensuport dan memaklumi adik kesayangannya itu.

Mereka sarapan dengan tenang namun masih diselingi beberapa obrolan ringan antar anggota keluarga. "Yuk Eve kakak anter," tawar aldo kepada adiknya.

"Eh tumben mau anter biasanya juga adeknya disuruh naik angkot ke sekolah," jawab Evelyn " Tsk, udah cepet ayo, mana mungkin kakak kamu yang baik hati dan tidak sombong ini ngebiarin adiknya berangkat sendirian ke sekolah barunya. Apalagi ini hari pertama, sekalian kakak mau ke kampus," sahut Aldo lagi.

SoleilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang