BAB DUA - Dia Lagi

32 5 0
                                    

"Eh si brandal lewat tuh! Masih niat sekolah rupanya? Hahaha," Kayla tukang gosip sekolah ini sedang membicarakan Arda di depan pintu kelas. Entah ada salah apa Arda dengan Kayla hingga Kayla amat membencinya.

Niat gosip harusnya mah pelan-pelan. - batin Arda.

Arda tak terlalu memikirkan gosip-gosip tentang dirinya. Lebih baik ia langsung duduk di tempatnya, tepatnya di pojok kiri belakang dekat jendela.
Barisan depan sudah di hak milik oleh geng yang dipimpin Kayla, jika ada yang menempatinya, Kayla akan berteriak dan mengusirnya habis-habisan.

"Mantap! Lo nggak langganan masuk BK lagi?" Sambut Syifa, salah satu sahabat Arda.

"Iya nih, Lo nggak kangen Pak Bambang?" Rinata ikut mengejek Arda. Arda memang sering terlambat berangkat sekolah dan langganan BK. Nampaknya notabene badgirl sangat cocok untuknya karena terkadang Arda membolos dan tertangkap satpam beberapa kali.

Syifa Saputri dan Rinata Angela adalah sahabat terbaik Arda semenjak Sekolah Dasar. Mereka adalah segalanya bagi Arda karena teman Arda memang sedikit. Kebanyakan memandang Arda benci. Syifa dan Rinata sudah sering melihat perubahan warna rambut dan mata Arda saat emosi, mereka berpendapat jika perubahan ini keren entah apa alasannya.

Posisi duduk Syifa tepat di depan Arda, sedangkan Rinata ada di sebelah Syifa.

"Elah kalian mah, masih untung gue nggak telat! Gue tuh nggak pengen di cium sama tongkatnya Pak Bambang. Kapok deh!" Jawab Arda.

"Eh diem! Bu Naya mau masuk!" Dion si ketua kelas bersuara memperingati.

Bu Naya sudah di dalam kelas. Semua murid pun sudah berdoa dengan kepercayaan masing-masing.

"Pagi anak-anak! Bu Naya mau kenalin murid baru disini. Silahkan masuk nak!" Pernyataan Bu Naya membuat seisi kelas gaduh penasaran. Arda yang sedari tadi membaca buku masa bodo dengan keadaan sekitarnya.

"Eh Arda! Liat deh murid barunya! Ganteng parah!" Syifa mulai mengganggu ketenangan Arda saat membaca buku. Arda yang tak mau mendenger ocehan selanjutnya dari Syifa kemudian menuruti kemauannya. Betapa terkejutnya Arda saat tahu bahwa siapa si murid baru itu. Arda semakin lemas dibuatnya ketika ia tahu kalau kursi kosong hanya ada di sebelahnya.

"Silahkan perkenalkan diri kamu nak," titah Bu Naya.

"Zeno Pratama, panggil Zen. Mohon kerjasamanya," hanya perkenalan singkat dari Zen saja sudah membuat mata murid perempuan berbinar akibat ketampanan Zen.

"Bu Naya! Rambut dia kok putih sih? Eh bukan putih deng, kayak abu-abu gitu ya? Atau apa sih?" Rifki sudah mulai bereaksi dengan mulutnya yang super rumil padahal dirinya adalah laki-laki.
Pertanyaan dari Rifki membuat Arda tersadar bahwa tadi pagi warna rambut Zen adalah hitam. Hampir saja ia tak mengenali Zen.

"Dia kayak Arda yang punya kelainan di rambutnya." Rifki manggut-manggut mendengar penjelasan Bu Naya.

"Ga peduli Bu! Penting ganteng! Kyaaaa!" Kayla mulai kegirangan dan membuat semua cowok di kelas bergidik jijik.

"Diem kamu! Zen, silahkan duduk di kursi yang kosong," perintah Bu Naya sambil menunjuk kursi kosong di sebelah Arda.

"Eh, Zen duduk sebelahan sama si cewek centil itu! Ntar kalau dia genit gimana?" Kayla kembali dengan gosipnya yang masih bisa terdengar oleh Arda.

"Sial, napa pada ngira gue cabe sih?" Gerutu Arda pelan.
Zen menyimpulkan sedikit senyum ketika melihat Arda menggerutu kesal begitu. Mungkin ini ekspresi pertama yang Zen sukai dari Arda.

"Nah sekarang buka halaman dua puluh satu. Kerjakan tiga puluh soal isilah itu. Kumpulkan di meja kantor saya saat bel istirahat. Saya ada rapat," ini lah Bu Naya. Seorang guru yang apabila memberikan soal dan waktunya selalu tak sebanding.
Bu Naya adalah ratunya yang hobi ngasih soal segunung dengan tingkat kebingungan segunung pula. Itulah sebutan murid-murid pada Bu Naya. Fyi, Bu Naya ini mengajar mapel Matematika.

I'M DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang