Di kamar 3
Wendy tengah menatap keindahan pantai dari balkon kamar. Matanya tak henti2 nya menganggumi tempat ini. Wendy memang menyukai view2 indah, tak jarang jika sedang bertugas keluar negeri maka dia akan menghabiskan sisa waktunya untuk mengunjungi tempat2 yang sangat indah di negara itu.
Sebuah tangan yang melingkar diperutnya sukses membuyarkan tatapannya."Oppa sedang apa?" Tanya Joy seraya menyenderkan kepalanya di punggung Wendy
"Kau pasti tau jawabannya sayang. Kau lihat, tempat ini benar2 indah. Aku jadi terinspirasi membuat rumah kita yang ada di canada seperti ini" wendy mengelus tangan joy dengan lembut
"Tidak Oppa, jangan. Konsepnya sudah cocok dengan tempat itu jadi jangan dirubah. Jika oppa merubahnya maka tempat itu akan terlihat aneh"
"Aku ingin mehilangkan kenangan yang pernah terjadi disana. Aku akan membuat kenangan baru bersamamu disana bukan dengan orang lain"
"Oppa, kumohon. Jangan bahas masa lalu lagi" joy mulai merasakan jika sifat wendy sekarang mulai berubah. Dia terlihat lebih tegang.
"Mianhae, mianhae joy-ah" suara wendy terlihat bergetar. Joy yang menyadari itu pun langsung membalikkan tubuh wendy agar menatap dirinya.
"Oppa, sudah aku katakan. Jangan membahas masa lalu, intinya sekarang aku sudah bersamamu" Joy mengelus lengan wendy dengan lembut.
"Aku selalu merasa bersalah padamu jika aku mengingat rumah itu joy-ah. Dulu kau mencintai dengan tulus sementara aku malah sibuk mengemis cinta pada orang lain. Aku tidak menatapmu yang telah mencintaiku selama itu. Kau bahkan sabar menunggu sampai 7 tahun. Kau sabar menunggu pria bodoh yang telah menyia-nyiakan mu dulu. Mianhae" wendy mulai menunduk, tak berani menatap Joy. Tak terasa butiran krystal lolos dari mata wendy. Rasa bersalah terus menghantui wendy jika mengingat rumah mereka yang ada dicanada dimana rumah itu menjadi saksi bisu wendy mengabaikan dan menyia-nyiakan cinta yang joy berikan hanya untuk mengejar Irene. Joy yang biasa tidak pernah sabaran dan mudah marah ntah kenapa tidak bisa melakukan itu di hadapan wendy. Dia selalu kalah jika menatap mata wendy hingga selama 7 tahun lalu dia bersabar menunggu wendy membalas cintanya. Joy Terlihat seperti gadis murahan mungkin tapi dia tidak perduli. Bahkan jika dia disebut wanita jalang pun dia tak akan perduli. Hanya 1 yang dia inginkan dulu, dia ingin wendy tau bahwa dia benar2 cinta pada wendy. Hanya itu yang menjadi prioritas dia dalam menunggu wendy.
Joy menarik wendy kedalam pelukannya. Memeluk erat pria yang telah merubahnya selama ini."Oppa sudahlah, aku tak perduli dengan semua itu. Bagiku sekarang, kau sudah membalas cintaku saja itu sudah cukup. Aku tidak ingin membahas masa lalu, yang perlu kita bahas sekarang adalah kehidupan kita sekarang dan nantinya bersama rayswan. Lupakan masalah lalu itu oppa. Kumohon, kita sudah 7 tahun hidup bersama oppa jadi kumohon lupakan masalah itu"
Joy mengelus punggung wendy dengan lembut. Sungguh ntah keajaiban apa yang joy dapatkan setelah mencintai wendy. Dulu nya dia yang pemarah, tidak sabaran dan selalu cuek seketika berubah 190 derajat.
"Oppa, tatap aku" Joy mengangkat wajah wendy menghadapnya. Dengan cepat Joy mencium bibir Wendy sedangkan wendy hanya diam. Dia masih syok atas perlakuan istrinya yang tiba2. Saat joy mulai mengalungkan tangannya di leher wendy, wendy pun membalas ciuman joy dengan lembut. Dia selalu berperilaku lembut pada joy karena dia tidak ingin membuat joy merasa sakit seperti dulu.
Di kamar 4
"Chaeyoung-ah..aahhh"
"Pelan-pelan sayang. Sakit"
"Aaaahhh nde disitu sayang. Terus.."
"Aaaahhh.. aaahhhh.."
"Yakk! Kau ini sedang kesakitan atau sedang mendesah eoh? Kau mau semua orang diluar salah paham?" Ucap Chaeyoung memberhentikan aktifitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Love
RandomBlackvelvet Family Kim Jisoo = Namja Jennie Kim = Yeoja Lalisa(Lalice) Manoban = Namja Park Chaeyoung = Yeoja Kang Seulgi = Namja Bae Joohyun = Yeoja Son Seungwan/ Wendy = Namja Park Sooyoung/Joy = Yeoja Gender Bender