David mencurigai salah satu anak buah dari Rose heylen yang ia temukan di night club. Sebelumnya Ia mendapat informasi dari pengawal nya bahwa pria itu mengendap-endap memasuki sebuah rumah seseorang. David menghela nafas gusar pasti itu adalah rumah gadis yang akan dibunuh itu. Dengan cepat David mengambil jas hitam yang tergeletak di ranjangnya tidak ada waktu lagi untuknya memakainya di mansion mengingat nyawa dari seorang gadis di pertaruhkan malam ini. David masuk ke ruang brankas yang terdapat banyak senjata disana tapi ia hanya akan membawa pistol yang kini sudah ia isi dengan peluruh yang mampu menembus daging.
Drrrrtttt
Smartphone david kembali bergetar di saku celana jeans miliknya, dengan kesal ia kembali merogoh sakunya dan langsung mengangkat panggilan yang ternyata pengawal yang sedang bertugas mengawasi disana.
"Selidiki apa yang terjadi aku akan segera sampai."
"Pria itu mulai memasuki rumah itu melalui jalur yang saya duga kamar tuan." Ucap suara di seberang sana.
"Apa saya dan yang lain teriak saja tuan."
"Jangan bodoh!!Kalau kalian teriak tidak ada yang bisa menjamin apa gadis itu selamat atau tidak." Bantah David ia berlari keluar mansion menuju mobil sport nya.
"Tunggu saja aku akan cepat sampai."
🍁🍁🍁
Dalam keheningan malam Samira tampak gelisah dalam tidurnya. Entahlah lagi-lagi ia bermimpi buruk yang membuatnya nyaris berkeringat dalam tidur. Gadis itu tertidur Sambil memeluk erat bingkai foto kedua orang tuanya. Sesekali bergerak gelisah dengan kening berkeringat.
"Jangan bunuh mereka!" Teriak Samira ia tersentak dan terbangun dari mimpi buruknya.
Ia menyentuh keningnya yang berkeringat hingga menetes membasahi helaian rambutnya. Semenjak teror yang terjadi di mobilnya sendiri mimpi yang sudah lama tidak muncul itu kembali mengusik alam sadarnya. Tak pernah ia merasa setakut ini sebelumnya tapi kekhawatiran kembali menyeruak masa lalu kelam itu tersendiri. Samira merasakan dirinya sedang diawasi, perasaan ini sama seperti ia berada di dalam mobil miliknya menemukan mawar hitam beserta surat itu. Di liriknya jam yang bergantung di dinding yang sudah menunjukkan pukul 23.36 ia merasakan tenggorokannya tercekat mungkin disebabkan karena sebelum tidur ia lupa minum air putih. Kebiasaan yang selalu ia lakukan saat sebelum tidur untuk meminum.
Untungnya ia menemukan segelas air putih yang terletak di meja samping ia tertidur dan langsung meminumnya hingga habis. Ia merasakan tenggorokannya sudah legah dan segar. Saat ia ingin melanjutkan tidurnya kembali pandangan Samira teralihkan pada jendela kamarnya yang terbuka, angin tertiup mengibaskan kain gorden yang menjadi penutup jendela, memperlihatkan cahaya rembulan yang memasuki nuansa kamarnya yang temaram berhadapan langsung dengan jalanan kota di balik balkon.
Ia berpikir kenapa berada sendiri di apartement membuatnya selalu melamun bahkan nyaris lupa menutup kembali jendela miliknya saat ia ingin tertidur. Seperti itulah samira. Ia menyibakkan selimut yang menutup setengah tubuhnya dan berjalan kearah jendela. Sekilas ia menatap jalanan yang sepi di bawah bagaimana tidak sepi jika jam sudah menunjukkan pukul 00:56 pagi di mana orang-orang masih terlelap dalam mimpi masing-masing. Belum sempat ia mengunci jendela tiba-tiba sebuah sapu tangan berbau alkohol menyengat di Indra penciumannya, membekapnya mulutnya seraya menekan sapu tangan itu. Samira membelalakan kedua mata nya sambil mendorong tangan besar itu menjauh dari nya namun penglihatannya semakin pudar dan matanya terpejam perlahan tubuhnya lemas hingga hampir terjatuh jika lelaki yang tengah membekapnya tidak meraih pinggang Samira dengan segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Husband
FanficSamira Juliana adalah Seorang desainer muda yang terkenal memiliki bisnis sebagai perancang busana artis sekaligus mengandalkan seorang pengawal untuk melindunginya dari para lelaki yang berniat menghancurkan dirinya. Suatu ketika dirinya cemas...