Membolos

48 2 4
                                    

"Bangun Em.. Ini sudah jam 6 pagi" kata ibu setengah berteriak.

"Em kenapa masih belum bangun?" kini ibu tengah berada di kamarku sambil sesekali menggoyangkan tubuhku.

"Ibu, boleh aku bolos sekolah" kataku setengah merengek.

Sungguh aku takut bertemu Sean, mengingat apa yang telah terjadi kemarin.

Apa sebaiknya aku pindah sekolah? Atau pindah kota sekalian?

"Kenapa? Apa kamu sakit" ibu mulai memeriksa dahiku.

Tentu saja aku tidak sakit, justru aku akan di buat sakit jika bertemu sean.

"Badanmu tidak panas"

"Tapi bu.. Aku takut, ada tukang jagal di sekolahku" jawabku malas

"Sudah Em jangan banyak alasan.. Cepat pergi mandi"

Huft.. Tentu saja ibu tidak akan mengizinkanku membolos.

Aku mengangguk, lalu kemudian dengan malas beranjak dari tempat tidur.

----------------------------------------------------------

Mataku bergerliya menyusuri seluruh sudut sekolah, sambil sesekali berdoa agar tidak bertemu Sean.

Sungguh rasanya aku ingin pulang dan membolos untuk beberapa hari.

"Pagi Love"

Deggg... Suara ini...

Aku menoleh kebelakang, berusaha mencari sumber suara tersebut.

Dan benar dugaanku, itu adalah suara dari orang yang paling tidak ingin kutemui saat ini.

"Kenapa raut wajahmu sangat tegang sayang, apa aku membuatmu bergairah" ucap Sean sambil menyeringai mesum.

Ya tentu saja dia membuatku bergairah. Bergairah untuk kabur darinya.

Dan entah kenapa aku malah merinding saat dia memanggilku sayang.

"Ayo ikut aku" Sean mengulurkan tanganya. Aku hanya diam tak bergeming.

"Aku hanya ingin bergandengan tangan, bukanya mau memperkosamu"

Aku terlonjak kaget mendengar pernyataanya barusan. Bagaimana bisa dia mengucapkan kata-kata seperti itu dengan ekspresi datar.

Dengan ragu aku mulai menyambut uluran tangan Sean. Detik berikutnya dia sudah menarikku pergi entah kemana.

"Se-Sean kita mau kemana" tanyaku takut.

Bagaimana kalau aku dibawa ketempat sepi dan di mutilasi.

"Kita akan membolos"

Eh.. Membolos katanya..

Tadinya aku memang ingin kabur dan membolos, tapi bukan dengan makhluk ini.

----------------------------------------------------------

Hening begitu hening...

Aku hanya diam, dan sesekali meremas sprei yang ku duduki saat ini.

Tidak kusangka Sean akan mengajakku kerumahnya.

Ini pertama kalinya aku berada di kamar anak laki-laki. Aku merasa seperti gadis nakal sekarang.

"Kamu suka film apa?" Kata Sean yang tiba-tiba masuk sambil membawa tumpukan kaset dvd di tangannya.

"Romance.." jawabku.

Sean tertawa..

Kenapa? Apa aku salah bicara?
Wajar bukan jika seorang gadis seusiaku suka film romantis.

"Romantis seperti apa" Sean menghampiriku dan menatapku dengan intens.

"Apakah ada adegan ciuman di dalamnya" katanya lagi.

Kini wajahnya tepat berada di wajahku.

"Se-sean.. Kamu terlalu dekat" Kataku sambil mendorong tubuhnya menjauh.

Apa-apa'an dia ini.. Apa dia mau mengerjaiku.

"Cium aku" ucap Sean

Eh apa? Apa aku tidak salah dengar.

"Cium aku disini" ucapnya lagi sambil menunjuk bibirnya.

"A-aku tidak mau" jawabku terbata.

Kini Sean menatapku dengan nanar.

"Jika tidak mau, akan ku potong jarimu"

Darahku berdesir seketika mendengar ucapan Sean. Mau tidak mau, aku mulai menuruti permintaan Sean. 

Aku mendekat dan memejamkan mataku. Ini sungguh memalukan pikirku.

Detik berikutnya Sean menarikku dan mencium bibirku. Awalnya ciumanya biasa saja, tapi lama kelamaan beralih menjadi ciuman hangat yang menuntut.

Sean terus menciumku dengan agresif, aku mencoba mendorongnya tapi tenaganya jauh lebih besar dariku.

"Se-ann.. A aku sesak nafas... " Ucapku saat berhasil meloloskan diri darinya.

Sean hanya menyeringai. Lalu pergi meninggalkanku yang masih syok atas kejadian barusan. Aku tidak pernah berciuman dengan siapapun, ini yang pertama bagiku.

Beberapa saat kemudian Sean kembali dengan membawa sandwich dan segelas minuman di tangannya.

"Ini makanlah.. " Ucapnya datar sambil menyodorkan sandwich itu kepadaku.

Berikutnya kami mulai menonton film berjudul Titanic. Aku tidak mengerti kenapa Sean memilih memutar film ini.

"Kenapa putar film ini?" Tanyaku spontan.

"Aku suka melihat raut wajah mereka saat akan mati tenggelam" Jawabnya santai.

Aku terdiam, orang ini benar-benar psikopat pikirku.

"Ke-kenapa kamu bunuh orang" Entah kenapa pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku. Dasar Bodoh kamu Em..

Kulihat Sean tersenyum..

"Entahlah.. Karena aku bosan mungkin" Jawabnya datar.

"......"

"Kenapa tidak minum? Kulihat dari tadi kamu belum minum." Ucapnya lagi.

Aku mengangguk dan mengambil gelas minuman yang ada di sampingku.

Sesaat kemudian aku kembali duduk di samping Sean.

"Apa kamu akan berhenti membunuh?" Tanyaku lagi. Aku takut, tapi juga penasaran.

Toh daripada aku mati penasaran, lebih baik ku tanyakan.

"Tidak" Jawabnya tegas.

Aku hanya terdiam dan menunduk. Sepertinya dia marah dengan pertanyaanku.

"Tapi kalau demi kamu sepertinya aku bisa berhenti..." Aku membelalakan mataku mendengar ucapan Sean barusan.

"Sungguh? " Tanyaku

"Ya.. Tapi ada syaratnya" Jawabnya lagi.

"Apa?" tanyaku semakin penasaran.

"Kalau kamu mau berhubungan seks denganku, maka aku akan berhenti membunuh"

Aku tersentak kaget mendengar ucapan Sean barusan. Dia gila aku tidak akan mau melakukan itu denganya.

Aku masih virgin dan tidak pernah ada laki-laki yang menyentuhku.

"TIDAK MAU.." Ucapku setengah berteriak, dan Sean hanya tertawa.

"Sungguh...?" Ucap Sean sambil menyeringai.

Dia semakin mendekatkan tubuhnya padaku. Aku berusaha mendorongnya. Entah apa yang terjadi tiba-tiba tubuhku jadi lemas.

Pandanganku mulai kabur. Semuanya begitu gelap. Aku tidak bisa merasakan sentuhan Sean, semuanya memudar dan aku mulai terlelap dalam tidurku.

I'am NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang