The Beginning

18 4 6
                                    


Sudah tiba hari pengumuman hasil ujian Stellar. Stellar sudah bersiap meski hari masih pagi. Stellar tidak mau mengambil resiko berdesakan karena datang terlambat, karena itu Stellar mau datang lebih awal. Stellar juga sudah bilang ke Rever, karena Rever menelepon kemarin.

Awalnya Stellar biasa saja, ia hanya memakai kaus dan training, lalu rambutnya dikuncir. Sengaja tampil biasa saja, toh dia juga tidak perlu masuk ke sekolahnya. Tapi tiba-tiba Felix menghadangnya.

"Kok bajumu begitu sih? Ganti!" protes Felix sambil melepaskan kunciran Stellar. "Sana sisiran dulu!"

"Pa, kan lihat pengumumannya di luar sekolah. Jangan ribet-ribet dong."

"Sst, diam. Menyesal kamu nanti kalau enggak dengerin Papa."

Ya begitulah. Jadilah Stellar memakai sweater dan rok pendek warna pastel dengan rambut diurai. Semua ide Felix. Untungnya Felix tidak semakin aneh dengan memilihkannya sepatu.

"Sudah boleh berangkat sekarang?" tanya Stellar.

"Iya, boleh. Sudah, cepat."

*..*

Papan pengumuman itu masih kosong. Sama seperti pikiran Stellar yang juga kosong.

Sejak masalahnya berakhir, sejak Papanya kembali, sejak kehidupannya seakan kembali, pikirannya justru menjadi kosong. Rasanya seperti, tidak ada maknanya? Hidupnya untuk apa? Dijatuhkan dari lantai dua? Masuk rumah sakit, bertemu teman lamanya, bertemu keluarganya? Apa?

Rasanya hanya ... aneh. Sekarang ia sudah bertemu Rever, lalu selanjutnya apa? Apakah akan jadi begini-begini saja sampai seterusnya?

"Yu... na?"

Stellar spontan menoleh. Sudah ada Rever yang berdiri di sana.

"Waw, berarti namamu Yuna sekarang? Boleh aku panggil Yuna?" tanya Rever sambil tersenyum super lebar.

Stellar mendelik. "Papaku yang memanggil begitu, aku jadi terbiasa. Kalau dirimu sih, terserah saja mau panggil apa. Aku tidak peduli lagi."

"Lah, marah?"

"Tidak."

"Benar?"

"IYA."

Lalu diam. Mereka berdua sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak tau apa yang sebenarnya mereka pikirkan.

"Memikirkan sesuatu?" tanya Rever akhirnya.

Stellar menegok, "Tidak. Hanya, ya begitulah."

Tepat setelah Stellar menyelesaikan kalimatnya, petugas tukang tempel pengumuman datang sambil membawa beberapa selebaran. Dan setelah petugas tukang tempel pengumuman selesai menjalankan tugasnya, orang-orang yang sudah menunggu segera berkerumun, termasuk Stellar dan Rever.

"Rever, namaku ada tidak?" tanya Stellar yang tenggelam di antara kerumunan.

"Sebentar ... Yuna, Yuna ... Oh, ada. Kamu lulus. Sudah, ayo keluar dari sini," sahut Rever kemudian ia menarik tangan Stellar agar keluar dari kerumunan.

Selepasnya, mereka hanya berjalan tanpa tujuan di sekitar sana. Suasana yang terbangun hanyalah keheningan antara mereka berdua. Lagi-lagi pikiran Stellar hilang entah kemana.

"Memikirkan sesuatu, lagi?" Rever merapikan rambut Stellar yang menutupi wajahnya saking berantakannya. "Apa sih, yang kau pikirkan?"

"Setelah semua yang disebut masalah ini selesai, yang aku rasakan malah kosong. Rasanya seperti, tidak ada maknanya. Apa aku akan berakhir begini-begini saja sampai waktu yang tak terhingga?"

[1] TRUST ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang