Midst of This Heart

26 7 3
                                    

"Jangan pernah ragu, aku yakin semua akan terus membaik seiring berjalannya waktu, ketika kau berusaha."

Meyakinkan Jae memang bukan perkara sepele, namun tak juga sulit. Stellar harus berusaha mengerti seluruh keadaan sebelum menyarankan sesuatu pada Jae.

"Apa kau bisa menebak akhir dari semua ini?" tanya Jae tiba-tiba, keluar dari topik pembicaraan sejatinya.

Stellar masih belum siap untuk menyahut. Ia masih berpikir. Tentu ia tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi kelak. Mungkin ayah Rever akan kembali? Atau justru ayahnya yang kembali? Kemungkinan lain, mungkin saja Charlotte akan terkena pasal? Entahlah, ia tak bisa memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengerikan semacam itu.

Ngomong-ngomong soal Charlotte, sebenarnya keadaan Stellar tak begitu buruk karena Charlotte. Tekanan yang dialami Stellar tak sepenuhnya berasal dari Charlotte. Bahkan sekarang, keadaannya sudah bisa ia katakan baik-baik saja ketika ia berada di sebuah lingkungan yang menyayanginya. Dan saat Charlotte memutuskan untuk berkepala dingin ketika menyelesaikan masalah, hatinya pun terasa semakin membaik.

"Tidak pernah. Aku hanya bisa menjalani apa yang terjadi sekarang. Aku tak bisa memperkirakan masa depan."

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin memikirkan kemungkinan-kemungkinan." Stellar menampakkan senyumnya. "Yang ada sekarang saja sudah membuatku pusing. Apalagi kalau memikirkan masa depan kan ya."

Stellar memalingkan wajahnya dari Jae, kembali melihat ke langit. Lantas ia tesenyum. Langit yang cerah bertabur bintang, dan tentu saja, bintang jatuh yang telah mereka tunggu kehadirannya. "Lihatlah. Bahkan langit pun mendengarmu."

*..*

"Untuk kali ini, kalian adalah temanku. Memilih salah satu, tentu aku tak bisa. Aku tidak siap merusak persahabatan kita."

Saat ini, Charlotte tersenyum mendengar pernyataan Rever. Hatinya sudah lega, bebannya telah terangkat. Rever tetaplah mimpinya. Namun untuk kali ini, ia harus mengubah sudut pandangnya.

Kali ini, tidak akan ada lagi saling menyakiti. Kebersamaan, kasih sayang, dan kepercayaan akan menyelimuti mereka. Tak akan ada saling iri. Dan untuk mendapatkan kepercayaan terakhir mereka, mereka akan melakukannya bersama.

"Mulai saat ini, mari kita perbaiki kembali semuanya. Masalah ayahmu, mari kita selesaikan bersama. Mari kita cari tau bersama, mencari kebenaran dan kepercayaan kembali atas semua. Janji?" Charlotte mengacungkan jari kelingkingnya.

Rever hampir tertawa. Ia tak menyangka Charlotte akan melakukan hal ini. Namun ia tetap melakukannya.

Jari kelingking mereka berdua bertaut. Disertai dengan senyum dari kedua pihak yang melambangkan keikhlasan. Seperti mengulang kembali masa kecil, mereka akan memulai kembali semua dengan hati yang bersih. "Janji."

Janji mereka telah disaksikan oleh langit dan sejuta bintangnya. Langit yang terus sama, yang telah menjadi saksi dari kejadian lain yang telah tak terhitung jumlahnya.

Mereka, di bawah langit yang sama. Mereka tersenyum, menangis, dan mencurahkan segala emosi mereka di bawah langit yang sama. Ketika telah terbentuk suatu kesatuan, membenci pun tak bisa. Sekalipun kata benci selalu diingat sepanjang waktu, namun nyatanya tak bisa.

Akhirnya, kasih sayang yang selama ini tertutup oleh bayang-bayang semu sang benci pun kembali datang. Yang tentu akan selalu ada, menyinari hati mereka.

*..*

"Ngomong-ngomong, masih ada sesuatu yang aku penasaran dari Stellar," ujar Charlotte kala keadaan sudah mulai santai.

[1] TRUST ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang