0;1

634 70 3
                                    

Aku mendongak, melihat kelopak-kelopak sakura berterbangan diterpa angin hangat musim semi. Banyak siswa-siswi berjalan di bawahnya, menuju sekolah yang kutuju juga.

SMA Inarizaki.

Alasan kenapa aku memilih Inarizaki adalah jaraknya yang dekat dengan rumahku. Aku hanya perlu berjalan sekitar 5 menit untuk sampai ke sekolah. Dekat bukan? Aku tak perlu susah-susah untuk bangun pagi.

"Eh, eh, itu si kembar Miya, bukan?"

"Ah! Iya itu Miya Atsumu dan Miya Osamu!"

"Astaga, mereka keren banget!"

Aku melirik ke arah gadis-gadis itu berbisik. Lalu, melihat ke arah dua orang yang menjadi perhatian banyak orang di gerbang. 

Si kembar dari tim bola voli, Miya Atsumu dan Miya Osamu.

Well, kalau jujur, mereka memang ganteng. Atsumu, yang rambutnya lebih cerah, terlihat seperti sosok yang periang, sedangkan Osamu, yang rambutnya lebih gelap, terlihat seperti lonewolf. Kemampuan mereka dalam bermain voli juga membuat mereka tambah populer.

Aku memerhatikan Atsumu tertawa, membuat kesal kembarannya.

Aku pernah melihat pertandingan mereka tahun lalu. Permainan mereka membuatku terpukau. Kekuatan itu, aura itu, kerja sama itu. Pertandingan bola voli Inarizaki saat itu membuatku termotivasi. Rasanya seperti membuatmu ingin bermain voli.

Ah, tapi aku tidak suka olahraga.

Walaupun saat SMP aku mengikuti klub bela diri, aku merasa tak ingin mengikuti klub apa-apa saat SMA dan hanya ingin bersantai di rumah, bermain game.

Tiba-tiba, Miya Osamu bertemu pandang denganku. 

Aku kaget, tetapi aku tak mengalihkan pandanganku. Aku tetap melihat ke arah kedua anak kembar tersebut. Osamu sepertinya merasa awkward dan mengalihkan pandangannya ke arah kembarannya. 

Aku memasang wajah bingung, tapi tak memerdulikannya dan berjalan menuju papan pengumuman untuk melihat kelasku.

Aku ditempatkan di kelas 1-4. Kudengar, anak-anak dari kelas 4 dan 5 adalah anak-anak unggulan. Aku bingung bagaimana bisa aku termasuk anak unggulan ketika hal yang kupikirkan selalu game? Hanya Tuhan yang tahu.

Aku memilih untuk duduk di dekat jendela, barisan ketiga. Dengan berada di dekat jendela, aku bisa melihat pemandangan luar ketika sedang bosan, atau yah terkena angin sepoi-sepoi. Aku tidak suka duduk terlalu depan atau terlalu belakang. Makanya, aku pilih barisan ketiga.

Sambil menunggu bel berbunyi, aku memainkan ponselku. Tentu saja, aku bermain game. Game yang kumainkan berjenis RPG dengan style khas anime. 

Bukan, aku bukan otaku, just a mere fan.

Aku merasakan hawa orang yang melintas di sebelahku lalu duduk di belakang. Aku tak terlalu peduli karena aku sedang sibuk dengan game-ku saat ini. Aku hampir memenangkan stage ini!

"Ah, yes!" bisikku senang melihat keberhasilanku. Tinggal sedikit lagi timing out tetapi aku berhasil mengalahkan si villain

Aku menghadap ke belakang, melihat sosok yang duduk di belakangku. Seorang cowok, dia tinggi dan berbadan besar. Sepertinya dia seorang atlet. 

...Dan, kenapa dia terlihat kaget begitu ketika aku menghadapnya...?

"Hei," sapaku datar. 

"Uh, hai," sapa cowok itu, gugup.

Aku menaikkan satu alis, bingung, tetapi membiarkannya, "Namaku Harukaze Chihiro."

"A-aku Riseki Heisuke, s-salam kenal," ucap cowok itu, menundukkan kepalanya.

Foxes Sanctuary 「 Inarizaki 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang