Adela POV
Ketika sedang tersenyum sendiri karena lamunanku yang konyol, tiba-tiba motorku melaju tak seimbang. Jalannya juga sedikit lebih berat. Aku menepikan motorku dan menstandartkannya. Kulihat bensinku masih ada setengah tangki, kunyalakan mesinnya masih bisa, aku mengecek ban depan tidak apa-apa dan terakhir ban belakang yang ternyata sudah kempes. Sungguh apes sekali malam ini, di kondangan digoda kapan nikah, sekarang ban kempes dan ini malam hari, perjalanan masih setengah jalan lagi.
"Oh Tuhan, badan udah remuk, motor kempes, malem-malem, mana sepi lagi. Tukang tambal ban masih jauh pula. Ya Allah kirimkanlah manusia baik hati yang bisa nolong saya, polisi apa siapa gitu yang baik Ya Allah. Ngeri banget gue. Moga nggak ada orang jahat yang yamperin, apalagi hantu." Aku berdoa di tengah perjalanan mendorong motor, karena tidak mungkin aku menelepon ibu di rumah yang sudah pasti tidak bisa naik motor. Di tambah lagi Fajar adikku yang sedang penelitian di luar kota.
Terlintas di pikiranku untuk menghubungi Yuda. Kenapa Yuda? Entahlah itu saja yang terpikir. Tapi kontaknya pun aku tidak tahu. Bodoh, kenapa nggak minta tadi? Aku lalu menhubungi Fira, siapa tahu bisa dihubungkan dengan Yuda. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada jawaban dari Fira, mungkin tidak mendengar ada telfon masuk atau memang sedang tidak memegang hp.
Jalan terakhir satu-satunya adalah tetap berusaha mendorong motor matic dengan jarak sekitar satu kilometer untuk sampai ke tempat tukang tambalban terdekat, itupun jika masih buka. Jika sudah tutup, maka aku harus mendorong satu kilometer lagi untuk sampai rumah. Dengan penampilanku yang masih menggunakan dress serta high heels, jangan bayangkan sakitnya seperti apa di betis. Memakai sepatu berhak tinggi itu sudah menyiksaku, apa lagi harus ditambah mendorong motor. Mungkin setelah ini badanku akan sedikit langsing dan berotot.
Jam semakin malam, ini masih beberapa meter dari tempatku berhenti tadi. Jalanan mulai sepi, timbul kekhawatiran sekaligus kengerian di benakku. Aku berusaha mempercepat langka dan mendorong motorku kuat-kuat. Dan nyatanya badanku yang kurus ramping ini tak membawa perubahan yang signifikan. Setelah beberapa meter, aku merasakan sesuatu yang tidak enak, seperti ada yang mengikutiku dari belakang. Benar saja dari belakang aku melihat ada sorot lampu sepedah motor yang sedang mengarah kepadaku. Kupercepat doronganku pada sepedah motorku tanpa berani menoleh kebelakang. Kalau duitku banyak mungkin sudah aku tinggal lari motorku, tapi sayang cicilannya pun belum lunas.
Aku mendengar motor itu semakin mendekat, semakin kencang pula aku merapal doa-doa dari mulutku. Keringat dingin bercampur keringah kelelahan membasahi dahiku. Hingga saat motor itu berada disampingku, aku tidak berani menoleh, hanya melirik dari ekor mataku. Ternyata ada dua orang yang sedang berboncengan mengendarai motor itu. Mereka berpakaian serba hitam dengan masker berwarna senada menutupi wajah di bawah helm yang juga berwarna hitam. Hingga salah satu diantara mereka memanggilku.
"Selamat malam, Mbak. Ada masalah dengan motornya?" pertanyaan yang sudah pasti membuatku kaget dan spontan berteriak.
"Pak, saya perempuan baik-baik ya! Jangan macam-macam! Saya juga bisa karate!" jawabku dengan teriak tanpa menoleh.
"Loh, mbak kami nanya baik-baik lo. Kami juga tidak macam-macam. Kami ini anggota kepolisian yang sedang patroli mbak. Sepertinya mbak butuh bantuan makanya kami menghampiri mbak ke sini."
Ucapannya membuatku langsung menghentikan doronganku. Lalu aku menengok ke kanan dengan masih waspada, karena sekarang ini banyak orang jahat yang mengaku jadi polisi. Terlebih lagi mereka tidak memakai seragam polisi, tapi baju hitam, celana hitam, dan atribut serba hitam. Setelah memperhatikan atribut yang digunakan, aku meminta maaf dengan memperlihatkan senyum canggung pada kedua anggota polisi tersebut.
"Maaf pak, saya kira orang jahat. Jalannya sepi banget soalnya. Ini ban saya bocor kayaknya pak." Jawabku dengan memelas.
"Sudah menghubingi keluarga, teman, suami, atau pacar mungkin mbak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG LAGI???
Romance"Gue nyari laki yang serius, dewasa, nggak manja, bisa ngasih kepastian dan komitmen. Bukan berondong, yang udah pasti bakalan didekepin terus sama emaknya." "Gue nggak mau direpotin sama cowok tengil, yang nggak bisa diajak serius. Karena buat gue...