1

47.1K 1.1K 16
                                    

Saat aku tidak ingin bertemu denganmu tetapi malah bertemu. Ini gila.

Bau makanan yang sepertinya enak tercium dari dapur. Membuat siapa saja ingin makan walau tidak terlalu lapar. Tersedia jamuan sarapan pagi yang lebih luar biasa dari sebelumnya. Tentu saja karena hari ini adalah awal bulan. Hari dimana seseorang yang sudah bekerja mendapat gaji dan yang belum bekerja mendapat gaji buta dari orang tua. Misa keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membalut rambut dan kaos besar dengan celana pendek. Wajahnya sumringah melihat menu makanan dipagi itu. Bervariasi dan banyak.

"Pril, luar biasa ini mah."

Misa langsung duduk dan mencicipi makanan itu tanpa permisi kepada pembuatnya.

Aprilia Giardan, teman sekamar Misa di apartemen melati nomor 23. April hobi masak dan punya tradisi untuk merayakan hari pertama dapat dikiriman dari orang tuanya. April dan Misa satu kampus, satu jurusan, satu angkatan tetapi tidak untuk satu hari wisuda. April masih bergumul dengan urusan seminar dan sidang yang dulu ia lupakan karena sibuk berurusan dengan Riki, mantan pacarnya.

Misael Mesakhia, gadis yang juga merantau dan berbagi apartemen dengan April. Misa sudah lulus walau tidak tepat waktu karena harus mengulang satu matakuliah. Misa baru lulus sekitar sebulan yang lalu. Hari ini, hari yang sepertinya indah ini menjadi hari pertamanya masuk kerja di Tokokeren. Sebuah perusahaan yang sedang merintis karir untuk bersaing dengan kompetitornya. Tokokeren menjadi perusahaan e-commerce yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Misa benar-benar berbangga hati bisa bekerja ditempat itu. Tempat itu menjadi incaran para lulusan IT universitas di Indonesia.

"Entar gaji pertama beliin gue mobil jaguar." April mengucapkan sebuah permintaan yang tidak masuk akal.

"Kalau bukan karena si Setan gue udah kerja dari dulu."

Misa kembali mengingat masa suramnya saat tidak lulus mata kuliah Algoritma dan Pemrograman. Bukan karena malas tapi karena tingkat kesulitan soal dari dosennya. Dosen itu terkenal memberikan soal ujian yang tricky dan sulit. Tak ada ampun bagi mahasiswa. Apa yang diperoleh itu yang akan ditulis dalam hasil akhir. Dosen itu kerap disebut sebagai dosen tanpa perasaan.

"Sudahlah. Jangan inget itu lagi."

"Sulit melupakan itu Pril. Bukan cuma gue tapi yang lain juga benci sama dia kan. Kalau lo sih engga. Karena lo lulus mata kuliah itu dalam sekali tebas." Misa mempraktikkan gaya tebasan yang paling kuno di abad ini.

"Bukan begitu. Biar lo fokus buat hari ini aja. This is your first day."

"Ok miss April. I will do my best today."

Misa beranjak dengan mengenakan setelan kemeja hijau muda dan rok hitam. Dia membawa sebuah blazer yang dipegangnya ditangan kiri. Misa meminjam sepatu pantofel milik April. April memang jauh lebih kaya dibanding Misa. Hal inilah yang membuatnya sedikit tidak peduli harus lulus tak tepat waktu. Misa sebenarnya yakin bahwa perusahaan itu tidak memiliki peraturan ketat mengenai pakaian. Apalagi Misa diterima sebagai software engineer  yang notabene lebih banyak berkecimpung dibalik layar. Alasan Misa mengenakan pakaian serba rapi itu adalah untuk memberikan kesan yang baik diawal pertemuan. Sebagaimana Misa masih seorang fresh graduate.

Untuk sampai ke Tokokeren, Misa harus naik commuter line menuju stasiun sudirman. Dari stasiun sudirman ia bisa naik transjakarta atau ojek online. Misa memutuskan untuk naik ojek online pada hari pertamanya ini. Tidak ribet dan cepat.

Gedung Tokokeren menjadi gedung yang tak kalah keren dibandingkan gedung-gedung pencakar langit didaerah elit sudirman. Saat interview, Misa sampai terkesima melihat betapa berbedanya kota itu dengan kampung halamannya. Dan saat ini Misa masih terkesima juga.

Misa mengenakan blazernya tepat didepan gedung itu. Ia langsung masuk dengan rasa percaya diri yang tinggi. Memulai harinya dan menghasilkan uang yang banyak. Ia menyakinkan dirinya bahwa bulan ini adalah bulan terakhir mamanya mengirimkan uang bulanan.

"Mbak Misael?" seseorang yang tampilannya tampak jauh lebih rapi datang menghampiri Misa yang duduk dikursi tunggu.

"Iya mbak."

"Ikut saya ya." ucapnya sambil tersenyum. Ia sepertinya seorang resepsionis.

Misa mengikutinya hingga sampai kesebuah ruangan berkubikel yang sudah dipenuhi oleh beberapa orang. Tampilannya jauh dari kata rapi. Hal itu sesuai dengan jabatan yang ia dapatkan. Resepsionis tadi berjalan menuju seseorang yang tentunya dikenal oleh Misa. Pak Tora, pihak yang menginterviewnya dulu. Pak Tora tampak tersenyum dan berjalan menuju kearah Misa. Misa menyapanya dengan senyuman semanis mungkin.

"Selamat pagi semuanya. Hari ini masuk anak baru buat membantu kita di tim ini. Ayo Misa, perkenalan."

"Nama saya Misael Mesakhia. Panggil saja Misa. Saya baru saja lulus dari Universitas Rinjani jurusan Sistem Informasi. Tepat sebulan yang lalu. Ini pengalaman kerja pertama saya. Mohon bimbingannya karena saya memang pasti harus dibimbing biar bisa mengikuti kalian yang lebih senior. Terimakasih."

Semua tepuk tangan mengapresiasi. Rata-rata orang yang ada di tim itu adalah laki-laki. Hanya ada beberapa saja perempuan. Pak Tora menujukkan tempat Misa untuk bekerja. Misa segera duduk dan berkenalan dengan orang-orang disekelilingnya. Ada mas Arga, Kian, Dion dan Sesil.

"Mi, lo santai aja ya. Disini orang-orangnya bersahabat kok." seru mas Arga.

"Iya mi. Dan lo gak mesti serapih ini sih. Pakaiannya kaos oblong juga gapapa." Kian ikut menanggapi.

"Iya. Soalnya gue masih baru lulus. Kesannya ingin memberikan yang terbaik."

"Oh ya Mi, di tim kita juga masih ada 1 orang lagi. Dia juga lulusan UR. Mungkin saja kamu kenal dia." Sesil ikut nimbrung menghantui kubikel Misa.

"Oh iya, siapa namanya?"

Tiba-tiba seseorang datang. Mata Misa terbelalak. Ia mendapatkan seseorang yang sangat ia benci. Jantung Misa berdetak tak karuan. Bukan karena suka tapi syok. Selatan Faldiano, dosen yang membuatnya harus mengulang satu semester lagi, dosen yang ia harap tidak pernah muncul dalam kehidupannya.

Misa terpaku. Atan juga terpaku. Atan tentu mengingat Misa, mahasiswa yang mengejar-ngejarnya untuk diberikan kebijakan semacam remedial perbaikan nilai. Namun, Atan menolak mentah-mentah. Tanpa kompromi.

Atan memberikan senyuman terbaiknya. Misa juga demikian tapi tentu saja palsu.

Misa teringat pertemuan dengan teman-teman kuliahnya minggu lalu. Misa, April, Airin dan Rumi yang berteman dekat selama kuliah. Pertemuan mereka tidak lepas dari pembicaraan mengenai Atan, dosen yang membuat setiap orang kesal.

"Gue baru tahu kalau Pak Atan udah gak jadi dosen lagi. Katanya dia udah kerja diperusahaan gitu. Mungkin karena statusnya masih belum jadi dosen tetap di kampus." cerita Airin sambil menikmati kentang goreng dibalut mayones diatas meja.

"Kebahagiaan lah buat adik kelas. Mereka gaka harus merasakan penderitaan diajar oleh dosen pelit dan perfeksionis itu." Misa menimpali.

Reuni itu dipenuhi dengan pembahasan seputar pekerjaan, kuliah, jodoh dan Atan. Airin sudah bekerja sebagai Quality Assurance di salah satu perbankan di Jakarta. Rumi juga sudah bekerja di perusahaan IT di daerah kuningan. Airin dan Rumi tinggal dirumah orang tua karena mereka asli Jakarta. Berbeda dengan Misa yang membenci Atan, Airin menjadi salah satu fans Atan. Segala informasi mengenai Atan pasti diketahui Airin. Jadi wajar saja Airin tahu jika Atan sudah berhenti jadi dosen.

Hai....
Nantikan terus kisah Pak Atan dan Misa.
^^
Jgn lupa : Vote, comment

My Support SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang