4

16.1K 802 4
                                    

Katanya, cinta tumbuh karena terbiasa. Hal itu juga berlaku pada benci. Tapi, kenapa aku lebih tertarik pada kata cinta daripada benci?


Grup WhatsApp bernama SIUR'16 itu sedang heboh karena sebuah foto. Foto yang dengan jelas menunjukkan wajah Atan dan Misa sedang berjalan berdua kearah mobil. Sebagaimana efek media sosial yang kerap menimbulkan kesalahpahaman, hal itu dirasakan oleh Misa hari itu. Orang yang melihat foto itu pasti mengira bahwa mereka baru saja ngedate, pedekate atau apalah. Padahal aslinya tidak demikian.

Semua ini adalah ulah Johan yang tak sengaja melihat mereka berdua keluar dari Starbucks. Bukannya mengirimkan pesan secara personal kepada Misa, cowok itu malah menyebarkan foto Paparazi nya di grup yang isinya sejagad raya. Semuanya memberikan pesan selamat dan berbahagia. Sebagian juga mengirimkan celotehan turut iri dan cemburu.

Seperti yang dikhawatirkan, grup satunya lagi ikut sibuk dan ramai. Grup itu hanya berisi empat cewek. Grup bernama Cantik Cantik Perawan itu ramai oleh pertanyaan dari Airin dan Rumi. Rumi adalah cewek yang merekomendasikan nama grup itu. Entah apa gunanya, tapi tiap melihat nama grup itu Misa langsung tertawa. Ide brilian Rumi memang tidak mudah diprediksi.

Airin : Lo beneran pacaran sama Pak Atan?  Liar binasa sekali. Jangan bilang itu benar.

Rumi : woles. Kalau benarpun, gue gak masalah. Bahagia kalau teman gue nikah sama dosen cakep :v

Airin : April kenapa gak nongol ya. Jangan-jangan April udah tahu. Secara kalian serumah. Jahat!

Rumi : Plis, give us explanation!

Airin : @misaelmesakhia

Misa : Gaes. Gue gak ada hubungan apa-apa sama si Setan. Gue gak sengaja 1 tim sama dia di Tokokeren. Entar kita ketemu gue ceritain deh.

Misa meletakkan ponselnya dan mengaktifkan mode silent. Dia ingin fokus pada pekerjaannya. Ia melirik kearah Atan dan saat itu Atan juga sedang melihatnya. Mata mereka bertemu. Misa sampai salah tingkah dan pura-pura mengobrol dengan mas Arga yang merupakan pemilik kubikel disamping Misa.

***

"Pak, menurut saya sebaiknya kita mengembangkan fungsi-fungsi ini saja. Sesuai dengan requirement yang diinginkan client pada rapat kemarin. Saya sengaja menggabungkan fungsi 12 dan 13 karena mengambil data yang sama. Kalau kita bikin 2 sama saja tidak efektif dan efisien."

Misa memberikan kertas berisi gambaran fungsionalitas yang hendak dikerjakan. Atan melihat hasil kerjanya dan sepertinya cukup memuaskan. Atan mengambil tasnya hendak keluar dari ruangan.

"Ayo pulang."

"Loh, saya pulang sendiri saja pak."

"Kita kan satu tujuan. Lagian ini sudah pukul 9. "

Pukul 9 bagi Misa bukanlah jam malam. Itu masih pagi banget. Ia bahkan pernah keluyuran sampai jam 3 pagi bersama teman-temannya.

"Baiklah pak." Misa mengalah. Ia menyusul Atan yang sudah berjalan duluan. Wajah tampannya itu mampu membuat wanita-wanita menghentikan langkah kakinya. Atan sebagai cowok yang dari sisi mana saja punya nilai tambah. Pintar, ramah,  fashionable dan tentu saja kaya. Misa bisa menebak gaji Atan yang sudah sampai dua digit.

"Kamu masih kesal sama saya?" tanya Atan karena Misa tak memandangnya sedari tadi. Misa seakan menganggap Atan sebuah patung kuno yang gak layak digubris.

"Hah? Eng..engga pak." Misa berusaha tersenyum. Walau senyuman itu terlihat sebagai senyuman palsu.

"Bagaimanapun juga, semua itu sudah sejarah. Sejarah itu cuma masa lalu yang harus kita lupakan. Kalau diingat-ingat terus gak baik."

My Support SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang