5

15.7K 773 5
                                    

Apa yang baru saja kau lakukan benar-benar diluar akal sehatku. Tapi aku menyukainya. Sangat!

Kantor Tokokeren didominasi oleh warna maroon sesuai dengan logo andalannya. Gedung itu diawasi oleh beberapa satpam. Semenjak kerja di Tokokeren, Misa lebih sering berpapasan dengan Pak Rusman. Pak Rusman terkenal ramah kepada siapa saja. Misa berjalan gontai hendak menuju ruangan khusus bagian IT. Tokokeren tentu saja memiliki bagian lain didalam organisasi perusahaan seperti HR, marketing and sales, finance dan lain-lain. Masing-masing bagian hanya dipisahkan oleh lantai yang berbeda. Bagian IT berada di lantai 8. Bagian IT juga dibagi menjadi beberapa tim. Programmer, UI, UX, Software Engineer, Database Administrator dan bagian IT lainnya.

Awalnya Tokokeren berkantor disebuah ruko kecil di daerah pasar minggu. Setelah berkembang lebih besar akhirnya Tokokeren bisa memiliki gedung sendiri di daerah elit Sudirman. Selain perubahan gedung yang signifikan, peningkatan karyawan juga meningkat. Pekerjaan yang semakin banyak dan kompleks membutuhkan karyawan yang banyak juga.

"Mbak Misa, habis lembur ya?" celetuk Pak Rusman saat melihat Misa berjalan seperti orang mabuk narkoba.

"Bukan pak. Mata panda ini karena banyak pikiran."

Pikiran yang menghantui Misa akan pesan WhatsApp Atan. Perkataan April kembali merasukinya. Tak mau pergi. Untung saja Misa tak membaca pesan itu. Cewek itu sangat berterimakasih pada orang yang membuat fitur berupa widget yang memungkinkan pengguna untuk membaca pesan tanpa membuka aplikasinya. Kekurangannya adalah bahwa widget itu tidak berlaku jika seseorang mengirimkan gambar.

Misa membalas pesan itu dipagi hari pukul 5 pagi. Ia hanya mengetikkan kata, "Saya sudah tidur tadi malam pak."

"Jangan terlalu banyak mikirin saya mbak." goda Pak Rusman bercanda.

"Bapak sih. Ganteng banget tiap hari. Saya sampai pangling kalau liat bapak." celetuk Misa mengikuti skenario yang diciptakan Pak Rusman.

Misa memasuki ruangan kerjanya. Duduk dikursi sambil menghela nafas. Dia bersyukur Atan belum datang. Dia merasa kelelahan tadi malam karena memikirkan pesan yang dikirim Atan.

"Misa, tumben cepet banget. Biasanya Sesil duluan yang datang." seru Mas Arga dengan pop mie pedas dower ditangannya. Misa bergidik melihat sarapan pagi paling laknat itu. Bisa-bisanya Mas Arga mengisi perutnya dengan makanan paling tidak manusiawi itu.

"Sengaja mas. Biar bisa tidur bentar." dusta Misa.

"Lo mau gue buatin pop mie? Gue masih ada stok di pantry."

"Gak mas. Gue gak suka pedas sama sekali!"

"Oh gitu. Atan punya teman ternyata."

"Maksudnya mas?"

"Sama sama gak suka pedas. Semua yang diruangan ini maniak pedas. Bahkan Pak Tora juga."

Misa semakin tidak tahu mengapa ia begitu cocok dengan Atan di berbagai kondisi. Misa kemudian duduk dikubikelnya dan berencana tidur sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Pertanda sebuah pesan WhatsApp.

Pak Atan : Saya di foodcourt lantai 1. Kamu kesini ya, ada yang ingin saya bahas.

Misa mengambil buku dam pulpen. Ia langsung berlari ke lantai 1. Tak seperti yang ia duga, Atan sedang duduk dimeja makan dengan dua porsi gado-gado.

"Ada apa ya pak? Apakah ada yang perlu saya revisi?"

"Saya menyuruh kamu bukan buat itu. Buang saja bukumu itu. Saya mau ngajak kamu sarapan."

Wajah Misa merona. Ucapan April tadi malam terngiang-ngiang. Ia menatap Atan yang mulai menikmati gado-gado itu. Setelan yang ia gunakan adalah kemeja warna hitam dan celana jeans. Sungguh perpaduan yang sempurna.

"Kenapa berdiri? Saya kebanyakan uang. Makanya saya beli dua porsi. Saya pikir saya bisa menghabiskannya. Dan saya baru ingat bahwa makan pagi dianjurkan untuk jangan banyak-banyak. Bahaya bagi pekerjaan."

"Bahaya apa?"

"Banyaknya karbohidrat yang masuk ketubuh bisa bikin ngantuk. Nanti Pak Tora marah-marah liat saya ngantuk."

Misa mulai makan sambil tersenyum. Cowok itu punya sisi humoris juga walau sering kali disisipi kesombongan.

"Kamu jangan sepele sama saya. Walau saya tidak tahu semboyan Jasmerah tapi saya masih peduli kesehatan badan. Apalagi saya jurusan IPA."

"Iya deh pak. Bodo amat IPA atau IPS. Jurusan bukan patokan keberhasilan."

Gado-gado yang ditraktir Atan ternyata enak rasanya. Misa dapat dengan mudah menghabiskannya. Diwaktu lain ia berencana untuk meneliti bahan-bahan yang digunakan agar bisa ia rekomendasikan pada April.

"Oh ya pak, bapak tahu saya sudah dikantor darimana?"

"Dari Arga. Dia mengirim foto makanan paling menjijikkan bagi saya. Dan difoto itu ada kamu. Jadi rasa jijik saya mendadak hilang."

"Dan berubah jadi najis ya pak." ledek Misa. Atan tertawa mendengar lelucon receh itu.

Pagi itu Arga ingin mengirimkan foto mie pedas dower pada Sesil dan Kian. Pesan itupun berlabuh di penerima yang salah. Arga sampai minta maaf pada Atan karena mengirim foto itu. Seluruh tim Software Engineer tahu bahwa Atan punya phobia terhadap rasa pedas.

"Misa? Lo ngapain disini?" sapa seseorang. Misa menoleh dan kaget mendapati Hasa sedang memegang segelas kopi Starbucks di tangannya.

Atan menatap cowok itu dengan tajam. Misa menyadarinya dan mengajak Hasa untuk bicara ditempat yang agak sepi tapi masih di sekitaran foodcourt.

"Lo ngapain disini?" tanya Misa ketus.

"Kenapa lo malah balik nanya sih."

"Jawab aja!"

"Gue baru kerja disini. Bagian Business Development. Gue baru resign dari kantor lama soalnya kurang menjamin masa depan. Kalau lo dibagian apa? Gue bisa lihat kalau cowok tadi itu partner kerja lo. Lo dibagian apa?"

Damn!

Cowok itu mampu membuat Misa kehilangan akal sehatnya. Tanpa pikir panjang Misa melakukan kesalahan paling besar yang pernah ia lakukan selama hidup di dunia ini.

"Ini kantor pacar gue. Orang yang tadi lo liat itu pacar gue. Jadi mulai sekarang kita pura-pura tidak kenal saja ya."

Misa menatap Hasa sekilas dan pergi menyusul Atan yang melirik kearah mereka sedari tadi. Misa meyakinkan Hasa dengan skenario merangkul tangan Atan. Menariknya menuju lift yang sudah terbuka. Lift tertutup dan Misa langsung melepaskan tangannya dengan cepat. Bukannya terlepas tapi tangan itu kian erat dengan tangan Atan.

"Pak, lepaskan tangan saya!"

"Kamu yang memulai skenario duluan. Dia mantan pacarmu ya? Kali ini adalah tebakan."

"Iya. Anda benar 100%." ucap Misa cepat. Atan segera melepaskan tangannya. Misa masih syok dengan perbuatan Atan saat itu.

"Saya minta maaf pak. Hanya ini yang bisa bikin dia berhenti berharap pada saya." seru Misa menyesal.

"Lain kali jangan jadikan saya tumbal atas urusan kamu. Dan kamu, berhutang satu budi pada saya. Akan saya tagih sebelum akhirat mendekat."

Lift terbuka. Atan buru-buru masuk dan duduk dimeja kerjanya. Misa masih membatu dan syok dengan ucapan terakhir Atan. Mungkinkah dosennya itu seorang psikopat? Kenapa kata-katanya begitu menyeramkan. Membuat Misa bergidik.

Misa berjalan gontai menuju kubikelnya. Melihat daftar pekerjaan yang ia susun kemarin. Mencoba fokus dan mulai bekerja walau pikirannya melayang pada kenyataan bahwa Hasa sekantor dengannya dan Atan bertingkah aneh bin laden.



Hai ^^

Jika ada tulisan yang rancu baik dari segi penulisan atau maknanya silahkan dicomment ya.

Jangan lupa : vote, comment. And follow me if you want  :)

My Support SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang