Percayalah. Satu kata yang membuat Chelsea masih bertahan dengan perasaannya.
"Sungguh?" Tanya Randy dengan antusias. "Duta juga berkata, ia tidak akan meninggalkan kita" Seringai Chelsea terhadap kedua temannya. "Lalu kemana dia sekarang?" Tanya Ray. "Ia pergi menemui ayahnya di Melbourne dan ia akan segera kembali" Senyum Chelsea makin merebak.
***
Melbourne, 10/03/2015
"Ayah" Panggil Duta lembut. "Iya?" "Apakah kita bisa berbicara?" "Banyak hal yang ingin ayah bicarakan terhadapmu juga." Tuan Rumah itu menutup lembar kerjanya dan focus untuk berbicara dengan anak tertuanya.
"Nak, kenapa kau tidak menuruti kata Ayah? Mengapa kau menghilang saat Boarding Pass empat hari yang lalu dan baru tiba di sini pada hari ini?" "Maaf yah.." Jawab Duta lemas.
"Apakah kau sudah merencanakan semuanya? Kau sudah merencanakan bagaimana caramu agar bisa lari?" "Apa kau tahu, kau melanggar perjanjian kita." Lanjut sang ayah.
"Tapi yah, aku mohon jangan sentuh keluarga Chelsea."
"Apa sebegitu cintanya kau dengan putri tunggal Bapak Irawan?" Duta tidak bisa menjawab dengan kata – kata namun kali ini ia hanya menganggukan kepalanya.
"Hanya dua permintaanku yah" "Apa itu?" Suasana hening sejenak, kemudian Duta memberanikan diri untuk menatap ayahnya. "Aku ingin kita semua tinggal kembali di Jakarta. Dan... " Duta agak ragu dengan permintaan keduanya.
"Katakanlah" "Jangan pisahkan Aku dengan Chelsea." Permintaan itu membuat Ayahnya tertegun. Ayah menyimpulkan kedua tangannya di dada dan tersenyum kecil. "Mengapa Ayah tersenyum?" Tanya Duta bingung. "Anak ayah sudah dewasa." "Sebenarnya ini berhubungan dengan apa yang mau ayah bicarakan denganmu" Duta mengerenyitkan dahinya.
"Kerja sama Ayah dan teman Ayah sudah batal. Ayah tidak akan menjodohkanmu dengan siapapun. Ayah baru tersadar setelah berbicara dengan Ibumu. Lagi pula, Irawan adalah sahabat Ayah, mana mungkin Ayah tega melakukan semua itu"
"Berarti―" "Um.. Satu hal lagi" Ucapan Duta terhenti. "Ayah setuju kalau kita pindah lagi ke Jakarta." Duta sudah menunjukkan muka riangnya. Tiba – Tiba Ibu dan Dafa muncul di tengah obrolan Duta dan Ayah. "Ibu.." Duta menghampiri dan memeluk sesosok malaikat baginya.
Jakarta, 17/03/2015
"Aku senang akhirnya kita kembali tinggal di Jakarta. Sebenarnya juga aku lebih suka tinggal di sini daripada di Melbourne." Ujar Dafa di saat mereka semua sedang mengemas barang setelah kembalinya keluarga Argiantara ke Jakarta. Duta pun setelah kembali ke Jakarta langsung pergi menghampiri teman – temannya, Chelsea, Ray, dan Randy.
Saat itu Chelsea, Ray, dan Randy sedang ada di kolam batu. Seperti biasa, mereka bermain dan suka jajan – jajan di daerah situ. Saat mereka bertiga melihat kedatangan Duta. Ray dan Randy berlari memeluk Duta sementara Chelsea hanya tersenyum dari jauh sambil memakan sosis panggang yang sudah belinya tadi. "Hahaha, Melow banget sih kalian jadi laki!" Teriak Chelsea membuat ketiganya menengok.
Selama 7 hari Duta tidak ada di Jakarta, ia memang hanya berhubungan dengan Chelsea lewat Video Call atau paling tidak Chatting tanpa mau tahu kabar Randy dan Ray. Hubungan Duta dan Chelsea makin lama makin terlihat kalau mereka saling menyukai dan menyayangi.
"Bagaimana kau bisa kembali lagi ke sini Ta?" Tanya Randy. "Ibuku. Semua berkat Ibuku, ia membujuk Ayahku karena ia tahu bahwa aku dan Dafa adalah anaknya dan tidak pantas dijadikan jaminan bisnis apapun itu" Jelas Duta panjang lebar.
"Chels!" Panggil Duta tiba – tiba. Chelsea menoleh sambil mengangkat kedua alisnya. "Aku sudah bilang kan jangan percaya pada kolam batu itu. Tapi–.."
"Hahaha, kau penasaran juga dan ingin mencobanya lagi kan?" Potong Ray disusul tawa oleh Randy. "Cobalah!!" Lanjut Randy.
Chelsea menyetujui permintaan Duta dan mereka berdua sudah berdiri di kedua ujung kolam batu itu. Seketika ramai orang berdatangan mendekati kolam batu itu untuk menyaksikan dua insan Tuhan yang sedang ingin membuktikan cintanya.
Chelsea dan Duta melangkah dengan tempo yang bersamaan. Chelsea tampak percaya diri pada batu terakhir sebelum menuju batu paling tengah. Berbeda dengan Duta yang tampak ragu memilih batu terakhir sebagai lompatan menuju ke tengah.
Dengan satu tarikan nafas, Duta memberanikan memilih batu yang sebelah kanan. Ray dan Randy sudah ketakutan di pinggir kolam kalau mereka tidak akan berhasil.
Namun dugaan mereka berdua salah, Duta berhasil di batu terakhir dan ia melangkahkan ke batu yang di tengah bersamaan dengan Chelsea. Keduanya bertemu di batu yang sama, badan mereka sangat rapat sehingga Chelsea harus mendongak agar bisa menatap mata Duta.
Mereka saling diam dalam tatapan yang bertautan, mata mereka seolah berbicara sampai akhirnya membuat keduanya tersenyum. "Waktu itu, aku sengaja. Aku sengaja memilih batu yang salah karena aku pikir kau sudah bahagia dengan Ray dan aku akan pergi jauh untuk melupakanmu." Jelas Duta.
"Jangan percaya dengan batu ini. Meskipun kita berhasil, jangan pernah percaya dengan batu ini." Lanjutnya membuat Chelsea meneteskan air mata. Bukan air mata kesedihan, namun ia terharu karena dikalimat berikutnya, Duta mengatakan.. "Aku menyayangimu, Chels" Duta mencium kening Chelsea dan Chelsea pun memeluk Duta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myth.
Short Story[Completed] Inspired by Taiwanese Drama : Magician of Love. I created this story on 2015.