Part 4 "... iya, aku mau jadi pacarmu..."

933 21 6
                                    

Rasta POV

Hari yang membosankan. Kenapa tak ada satupun hiburan disini?  Ini kan sekolah. Wajar saja jika ada kejadian aneh, atau kejadian lucu terjadi. Tapi hari ini? Tak ada sama sekali. Di kelas pun cewek-cewek yang biasanya genit menggoda ku, tadi meraka bersikap ‘normal’. Huh, kenapa juga...

“AAAAA!!!” Jeritku ketika tiba-tiba ada cewek aneh yang berlari sambil berteriak. Hebatnya dia membuatku berlari sambil berteriak juga. Aku pikir mungkin ada gajah yang lepas dari kandangnya, kemudian menyerang sekolah kami. Sehingga wajar saja kalau cewek ini berlari sambil berteriak. Lagipula raut wajahnya pucat, sepeti ketakutan. Jadi aku tidak perlu repot-repot mengira dia adalah salah satu cewek genit yang caper kepadaku. Ya, dari mimik wajahnya ia ketakutan, sangat ketakutan. Dan akupun ketakutan dibuatnya.

Gadis itu tak berhenti berlari sambil berteriak dibelakangku. Jadi, seakan-akan orang yang tidak mengetahui asal mula dari semua ini akan menyangka kalau dia akan membunuhku, memakanku hidup-hidup. Mengapa aku berkata demikian? Sekali lagi karena mimik muka nya.

Dengan terengah-engah aku mencoba berlari. Berjalan lebih tepatnya. Aku capai sekali. Lututku gemetar rasanya. Bagaimana tidak? Sudah hampir setengah jam aku berlari. Lalu, kalian bertanya keadaan gadis itu? Gadis itu teregah engah dengan hebatnya. Mencoba mengumpulkan oksigen yang dapat ia hirup untuk di hirup.

Setelah semuanya cukup tenang menurutku, perlahan kudekati dia. Aku ingin mengetahiu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang, posisinya membelakangiku. “Hey..” panggilku. Aku tak tau siapa namanya. Lalu dia yang sepertinya sedikit kaget dengan sapaanku langsung menoleh padaku, menyibakkan rambutnya. Tuha, itu cara menyibakkan rambut ter indah yang pernah kulihat. Ditambah lagi parasnya yang cantik. Mata abu-abunya, hidung mancungnya, bibir tipisnya, dan kulit putihnya terasa sempurna bagiku.

Dia sepertinya juga tak mengenalku. Wajar saja, aku baru pindah kesini kelas XI lalu. Aku segera menyodorkan tanganku dan dia dengan cepat membalas salamanku. “Rasta, kamu?” aku bertanya sambil memperhatikan bibir tipisnya yang mulai membuka “Anne, Anne Clark” katanya sambil tersenyum. Oh, senyumnya.....

Anne POV

Aku mulai meninggalkan kelasku, menuju tempat parkir yang jaraknya jauh. -_- kalian tau kan, seluas apa sekolah ini? Aku bahkan belum hafal beberapa ruangan di sekolah ini.

Akhirnya aku mulai berlari menjauh dari kelas itu, sambil tetap berimajinasi bahwa dibelakang ada zombie yang siap memakankuhidup hidup jika aku tak lari. ‘hosh.. hosh..’ capai juga rasanya, batinku. ‘sebaiknya aku istirahat sebentar.. hh, padahal tempat parkir masih jauh’ memang, aku buruk sekali dalam olahraga. Baru berlari sedikit saja sudah capai begini..

Namun, rasa santai itu tidak berlangsung lama ketika aku lihat David samar samar keluar dari kelas. OH! TIDAK!

Aku segera berlari, berlari secepat yang aku bisa. Hey, kau tahu? Sebenarnya aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus lari seperti ini. Yang aku tau haya aku malu karena aku yakin tadi mukaku seperti kepiting rebus di depan David. Selain itu? Aku tidak tau. Hanya firasatku menyuruhku untuk berlari. Dan firasatku berteriak bawha aku tidak siap bertemu dengan david sekarang.... kalian tau lah, seperti apa cewek itu saat dia ‘salting’ atau salah tingkah. Para cewek akan melakukan hal yang kelihatannya memalukan. Namun bagi mereka itu benar.

Sudah sekitar 10 menit aku berlari. Sesekali aku berhenti untuk beristirahat. Namun, saat aku mengingat kejadian tadi siang, mukaku langsung merah padam da segera melanjutkan lariku .

Oke, Sepertinya aku sekarang sedang berada di ‘komplek’anak-anak IPS. Tapi aku cuek, aku tetap lari sambil sesekali berteriak. Biar kayak di film-film itu loh-_- namun, lariku melambat ketika ada seoang cowok berdiri persis di depanku. Dia tidak tahu apa, disaat seperti ini sebaiknya dia segera menyingkir. Tapi.. yang dilakukan cowok itu malah di luar perkiraanku, dia ikut berlari denganku. Mungkin dia berpikir bahaya akan datang.  Hahaha, sudahlah. Biarkan saja dia :p

Selang cukup lama, kami berdua sama-sama capek. Dan ketika aku sedang beristirahat, dia memangilku. Aku kaget. Aku memperharikan mukanya. Sepertinya aku belum pernah menemuinya. Melihat aku tak mengenlinya, ia dengan tanggap menyodorkan tangannya. Aku pun membalas jabatannya. Bersamaan dengan itu, dia memperkenalkan dirinya “Rasta” oh, namanya Rasta. Aku pun memperkenalkan diriku “Anne, Anne Clark” dia yang mendengarnya langsung senyum. “nama yang bagus Clark”

Aku yang merasa sedikit tak terbiasa dengan orang yang memanggilku dengan margaku segera menjawab “ah, iya. Makasih” aku tersenyum. Dia pun tersenyum. Tuhan, manis sekali dia. Mencoba berbasa basi, aku beranya padanya. “siapa nama margamu?” dia menjawab, sekali lagi dengan senyumnya “Marks, Rasta Marks” dan aku hanya bisa ber-oh ria.

Setelah menyodoriku segelas minuman dingin, dia bertanya. “Tadi sebenarnya ada apa? Kenapa kau berlari seperti itu? Apaada suatu yang gawat?” mendengar pertanyaannya, akupun langsung teringat seseorang, DAVID! Oh gawat!

“um, tidak apa-apa. T tadi ibu meelponku, kalau kakak ku tergigit semut. Aku jadi sangat kawatir mendengarnya. Maka aku pun segera berlari menuju parkiran. Kan bahaya kalau aku tidak melihatnya di saat-saat terakhirnya. Hehe-_-v”

Aduh anne!! Lagi-lagi alasan bodoh!! (pletak!)

“tapi kan itu cuma semut” kata Rasta yang masih bingung. “eh, iya.. eh, anu.. yang menggigit kakaku itu bukan sembarang semut. Ratu semut katanya.” Aku berusaha menutupi kebodohanku dengan kebodohan yang lain-_- dan kulihat rasta sedag ber-oh ria. “eh, um.. rasta, aku pulang dulu ya.. siapa tau kakak ku udah meninggal” kataku ngelatur. Aku gak punya kakak whoy! “ha? Iya iya.. mau aku anter? Semoga cepet sembuh ya” “enggak usah.. makasih” kataku sabil berlalu. Dan sambil berlalu kulihat senyumnya yang manis itu mengembang lagi.

Di pakiran..

“Hei anne!!” David melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Oh may goshh!! Kenapa dia belum pulang??? Haruskah aku pakai alasan kakaku meninggal digigit semut lagi?? “eh, i.. iya dav.” Jawabku gugup.

David. Ternyata dia tidak lupa. Tanpa basa basi lagi, dia menghampiriku. Dan bertanya. Pertanyaan yang sama, yang dapat membuatku membeku dalam sedetik. “Jadi gimana Anne?” tanyanya. “aku sudah siap kok, apa pun yang kamu jawab nanti” lanjut David bijak.

“umm, i iya dav.. aku harap juga gitu. Hehe” aku mencoba tertawa agar sedikit rileks. “jadi?” david bertanya lagi.

“iya, aku mau jadi pacarmu.” 

The Funny Anne's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang