TCB - O1

3.2K 233 20
                                    

Suara decit burung gereja mewarnai pagi yang buruk di awal musim gugur kali ini, guyuran air mata langit ditambah dengan angin yang berhembus kencang. Pergantian musim kali ini memang yang terburuk di kota seoul, berharap saja jika pemerintah meliburkan segala aktifitas selama minggu-minggu ini.

"Woah, jika terus begini aku tak bisa pergi ke pasar." Keluh seorang pria kurus, dengan rambut dark gold dan tinggi yang bahkan tak lebih dari 175 cm. Sebut saja namanya, Daehwi. Mata meneduh dengan bibir yang mengerucut sempurna, salahkan hujan yang terus mengguyur dan menyebabkan Daehwi harus menunda aktifitasnya.

"Apakah seburuk itu?" Kini seorang dengan rambut gelap yang melihat ke jendela, mengamati seberapa buruk cuaca hari ini, "Hah, buruk sekali."

"Bagaimana ini hyung? Persediaan makanan kita menipis." Daehwi kembali mengadu pada si rambut hitam, yang biasa Ia kenal dengan nama Hyungseob. Pria cantik dengan tubuh yang lebih proporsional dibanding Daehwi. Maksudku, dalam hal tinggi badan.

Tap.

Tap.

Tap.

Suara tongkat yang beradu dengan parket, itu pasti -Young Master- mereka, "Apakah belum reda juga Hwi?" Tanya pria manis dengan tubuh agak berisi itu, si pria dengan tongkat putih di tangan kirinya. Setelan kaus berwarna coklat tua dengan luaran hem berwarna senada, ditambah celana coklat panjang yang menutupi hingga menyentuh sepatunya. Dan satu hal lagi, tentu saja anting di telinga kirinya yang senada dengan warna pakaiannya.

"Iya, Young master." Jawab Daehwi dengan anggukkan singkat.

Datang pria lain, dengan rambut gelap yang ditata coma dan setelan putih di seluruh tubuhnya. Kulit pucat, namun bola matanya seterang sapphire blue, "Haruskah aku menggunakannya?"

Sang Young master menoleh pada pria yang kini sudah berada tepat di belakangnya itu, "Aku tak lagi ingin memakan magic Seongwu hyung." Ujarnya.

"Maaf, Young master." Seongwu membungkuk sopan.

"Lalu, bagaimana?" Lirih Hyungseob, perlahan Ia berjalan mendekat ke Young masternya, dan membisikkan sesuatu di telinga kanan sang Young master.

"Bukan ide yang buruk." Young master kini menoleh ke Seongwu yang masih berada di belakangnya, "Bisa kau ambilkan apronku hyung?"


~ Dê-nosamor, Deus ~


Dapur sempit yang tadinya sepi itu, kini mulai ribut. Daehwi yang sibuk dengan beberapa sayuran, Hyungseob dengan lihai tengah memanggang beberapa daging sisa, dan Seongwu dengan nasi dingin.

"Apakah ini enak, Seob?" Young master datang dengan sesendok saus di tangannya, dan menyuapkan sesendok saus tadi kepada Hyungseob. Sementara Daehwi dan Seongwu nampak harap-harap cemas pada penilaian Hyungseob.

Hyungseob mengangguk dengan senyuman yang mengembang di bibir merahnya, "Enak sekali, Young-"

"Sudah kubilang untuk memanggilku Jihoon saat kita sedang di dapur." Sergah si Young master atau yang mulai sekarang harus kita panggil dengan nama Jihoon. Sepertinya dia lebih nyaman dengan itu.

The Church Boy [PanWink vers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang