TCB - O3

965 147 10
                                    

Guanlin memegangi kepalanya yang jujur saja mulai memusing sekarang, bagaimana Ia tak merasa pusing. Jika Ia barusaja mendengar pengakuan mencengangkan dari mulut Kim Donghan.

Tak hanya Guanlin sebenarnya, namun Jihoon juga. Yah, mereka masih berdua sekarang, namun berada di tempat yang berbeda. Anggap saja Jihoon sedang bertingkah aneh, Ia dengan tanpa pemikiran panjang mengikuti saran Guanlin, dan disinilah mereka berdua berakhir. Di dalam sebuah bar yang cukup sepi dan private.

Guanlin mengatakan jika bar ini hanya dikunjungi oleh orang-orang tertentu. Karena itu suasana di bar tak seperti kebanyakan bar di wilayah selatan.

Mari kita hentikan penjelasan tentang bar, kembali fokus pada keadaan Guanlin dan Jihoon. Dua orang berbeda profesi itu kini fokus pada satu hal yang sama, Jihoon bahkan tak sadar kenapa dirinya bisa terjebak begitu dalam pada kasus kepolisian seperti ini. Yah, walaupun ini juga bisa berhubungan dengan bisnis yang dilakoninya.

Tapi tetap saja. Bukankah Jihoon sudah berjanji tak akan mengusik kepolisian lagi?

Guanlin melirik ponselnya yang barusaja berdering. Sebuah pesan dari Woojin masuk kesana, dan tentu saja isi pesan itu makin membuat kepalanya serasa pecah, "Polisi menuju ke kediaman Kim Donghan."

"Kapan?" Jihoon melebarkan netra gelapnya, firasat buruk kembali menghampiri dirinya sekarang.

"Sekarang."

Ok. Ini benar-benar masalah yang besar. Pengakuan Donghan adalah hal yang nyata dan menjadi satu alasan utama untuk polisi memenjarakan Donghan, "Aku tak tahu kenapa, tapi aku merasa banyak hal janggal disini."

Guanlin setuju atas pendapat Jihoon, barang bukti yang ditemukan Jihoon –serpihan vas- seakan menyimpan banyak kebenaran yang coba disembunyikan oleh seseorang, dan Guanlin sangat amat penasaran atas semua itu. Belum lagi luka di tubuh korban yang kepolisian temukan. Terlalu banyak hal yang tersembunyi dibalik pembunuhan itu, tapi kenapa Donghan mengakui nya secara gamblang?

Bukankah itu sangat aneh?

Jika dia memang benar pembunuhnya, kenapa bukti-bukti ditempat kejadian seakan membuktikan bagaimana sang pelaku mencoba menyembunyikan segalanya dengan sangat epik. Namun, kenapa Donghan membuka nya tanpa berfikir panjang? Seperti kalian menyembunyikan mayat semut, namun berakhir dengan mengaku jika kalian lah pembunuhnya.

"Tuan Polisi, apa kau tahu dimana Donghan berada sekarang?"

Guanlin tentu saja tahu, Woojin telah memberitahunya, "Dorm JBJ." Jawabnya singkat, "Cukup dekat dengan daerah dimana kita berada saat ini."

"Seberapa dekat?" Mata Jihoon menatap tajam ke caramel hangat Guanlin, tak biasanya Jihoon berubah se-serius ini pada Guanlin.

"8 menit kurasa cukup."

Dan smirk itu keluar lagi dari bibir sang pria manis.


.


Guanlin tak tahu apa yang salah dengannya, duduk manis di balik kursi kemudi mobil dan berpacu dalam kecepatan yang tak biasa Ia lakoni. Sementara Jihoon yang duduk di sampingnya hanya terus fokus ke depan, tak terlalu memikirkan seberapa cepat mobil Guanlin melaju.

Sret~

Corvette hitam itu berhenti mendadak di depan gedung Apartment yang cukup tinggi, Guanlin serta Jihoon keluar dari dalam mobil, tak mereka hiraukan mobil Guanlin yang terparkir sembarangan di depan gedung. 'Lagipula tak lama.' Batin Guanlin sembari berjalan.

Guanlin berjalan di depan, sementara Jihoon dengan keterbatasannya hanya bisa mengikuti dengan pelan di belakang.

Ting~

The Church Boy [PanWink vers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang