DUA | All over trouble

25 2 0
                                    

Pemuda itu mengangkat tangannya, dan menunjuk kepadanya dengan tersenyum, sambil mengakhiri nyanyiannya.

Oh I don't know why
She's just my type

'Oh tidak,'  ujar Alanna dalam hati. 

___

Pertunjukkan itu selesai dan aula dipenuhi sorakan dan bunyi tepuk tangan. Keempat pemuda itu berjejer dan menunduk bersamaan, sebelum melambai kecil dan melangkah masuk ke arah mereka muncul awal tadi. "Lucu, dengan kebetulan ia menunjuk ke arahmu. Kalian saling mengenal?"

Alanna menggeleng dan Bethany mengangguk mengerti. 'betul, itu hanya kebetulan,'  pikir Alanna dalam hati. 'Bukan masalah besar. Tidak ada yang memperdulikannya.' Akan tetapi ucapan Bethany selanjutnya membuyarkan semuanya. "Berarti kau akan terlibat masalah tidak untuk apapun. Aku harap kau bukan tipe orang yang sering menyalahkan nasib karena ini mungkin saja karma," ucap gadis itu membuat Alanna meringis. "Atau sekedar ketidakberuntungan belaka," ujar gadis itu mengangkat bahu sebelum akhirnya ia menghela nafas saat matanya menangkap sesuatu.

"Hei!" ujar gadis itu. Rambutnya berwarna pirang sepinggang, dengan cropped tee berwarna putih dan rok pendek berwarna pink lembut, yang tentu saja berlawanan dengan intonasi bicaranya. Ia diikuti oleh kedua gadis lainnya yang mengapit masing-masing sisinya, satu berambut pirang kecokelatan yang digerai dan mencapai sepundak, dan yang satunya dengan rambut cokelat terang diikat satu.

"Dengar baik-baik kau gadis-yang-tidak-pernah-ku-temui-sebelumnya," ujarnya dengan intonasi cepat. "Kau tidak perlu berurusan dengan para pemuda itu. Kau dibawah level mereka. Lebih baik kau menjauh, dan enyahlah," ujarnya sambil melambaikan tangannya dengan gerakan menyapu yang diikuti oleh kedua dayangnya. Bethany memutar bola matanya malas.

"Dengar, WDC beranggotakan empat orang. Kau dan PS-mu dapat mengambil sisa tiganya. bagaimana? terdengar adil bukan?" Ketiga gadis itu terkesiap bersamaan dengan dramatis. "Berani-beraniny kau-"
( PS : Plastic Sisters)

"Ya, apa aku memiliki alasan untuk tidak berani? enyahlah PS. Kau membuang waktu kami," Ujar Bethany dengan membalas gerakan 'menyapu' tersebut sambil menarik Alanna yang masih terbungkam. "Lain kali, kau harus langsung membalas ucapan mereka, bukannya hanya berdiam diri. Jangan biarkan gadis-gadis plastik itu menindasmu," ujarnya dengan nada bersahabat sambil menyunggingkan senyum menenangkan. "Aku harap itu bukan pertama kalinya kau.. ditindas?"

Alanna menggeleng dan membalas senyuman Bethany. "Ya, pertama kalinya secara terang-terangan. Setidaknya itu lebih baik daripada mendengar dibelakang bukan?" ujarnya yang membuat gadis itu meringis. "Terima kasih, karena sudah membelaku," ujar Alanna yang membuat Bethany kembali tersenyum. "Itulah gunanya teman, bukan?" Kali ini senyuman yang merekah diwajahnya adalah senyuman tulus.

Mereka bercakap-cakap mengenai banyak hal, mengenai asal usul Alanna, apa yang mereka masing-masing minati, sambil berkeliling sekolah, memperkenalkan Alanna dengan tempat-tempat disekolah. Kemudian saat waktu kosong mereka hampir selesai, mereka berpencar untuk masuk ke kelas masing-masing.

Alanna melangkah untuk mencari ruang musik yang sebelumnya sudah ia temukan, tetapi semakin ia melangkah, ia malah semakin kehilangan arah. Kemana ia harus seharusya pergi? ia menghela nafas, 'memalukan, kenapa aku harus tersesat?' ujarnya dalam hati. Ia meraih ke tasnya dan mencoba mencari file sekolah, berharap disana tersedia peta sekolah. Ia terus melangkah karena beranggapan koridor sudah kosong akan tetapi tiba-tiba ia menabrak seseorang dan disana barang-barangnya berhamburan semua. "Maafkan aku," ujar mereka bersamaan. Sedangkan Alanna yang sibuk mengambil isitasnya, pemuda itu menunduk membantunya. Mereka berdiri dan pemuda itu memberikannya barang-barangnya yang sudah diambilnya, dan tatapan mereka bertemu.

Senyum pemuda itu merekah saat itu juga, "Sedang apa kau disini?"
"Aku.. tersesat," ujarnya pelan yang membuat pemuda itu tertawa.

"Baiklah, apa kelasmu? Aku akan mengantarmu," ujarnya menawarkan. Alanna menggaruk kepalanya tidak enak. "Kurasa itu-"

"Ayolah. Aku yakin guruku tidak akan marah karena aku berbuat baik. Lagipula sudah kuduga kau murid baru," ujarnya sambil menarik Alanna sedangkan gadis itu hanya mengikuti sambil meringis. Pemuda itu kembali bertanya apa kelasnya, sambil memberitahu ruangan-ruangan yang mereka lalui.

"Musik," ujar Alanna yang membuat langkah Dean terhenti. "Musik?" tanyanya kembali sambil berbalik menghadap Alanna yang sedang mengangguk. "Jangan katakan kau adalah Kimberly Chester?" Alanna menatap Dean bingung sebelum mengangguk.

"Tapi kau mengatakan jika namamu adalah Alanna!" Tanya Dean tidak terima sementara Alanna menatap Dean malas, "Aku berkata kau dapat memanggilku itu." Dean mengangkat sebelah alisnya sebelum terkekeh. "Benar juga. Lagipula aku bersyukur kau orang yang kucari, aku malas berhadapan dengan gadis-gadis aneh. Ayo, guru kita sudah menunggu," ujarnya lalu menarik Alanna begitu saja.

Tiba-tiba saja mereka sudah tiba disebuah ruangan dan Dean langsung membuka pintu itu begitu saja, tanpa memberinya waktu untuk menarik nafas dan seluruh kelas menoleh untuk menatap mereka. "Sir, lihat siapa yang kutemukan," ujar Dean sambil tersenyum sedangkan pria itu menatap Dean dengan tatapan jenaka. "pasangan hidupmu?"

"Benar, Sir," jawab Dean begitu saja tanpa pikir panjang sedangkan Alanna sendiri wajahnya memerah karena malu, terutama karena pemuda itu masih menggengam pergelangan tangannya dengan erat. "De-"

Ia mencoba meminta pemuda itu melepas pergelangan tangannya, akan tetapi pemuda itu tiba-tiba saja berbalik dan menariknya ke tengah ruangan seraya merangkulnya. "Biarkan ia memperkenalkan dirinya sendiri Dean," ujar guru itu sambil terkekeh sedangkan Dean tetap menempel pada sisinya seraya menoel-noelnya agar memulai. "Aku Kimberly. Senang bertemu kalian-"

"Dan sebelumnya ia tersesat karena ia adalah murid baru jadi, jika kau mengizinkan Mr. Sam, Aku akan membawanya tur keliling, harusnya tidak masalah bukan?" potong Dean yang membuat guru itu terkekeh pelan. "Santailah sedikit Dean, ia murid baru. Jangan buat ia ketakutan. Dan Kimberly, tenang saja tidak semua murid seperti Dean. Perkenalkan, Aku Mr. Sam, dan semoga Dean bisa memandumu dengan baik," ujar Mr. Sam sedangkan Alanna hanya mengangguk serta menyungging senyum tipis. "Terima kasih, Sir. Kami pergi sekarang," ujar Dean sembari menariknya keluar dari kelas tersebut, sedangkan teman-temannya menyorakinya.

Setelah mereka keluar dari ruangan Dean melepaskan genggamannya dan berjalan disebelahnya dengan santai. "Ini adalah kelas fisika, jika di depan kita belok ke kanan, koridor akan mengarahkanmu ke ruang biologi," dan ia terus menjelaskan sembari menunjukkan satu persatu ruangan yang mereka lewati. Alanna hanya menyimak dalam diam seraya mengikuti pemuda itu. 

Mereka melewati ruang perpustakaan dan saat Alanna melangkah masuk, nafasnya tercekat saat ia melihat isi perpustakaan itu. Ia melangkah masuk dan Dean mengikutinya sambil terkekeh, membuatnya ia dipelototi oleh sang pustakawan. Terlihat komputer-komputer pada sisi ruangan, juga terlihat sofa-sofa empuk untuk membaca santai, ataupun meja untuk mengerjakan tugas. Buku-buku tertata dengan rapih, dan kondisi mereka dalam keadaan bagus.

"Andai aku pindah kesini lebih awal," ujarnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Dean. Dean mengatakan sesuatu dengan pelan yang membuat Alanna menoleh. "Kau mengatakan sesuatu?" tanya gadis itu yang membuat Dean menggeleng. Alanna tersenyum dan menatap sekeliling. "Aku dapat tersesat di tempat ini," ujarnya kagum yang membuat Dean turut tersenyum. "Tenang saja, aku akan selalu menemukanmu," ujarnya yang membuat Alanna menoleh dengan cepat dan menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat Dean baca.

'Aku juga. Aku juga berharap jika kau pindah kesini lebih awal.'


081818

Waduh, apa ya maksudnya? Apakah akan ada sebuah misteri maupun rahasia? hihi...
Terima kasih sudah membaca cerita baruku! Sampai jumpa di Chapter  berikutnya!

B A D [ slow update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang