EMPAT | Series of unpredictable event

14 1 0
                                    

Akan tetapi apapun yang ia pikirkan meluap begitu saja karena tiba-tiba sekujur tubuhnya basah dan terasa lengket akan minuman. Ia mendongak dan melihat jika gadis yang tadi menghadangnya di aula-lah yang menyiramnya minuman yang baru saja gadis itu beli, Pink Lemonade splash. minuman yang terdiri atas soda, sirup, gula, lemon, dan mint.

"Gadis kegatelan, sudah kukatakan jauhi pacarku!" teriaknya sambil melangkah, siap menerjang Alanna. 'Astaga! Hari pertama yang luar biasa! Alanna memejamkan matanya, bersiap menerima apapun yang akan gadis itu lakukan karena ia tak tahu apa yang dapat ia lakukan semenjak menyingkir tidak mungkin tanpa menjatuhkan dirinya, besamaan dengan kursi yang sedang ia duduki. 

Dean menahan gadis itu dan mendorongnya menjauh. "Urus saja urusanmu, Melissa. Dan biar ku ingatkan padamu, kita bukan pacar. Berhentilah menggunakan namaku saat kau membuat onar," ujar Dean lalu menarik Alanna keluar dari Cafe itu.

"Min-"
"Tenang saja, aku akan membelikannya lagi dilain waktu. Saat ini kau perlu membersihkan diri. Dasar gadis bar-bar," ujar Dean sambil menarik Alanna entah kemana. 'Padahal aku ingin mengatakan sayang makanan itu akan mubazir. Ia bahkan belum meneguk minumnya setetespun.'

Mereka tiba di ruang serba serbi dan disana terdapat sebuah lemari. Di lemari itu terdapat kemeja dan celana untuk acara sekolah tertentu. "Ini S, apa sesuai ukuranmu?" tanya Dean dan Alanna meringis. "Apa M tersedia?" tanya gadis itu dan kemudian ia berbalik dan kembali menarik gadis itu. Mereka tiba disebuah loker dan disana Dean mengeluarkan handuk dan perlengkapan mandi.

Ia menarik Alanna sampai ke ruang wanita dan menyerahkan barang-barang itu, lalu mendorongnya masuk. Sedangkan Alanna terhuyung masuk dan akhirnya melakukan sesuai yang diperintahkan. 

Ia berjalan keluar saat ia telah selesai dan Dean dapat melihat jika kemeja itu sebenarnya kebesaran untuk gadis itu. "Apa kau ingin aku mengambilkan-"
"Tidak, aku tidak nyaman dengan pakaian yang terlalu ketat, tetapi terima kasih," tolak Alanna kepada tawaran Dean, dan pemuda itu hanya mengangguk. 

Ia menarik sebuah hoodie keluar dari ranselnya dan memberikannya kepada Alanna. Alanna menerimanya dan langsung memakainya, memasang wajah berterimakasih kepada Dean yang tampaknya menyadari ketidaknyamanannya. Ia merasa jika bahan kemeja itu terlalu tipis. 

Dean kembali menariknya dan ia hanya mengikuti dalam diam. Pemuda itu menariknya ke kantin dan tempat itu sudah mulai ramai. Pemuda itu mendudukkannya disebuah meja untuk enam orang dan kemudian berjalan entah kemana. Tiba-tiba saja Bethany duduk disebelahnya dan menghela nafas paanjang. "Asal tahu saja, aku membenci matematika," ujarnya sambil mengambil makanan yang baru saja diletakkan Dean dimeja. 

Tiba-tiba saja meja itu menjadi ramai dengan ketiga pemuda lainnya yang tergabung dalam band yang sama dengan Dean. "Hai Kimberly," sapa seorang pemuda dengan hoodie dan senyuman. Seorang pemuda lainnya dalam balutan kemeja turut melambai kepadanya, dan oemuda lainnya dalam seragam sepakbola hanya tersenyum kepadanya. 

Alanna kebingungan karena ia tidak tahu bagaimana pemuda itu mengetahui namanya namun pertanyaannya terjawab sebelum ia menyuarakannya. "Aku Jason, di kelas musik," ujarnya dengan kekehan yang membuat Alanna tersenyum kecil sedangkan pemuda dalam kemeja itu mengulurkan tangan kepadanya, "James Hemworth," ujarnya dengan aksen inggris yang kental lalu menunduk untuk mengecup tangannya. 

Alanna mengambil kembali tangannya dan setelah itu pemuda dalam jersey itu memperkenalkan dirinya, "Romeo," ujarnya dengan senyuman miring yang menawan. "Aku Bethany, walau kalian tidak bertanya," ujarnya memperkenalkan diri membuat perhatian kelima orang itu beralih padanya dan ketiga pemuda itu terkekeh. "Ayolah Betty, tidakkah kau tertarik untuk memandang Romeo?" tanya Jason dengan cengirannya yang membuat Bethany mendengus. "Tutup mulut sok tahumu itu Mr. Alcott," ujar Bethany yang membuat pemuda itu terbahak. "Oh ayolah, aku bisa melihat rona di wajahmu Ms. Alcott," ujar Jason yang membuat Bethany melayangkan tatapan tajam pada pemuda itu sebelum menghela nafas. 

"Alanna, Jason Alcott, pria paling brengsek di dunia. Jason, jangan sampai aku menendang bokongmu," ujar Britany sambil memicingkan mata dan menunjuk kepada saudaranya, membuat pemuda itu kembali terkekeh. 

"Romeo, Juliet mulai berulah," ujar Jason yang membuat Bethany melempar sepatunya -yang entah sudah sejak kapan diambilnya- kepada pemuda itu. "Be-"
"Diam Romeo," ujar Bethany tanpa menoleh. Ia berdiri, membawa nampan makanan, dan menarik gadis itu mengikutinya, keluar dari kantin. Ia mengeluarkan kotak makan kosong dari tasnya dan menuang makanan itu kedalam, lalu menghela nafas saat suara bel kembali terdengar. 

"Kalian saudara?" Bethany mengangkat bahu dan menghela nafas. "Kembar tidak identik. Pemuda menyebalkan itu, tidak percya aku masih menganggapya saudara," ujar Bethany membuat Alanna terkekeh sebelum kembali bertanya. "lalu, Kau dan Romeo?" 

  "Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang, aku harus mencari tempat untuk menikmati makananku," ujar Bethany lalu berlalu begitu saja, meninggalkan Alanna yang akhirnya langsung berjalan menuju kelasnya. 

***

Bel berbunyi dan  para siswa berhamburan keluar dari kelas. Jam pulang sekolah. Alanna menetap sedikit lebih lama supaya tidak perlu berdesak-desakan untuk keluar, dan keluar dari kelas terakhir. Ia berjalan sambil menunduk sambil membaca, akan tetapi tiba-tiba ia mendengar suara orang terbatuk dan menoleh dengan cepat karena terkejut. 

Saat menoleh, ia mendapati Dean disana. Seluruh siswa yang berada di koridor mencuri-curi menatap mereka, sedangkan Alanna menatap Dean bingung. "Kau mencariku?"

Dean mengangguk dan menggandeng Alanna sebelum menariknya berjalan. "Kau tinggal dimana?" 
"Alanna mengerut dahinya, mencoba mengingat. "Aku tidak ingat nama alamatnya, tetapi lokasinya tidak begitu jauh dari sini," jelasnya membuat pemuda itu mengagguk-angguk. "Kau berjalan kaki? atau masih memerlukan kendaraan umum?" 
"Dua halte dari sini, serta lima menit berjalan kaki. Cukup dekat bukan?" tanyanya yang membuat pemuda itu tersenyum. 

"Cukup dekat. Tetapi bahkan jauhpun aku tidak keberatan mengantarmu," ujarnya lalu menarik Alanna masuk kedalam sebuah mobil berwarna putih dengan dua pintu. Alanna hanya duduk di bangku penumpang itu dalam diam, dan tiba-tiba saja pemuda itu sudah di dalam mobil, dan kendaraan itu melaju keluar dari area sekolah. 

Alanna memberitahu pemuda itu di halte mana ia turun, dan mengarahkan pemuda itu setelah mendekati area apartemennya. Selebih dari percakapan itu, seluruh perjalanan mereka berlangsung dalam keheningan. Untungnya, rumah Alanna tidak terlalu jauh sehingga mereka tidak amatlah canggung. Alanna berdiam sebentar, memikirkan apa yang harus ia katakan sebelum turun. 

"Terima kasih, ini benar-benar tidak diperlukan, aku menjadi merasa merepotkanmu," ujarnya pelan yang membuat Dean menggeleng. "Tidak, santai saja. Aku senang mengatarmu." 

Alanna mengangguk dan menarik kenop pintu. Pintu itu terbuka dan ia melangkahkan kaki turun dari mobil itu. Ia melambai pada pemuda itu sebelum menutup pintu dan berbalik. Namun ia kembali mentap ke arah Dean saat ia mendengar namanya di panggil. 

"Hei." Alanna menatap pemuda itu bertanya-tanya. Entah sejak kapan pemuda itu sudah menurunkan kaca jendelannya dan lengannya berada di rangka jendela tersebut. "Besok, jam enam, bersiaplah, dan tampil dengan cantik. Aku akan menjemputmu." Alanna menatap pemuda itu tidak mengerti sementara ia terkekeh kecil. 

"Anggap saja aku akan membawamu kencan," lanjut pemuda itu lalu mengedipkan sebelah matanya pada Alanna sebelum mengendarai mobilnya menjauh, meninggalkan Alanna yang terbeku. 

'Tunggu, apa yang ia katakan? Kencan?!' 

081918

Halo teman-teman! gimana, sejauh ini apa kesannya mengenai BAD? Satu update perminggu, gimana menurut kalian?^^

B A D [ slow update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang