Pagi itu di kota Beika, seorang gadis sedang mengetuk, lebih tepatnya menggedor rumah besar milik keluarga Kudo, keluarga sahabat ayah nya, Mouri Kogoro.
"SHINICHI!!!"
Entah sudah berapa kali ia memanggil nama sang anak tunggal keluarga kudo itu, bahkan telapak tangannya kini sudah memerah.
"Kau akan menunggu ku, kan?"
Shinichi membuka matanya perlahan, dengan posisi masih diatas tempat tidurnya, dia memfokuskan pandangannya ke langit-langit. Menghembuskan nafasnya perlahan.
"Sudah dua kali gadis itu hadir di mimpiku."
kini Shinichi mengusap kasar wajahnya. Sebelum dia tersadar bahwa dari tadi ada yang menggedor pintu rumahnya, dan terus saja memanggil namanya.
"Ran?"
"iya, ini aku. Apa kau sudah lupa padaku?"
"A-ah.. tidak, maksudku, ada apa kau kemari?"
Ran mengerutkan keningnya. Yang benar saja, orang pelupa seperti dia bisa jadi bintang kelas, tidak, lebih tepatnya bintang sekolah. Dan, bagaimana bisa, Ran tahan dengan semua keburukan Shinichi selama bertahun-tahun. Mengingat Shinichi adalah teman kecilnya.
"Shinichi, kau tidak mengidap amnesia kan? Kau tidak lupa kalau ini hari sabtu kan? dan kita masih harus sekolah."
Shinichi membulatkan matanya.
"Maaf Ran, tadi malam aku tidur jam 3 pagi, tunggu aku sebentar. Aku janji, kali ini kita tidak akan terlambat."
Shinichi membukakan pintu, lalu dia berlari menuju kamar mandi, membiarkan Ran masuk dan menutup pintu.
.
.
.
.
.Terdengar ditelinga Shinichi, Ran membuang nafasnya kasar. Shinichi hanya melirik kesebelah kanannya, dimana Ran berada.
"Seharusnya, aku tidak percaya lagi padamu, Shinichi."
tatapanya lurus kedepan, dengan tangan kanannya yang berada didahinya, tanda dia sedang memberi hormat.
"Maafkan aku Ran, aku janji ini yang terakhir."
dengan posisi tangan yang sama dengan Ran.
Pagi itu Shinichi tidak bisa menepati janjinya untuk tidak terlambat. Karena, pada kenyataannya, kini mereka sedang diberi hukuman, hormat ditengah lapangan, dengan Sinar matahari yang sangat terik, karena memang waktu yang sudah beranjak siang.
Sudah satu jam mereka seperti ini. Jangan berfikir sensei mereka tega menghukum mereka seperti itu, mereka mendapatkan hukuman seperti itu, karena ini sudah sangat keterlaluan. Sudah seminggu, dan hampir setiap hari mereka terlambat datang kesekolah, bukankah itu hal yang wajar?
Ini adalah peringatan terakhir dari sensei untuk mereka, jika mereka melakukan pelanggaran lagi, sekolah akan memanggil orang tua mereka masing-masing.
Shinichi kaget, karena tiba-tiba tangan kanan yang ia pakai untuk hormat ditarik, belum sempat Shinichi melirik ke arah siapa yang menarik lengannya, Ran sudah ambruk, dia jatuh pingsan.
"Mari saya antar nona."
sang wali kelas menawarkan diri untuk mengantar anak baru di sekolah itu.
"Selamat bergabung di SMA TEITAN, nona Miyano."
terdengar suara sang kepala sekolah, sesaat sebelum Shiho melangkahkan kakinya.
"Oi.. Ran, sadarlah."
langkah Shiho terhenti tepat disaat ia baru saja akan menutup pintu ruangan kepala sekolah.
Karena saat berbalik, ia dikagetkan oleh beberapa siswa yang sedang membawa seseorang yang tidak sadarkan diri.
"Mari nona."
ajakan sang wali kelas, membuyarkan lamunannya, Shiho hanya mengangguk, lalu kembali berjalan mengikuti sang guru ke kelas yang mereka tuju.
Sesaat setelah melewati ruang kepala sekolah, Shinichi memutuskan untuk menoleh, ia hanya melihat punggung sang gadis yang tidak dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Fanfiction"Dia atau Dia?" ShinShi - ShinRan - KaiShi OOC. semua tokoh milik Aoyama Gosho.