5

403 23 0
                                    


Pagi itu, Shiho menikmati sarapannya didalam mobil, yang terparkir didepan cafe Poirot.
.
.
.
.
.

"Terimakasih, Ran. Maaf aku mengganggu istirahat mu dengan datang pagi-pagi, dan meminta mu untuk menemani ku pergi."

"Shinichi, apa kau sakit? Bicaramu aneh sekali."

"Aku hanya merasa, sudah banyak menyusahkan mu, akhir-akhir ini."

Shinichi membungkuk.

"Maafkan aku, Ran."

Ran terlihat sangat keheranan dengan tingkah laku Shinichi pagi ini.

"Sudahlah, Shinichi. Kau tidak perlu melakukan ini."

Shinichi menepuk pelan kedua pipi Ran, lalu memperlihatkan cengiran nya.

"Sampai jumpa besok Ran. Terimakasih untuk pagi ini."







Hari ini, sepertinya waktu berjalan sangat cepat bagi Shiho.

Hari sudah sore, kini Shiho memutuskan untuk duduk di rerumputan dengan sungai mengalir tenang didepannya.

Langit sore yang sedikit demi sedikit berubah warna, ditemani angin sore yang sangat terasa sejuk.

"Kau butuh teman, nona?"

Shiho yang fokus menatap sungai, hanya melirik sekilas, lalu kembali memusatkan perhatian nya pada sungai itu.

"Kau mengganggu, Kuroba-san."

Kaito terlihat sangat takjub. Siswi baru, yang baru satu hari berada dikelas nya, tau namanya.

"Kau tau namaku? Padahal kita baru pertama kali bertemu, dan banyak yang mengira kalau aku ini Kudo Shinichi."

Kini, dengan bersemangat Kaito menghampiri Shiho, dan duduk bersila didampingi Shiho.

"Padahal aku belum pernah memperkenalkan diri ku padamu, dan kemarin dikelas pun kita tidak berinteraksi sama sekali."

"Kurasa itu bukan sesuatu yang sangat luar biasa, aku hanya mendengar teman-teman mu memanggil nama mu."

Shiho bangkit berdiri, menepuk-nepuk celana bagian belakangnya, membersihkan rumput yang menempel pada celananya, lalu berjalan meninggalkan Kaito.

Setelah tiga langkah dia berhenti, karena Kaito memanggil namanya.

"Kau melupakan saputangan mu, Miyano-san."

Dahi Shiho sedikit berkerut, lalu ia membalikkan badannya, dan Kaito sudah berdiri tepat dibelakangnya dengan memegang sapu tangan merah.

Tiba-tiba 'PUF!' saputangan itu berubah menjadi setangkai bunga mawar merah.

Shiho tersenyum.

"Terimakasih tuan pesulap, tapi aku lebih suka bunga segar dari kebun atau toko bunga."

Kali ini Shiho benar-benar pergi meninggalkan Kaito.








Hari ini, diawal Minggu yang baru. Shinichi kembali terbangun pagi-pagi, bukan karena mimpi itu, atau pun Ran.

Tapi, karena tiga buah alarm yang 'berteriak' terus menerus.

Ran memencet bel rumah Shinichi.

Kali ini dia tidak perlu berteriak-teriak dan memukuli pintu yang tidak bersalah itu, hingga membuat tangan nya memerah.

"Selamat pagi, Ran."

Shinichi membukakan pintu yang disambut tatapan heran oleh Ran.

"Kau sudah siap, Shinichi?"

"Tentu saja, aku tidak mau menyusahkan mu lagi, Ran."

Shinichi menutup pintu dan menguncinya.

"Aku tidak merasa kesusahan."

"Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu, melihat mu tak sadarkan diri saja membuat ku sangat takut. Aku tak mau orang yang aku sayangi terluka karena ku."

Shinichi kembali membuat jantung Ran berdegup kencang. Ran yang berjalan beriringan disamping kanan Shinichi, tak henti memandangi wajah sahabatnya itu. Shinichi yang dari tadi dipandang pun sepertinya sadar bahwa Ran terus menatapnya.

"Oi, Ran. Apa kau menyukaiku?"

Ran membulatkan matanya, langkahnya tiba-tiba terhenti.

Kini detakan jantung Ran terasa seperti sedang berlomba untuk keluar.

Dia menggigit bibir bawahnya, wajahnya kini kembali memerah.

Shinichi yang sudah berjalan beberapa langkah didepan Ran pun ikut menghentikan langkahnya.

Dia berbalik menatap Ran, berjalan mendekati Ran mensejajarkan wajahnya dengan wajah Ran.

Menatap dalam kedua bola mata Ran. Dan berkata,

"Atau ada sesuatu di wajah ku?"

Shinichi mengusap pelan kedua pipinya sendiri, lalu Shinichi berdiri tegak, memasukkan kedua tangan kesaku celananya.

"Ibuku pernah berkata, jika wanita selalu menatap pria, ada dua kemungkinan. Ada sesuatu diwajahnya, atau dia menyukai pria itu."

Ran lalu membuang muka, ingin sekali dia berteriak 'SHINICHI BAKA!'

Ran melangkah pergi, dengan langkah yang cepat meninggalkan Shinichi.

"Dasar, Shinichi bodoh.. bodoh.. bodoh.."

Ran berjalan kesal sambil meremas tali tas sekolahnya.

"Oi, Ran, tunggu. Kau belum menjawab pertanyaan ku."

Ran tidak menggubris panggilan Shinichi, dia tidak peduli.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang