Tangan kanan ayah nya sudah siap menampar Shiho, beruntung ayahnya masih dapat mengendalikan dirinya. Tangan kanan yang akan dipakai menampar Shiho itupun mengepal, lalu menunjuk Pisco.
"Kali ini kau beruntung."
.
.
.
.
."Maafkan aku, paman. Tenang saja, selama aku disini, aku tidak akan membiarkan seseorang menyakiti mu."
"Maafkan saya, nona."
"Sudahlah, paman. Lupakan saja. Ayo kita pergi, masih banyak tempat di Beika yang ingin aku datangi."
Shiho berjalan menuju pintu keluar diikuti oleh sang supir, rasa lelahnya pun kini mendadak hilang.
Dan, disinilah Shiho berada sekarang. Duduk di bangku kayu panjang, menatap sungai, diterangi terangnya cahaya bulan.
Shiho menghela nafasnya, dia menautkan jari jemari kedua tangan diatas paha nya, sambil menatap terangnya bulan malam itu.
"Cahaya bulan memang bisa menenangkan hati yang sedang risau, bukan kah begitu, Miyano-san?"
Shiho menoleh, lalu setelah dia tau siapa yang datang, dia kembali menatap bulan.
"Ya, kali ini kau benar, tuan pesulap."
"Aku tidak tau bahwa SMA Teitan membuka kelas malam."
Kaito yang masih berdiri disamping kanan shiho, melirik tubuh Shiho yang masih memakai seragam sekolah nya.
Shiho pun sedikit menunduk untuk melihat pakaian yang dipakainya. Shiho sedikit tersenyum, lalu bangkit dari duduknya.
"Terimakasih telah mengingatkan ku, Kuroba-san. Sampai jumpa."
Pisco memarkirkan mobilnya, di depan sebuah rumah, dan mereka pun tidak tau rumah siapa itu.
"Sepertinya mobil ini sedikit mengalami masalah, nona. Saya akan turun dan mengecek mesinnya."
Shinichi yang baru saja pulang dari rumah Ran mengernyit heran, melihat sebuah mobil hitam berhenti persis di depan rumah Profesor.
Siapa, dan apa yang mereka lakukan malam-malam seperti ini.
Shiho yang sejak ditinggal Pisco mengecek mesin mobil, memilih memejamkan matanya, dan kini, sepertinya dia sudah terlelap tidur.
"Ada yang bisa ku bantu, paman."
Shinichi memberanikan diri bertanya, setelah sebelumnya saat dia berjalan melewati mobil itu, dia sempat melirik kedalam mobil, tapi dia tak bisa melihat apa-apa, karena kaca mobil itu sungguh sangat gelap, dia hanya melihat pantulan dirinya sendiri.
Pisco hanya mengeluarkan kepalanya dari kap mesin mobil yang terbuka, untuk melihat siapa yang bertanya padanya.
Tapi, sebelum Pisco menjawab pertanyaannya, Shinichi menyadari sesuatu.
"Ah, paman ini kan---, sebentar."
Shinichi mengingat nya, lalu dia kembali berjalan menuju pintu mobil penumpang, kali ini Shinichi memberanikan diri untuk mengintip.
Memang tidak terlalu jelas, tapi dia bisa melihat bahwa ada sosok wanita yang sedang tidur terlelap dengan posisi duduk, dan kepalanya yang menyandar pada kaca jendela.
Shinichi tersenyum, lalu kembali menghampiri Pisco.
"Paman tenang saja, aku temannya Miyano. Kita pernah bertemu, paman ingat? Saat menolong seorang anak SD?"
Selagi Pisco berfikir, mengingat-ngingat, Shinichi kembali bertanya.
"Apa ada masalah dengan mobilnya, paman?"
Pisco mengangguk.
"Mobilnya tiba-tiba berhenti, dan tidak bisa dihidupkan."
Shinichi tampak berfikir, dia memandangi rumah Profesor.
"Sebentar, aku akan memanggilkan seseorang untuk membantu mu. Paman bisa menunggu ku di dalam mobil."
Lalu, tanpa persetujuan Pisco, Shinichi berlari menuju gerbang rumah Profesor.
Shiho terbangun setelah mendengar suara pintu mobil yang di tutup oleh Pisco, setelah sebelumnya Pisco juga menutup kap mobilnya.
"Apa sudah selesai, paman?"
Pisco menoleh kearah belakang.
"Maaf, belum nona. Tetapi teman anda sedang meminta bantuan pada seseorang."
"Temanku, paman?"
Shinichi menggedor pintu rumah Profesor, dia melirik ke arah mobil yg berada di depan gerbang rumah Profesor, melihat Pisco sudah berada di dalam mobilnya.
Tidak lama, pintu itu terbuka, dengan memperlihatkan sang tuan rumah yang sedang menguap.
"Shinichi, ini sudah terlalu malam untuk bertamu."
"Maaf, Profesor, tapi teman ku sedang membutuhkan bantuan dari mu."
"Shinichi, aku ini ilmuan pencipta karya hebat, aku bukan seorang montir."
Disinilah mereka, didepan mobil yang kap nya sudah kembali terbuka.
"Kau menciptakan karya-karya hebat mu itu menggunakan mesin kan? Lalu kenapa kau tidak bisa memperbaiki mesin mobil."
"Kalau mobil ini aku yang membuatnya, mungkin bisa ku perbaiki, tapi aku sama sekali tidak mengerti mesin mobil."
Shinichi menepuk, lalu menggaruk dahinya yang sebenarnya tidak gatal.
"Bagaimana, kudo-kun? Apa kita bisa pergi sekarang?"
Shiho setengah berteriak, dengan kepalanya yang berada di luar jendela mobil.
Dia berharap temannya Shinichi itu bisa membantunya.
Shinichi lalu berjalan menghampiri Shiho, dengan tangan kanannya yang mengusap-usap tengkuknya.
Setelah ia berdiri menghadap Shiho, Shinichi pun tersenyum canggung.
Shiho menghela nafasnya.
"Sudah kuduga."
Shiho lalu kembali mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil dan berteriak kepada Pisco.
"Paman, apakah tidak ada yang dapat menolong kita?"
"Maaf, nona. Sepertinya tidak ada. Ini sudah tengah malam. Mungkin besok pagi-pagi sekali saya akan menelepon montir bengkel langganan kita, nona."
Kening Shinichi sedikit berkerut. Sebuah ide gila muncul di pikirannya.
"Kalau begitu, kau boleh tidur di rumahku, itu rumahku."
Shinichi menunjuk rumah besar dan gelap yang berada tepat di sebelah rumah Profesor.
"Tidak, terimakasih. Aku lebih baik tinggal dan tidur di dalam mobil."
"Kau jangan mempercayai gosip sekitar sini, rumah ku tidak berhantu."
"Ini bukan tentang hantu, Kudo-kun. Ini tentang tinggal bersama mu."
"Memangnya kenapa? hanya satu malam, banyak kamar kosong di rumah ku, kau dapat memilih, di kamar mana kau akan tidur. Lagipula ini kondisi darurat."
"Terimakasih, tapi perasaan ku mengatakan akan terjadi sesuatu jika aku tidur di rumah mu."
Shiho mengangkat kedua bahunya.
Sebenernya, Shinichi bisa saja membalas perkataan Shiho tadi, tapi, kali ini dia akan mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Fanfiction"Dia atau Dia?" ShinShi - ShinRan - KaiShi OOC. semua tokoh milik Aoyama Gosho.