7

492 28 4
                                    


"Maaf, apa nona tidak akan masuk sekolah hari ini? Bukankah ini hari kedua anda, nona?"

"Sudah lama aku tidak membuat pak tua itu kesal. Biarkan saja, lagipula dia tidak akan peduli."

.
.
.
.
.

"Shinichi, sepertinya sejak pagi kau gelisah sekali. Apa terjadi sesuatu?"

"Hm? Tidak ada apa-apa, Ran?"

"Atau mungkin, kau sedang tidak enak badan?"

Shinichi menggeleng.

"Tidak, aku baik-baik saja."

Saat ini sedang jam istirahat. Shinichi dan Ran sedang menyantap makan siang mereka di kantin sekolah.



"Apa? Anak baru itu tidak terkejut dengan sulap mu? Hm, Dilihat dari tampilannya, aku tidak heran dia tidak terkejut."

Aoko berkomentar tanpa menghentikan aktifitas makan siangnya.

Dahi Shinichi sedikit berkerut, aktifitas mengunyahnya pun terhenti.

'anak baru?'

Kaito yang duduk persis dibelakang Shinichi pun kembali bercerita pada Aoko.

"Dia lebih senang bunga segar dari kebun atau dari toko bunga, begitu katanya."

"Bakaito. Itu tandanya dia cerdas, tidak semua gadis bisa terpesona dengan sulap mu itu. Mungkin, Miyano-san tau bahwa sulap mu itu sudah ketinggalan zaman."

Aoko mengangkat bahunya, lalu membereskan peralatan makannya, dan pergi meninggalkan Kaito. Beberapa detik kemudian Kaito pun menyusul Aoko.

Mendengar nama Shiho, Shinichi refleks menoleh kebelakang, namun saat Shinichi menoleh, Kaito sudah pergi mengejar Aoko.

Shinichi mengusap kasar wajahnya.

'ada apa dengan ku? Lagipula biarkan saja jika ada yang mau dekat dengan Miyano.'

"Shinichi, aku serius. Apa kau punya masalah? Kau bisa menceritakan nya padaku, kalau kau mau."

Ran kini sangat khawatir pada Shinichi, karena tidak biasanya Shinichi terlihat sangat frustasi.

"Tidak ada Ran, Sungguh. Aku hanya kurang istirahat saja. Kau tau? Profesor Agasa sangat berisik semalam. Dia pasti sedang mencoba penemuan barunya, kau sudah selesai? Ayo, kita kembali ke kelas."

Ran hanya diam dan mengangguk, lalu bangkit dari duduknya untuk kembali ke kelas.

"Sepertinya kau sedang punya masalah, nona?"

Amuro menaruh minuman pesanan Shiho dimeja. Ini pesanannya yang ketiga, dan dia hanya memesan minuman, tidak berniat untuk makan apapun.

"Bukan urusanmu."

"Kau tidak berniat memesan cake strawberry, nona? Ini menu baru disini. Aku jamin akan meningkatkan mood mu."

Shiho menatap Amuro yang sedang tersenyum kepadanya. Shiho sedikit berfikir tentang tawaran Amuro. Lagipula dia belum makan siang dan hari sudah sore.

"Baiklah, aku pesan dua. Tolong antarkan satu untuk paman itu."

Shiho menunjuk mobilnya yang terparkir tepat di depan cafe.

Amuro mengangguk, lalu pamit undur diri, untuk mempersiapkan pesanan Shiho.

Shiho melihat Shinichi dan Ran yang melintas didepan cafe, lalu melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Oh, sudah sore rupanya."

Shiho memutuskan untuk meninggalkan cafe.

Setelah membayar pesanannya dia melangkah menuju pintu keluar.

Saat Shiho membuka pintu cafe, disaat itu pulalah Shinichi melintas, dia baru saja mengantar Ran pulang.

"Miyano?"

"Iya, Kudo-kun? Apa ada masalah?"

"Kau-- tentu saja, apa yang kau pikirkan? Ini hari kedua mu bersekolah di sekolah baru mu, dan kau malah membolos, pergi mengantar anak-anak yang baru kau temui pagi ini." Sewot Shinichi.

Sebelum Shiho menjawab pertanyaan nya tadi, Shinichi kembali memberikan pertanyaan lainnya pada Shiho.

"Dan, tunggu. Darimana kau tau namaku? Seingat ku aku belum pernah memperkenalkan diri padamu."

Shiho membuang nafasnya kasar.

"Kau sama saja seperti si pesulap itu. Orang-orang dikelas memanggil mu Kudo kan? Bukankah itu berarti Kudo adalah nama mu?"

Shinichi terdiam, tidak bisa membantah omongan Shiho, karena Shiho benar.

"Baiklah, lupakan itu. Jawab dulu pertanyaan ku, darimana saja kau, mengapa tidak kembali ke sekolah setelah mengantar anak-anak itu?"

"Kau terlalu berisik, Kudo-Kun. Sampai jumpa."

Lalu Shiho pergi menuju mobilnya, sang supir membukakan pintu untuk Shiho, sang supir sudah berdiri didekat pintu penumpang, saat melihat Shiho keluar dari cafe.

"O-oi, Miyano."

Panggilan Shinichi dijawab oleh bunyi pintu mobil yang ditutup, dan anggukan kepala sang supir pribadi Shiho, sebelum sang supir masuk kedalam mobil, lalu mobil itu pun melaju meninggalkan Shinichi dipinggir jalan.









Saat Shiho sampai dirumahnya, hari sudah malam. Karena setelah dari cafe tadi nyatanya Shiho tidak langsung pulang.

"Lihat, sepertinya dia sudah pulang, paman."

Mobil Shiho baru saja masuk melewati gerbang rumahnya, dan dia melihat lampu didalam rumahnya menyala.

Saat Shiho masuk kedalam, dia disambut oleh ayahnya yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah itu.

Sepertinya sang ayah memang sedang menunggu Shiho pulang.

Shiho melangkah menuju kamarnya berusaha tidak perduli pada pria tua yang baru saja dia lewati tadi.

"PISCO!"

sang ayah berteriak memanggil supir pribadi Shiho.

Shiho yang baru saja melewati sang ayah, menghentikan langkahnya, setelah mendengar ayah nya berteriak memanggil nama supirnya itu.

Shiho hanya diam, tidak berniat membalikkan badannya. Ia menunggu apa yang akan ayahnya lakukan.

"Saya tuan."

Pisco datang dengan kedua tangan dibelakang dan menunduk.

"Kau ku pecat."

Shiho membelalakkan matanya.

"Bukankah kau sudah ku diperingati, Pisco? Sekali lagi kau melakukan kesalahan, kau akan ku pecat. Dan lihat, hari ini kau membawa shiho membolos, tidak masuk sekolah."

Pisco hanya bisa menunduk, tidak tau harus berkata apa pada tuan besarnya ini. Karena semua yang tuannya bilang itu benar, dia pun tidak bisa membela diri dengan mengatakan bahwa semua itu pemerintah anak nya.

Shiho membalikkan badannya, lalu berjalan cepat menuju sang supir, berdiri disebelah kiri Pisco dan menatap ayah nya yang masih duduk di sofa.

"Aku yang menyuruhnya untuk tidak kembali ke sekolah. Jadi ini bukan salahnya. Kau tidak berhak memecatnya tanpa ijin ibuku."

"Kau mau apa? Kembali ke Inggris dan meminta perlindungan dari ibumu yang sedang koma."

Shiho mengepalkan kedua tangannya.

"Kalau kau berani memecat Pisco, aku pastikan perusahaan mu akan bangkrut, aku akan membongkar semuanya. Menceritakan yang sebenarnya, bahwa perusahaan mu itu me--"

"MIYANO SHIHO!"

tangan kanan ayah nya sudah siap menampar Shiho, beruntung ayahnya masih dapat mengendalikan dirinya.

Tangan kanan yang akan dipakai menampar Shiho itupun mengepal, lalu menunjuk Pisco.

"Kali ini kau beruntung."

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang