CHAPTER IV

28 4 4
                                    

Titania masih merasa dongkol dengan suaminya, bisa²nya Rafa mengatakan bertemu dengan client dan ternyata malah enak² ngopi sama tetangga. Sungguh rasanya ia ingin menelan Rafa hidup-hidup, ditambah ia sedang kedatangan tamu bulanan. So lengkap sudah apabila emosinya terpancing singa pun akan takut padanya. Tiba-tiba haus menyerang tenggorokannya, dengan ogah-ogahan Titania menuruni tangga dan mengambil air minum. Saat menuruni tangga ia melihat Rafa dan kedua putranya tidur dengan beralas kasur lipat di lantai. Bahkan Devan terlihat menggigil karena selimut yang digunakan cukup tipis. Melihat kedua putranya Titania menjadi merasa bersalah.

"Dasar satu komplotan" gumam Titania

"Makanya kalo buat alasan yang  keren dikit kali pa" ucap Titania pada Rafa yang masih terpejam. Tak tega melihat suami dan anaknya kedinginan Titania pun kembali keatas untuk mengambil selimut yng lebih tebal.

"Kita beruntung dikasih anak yang sayang dan peduli sama kita, Pa" Titania menjeda kalimatnya sebentar "Yaa walaupun rada sengklek sih" ucap Titania sambil terkekeh kecil. Setelah itu Titanis menyelimuti Rafa dan anak-anaknya dengan selimut yang diambilnya tadi.

"Good night crazy daddy and good night my little prince"

Titiania lalu berjalan untuk mengambil minum di kulkas lalu kembali ke kamarnya untuk tidur.

***

"Aaaaa mamaaa adek telat maaa" teriak Devan membuat seisi rumah terperanjat dari tidurnya. Kecuali Titania karena ia telah bangun sejak subuh tadi untuk menyiapkan kebutuhannya dikantor nanti.

"Eh kuda mulut lo toa tau gak" sinis David yang masih mengumpulkan nyawa.

"Kenapa sih dek?" tanya papa dg mata yang masih terpejam

"Adekk kesiangan paaaa" rengek Devan membuat Davin semakin ingin menjejalkan bantal disampingnya ke mulut Devan.

"Banci lo"

"Abangg" ingat Rafa pada David agar tidak ada peperangan dipagi hari.

"Telat aja takut, kalo bukan banci terus apa? Kembaran Lucinta Luna apa kembaran Mimi Peri atau jangan-jangan titisan nurrani ya lo" sebuah bantal mendarat dengan empuk di wajah ganteng David.

"Ganteng gini dibilang jadi-jadian" ketus Devan

"Udah adek, katanya udah telat mandi gih" peringat Rafa

"Eh iyaa adekkk telaat aaah mamaaaa" toa Devan

"Labil dasar" setelah mandi keluarga itupun langsung sarapan diruang makan. Kenapa mereka sempat sarapan sedangkan Devan tadi histeris kalo telat? Jawabanya karena jam diruang tengah itu mati pas jam 07.20 sedangkan sekolah Devan masuk jam 07.30 gan bezing. Dan ternyata itu masih jam 05.30 woi sumpah kalo gorok orang gak dosa rasanya Devan ingin digorok masal sama seisi rumah. Dengan begonya si Devan malah ngomong "Gak papa itung-itung bangun pagian sekali-kali" dengan entengnya ditambah dengan menaik²an alisnya. Sungguh rasanya David ingin membunuh adeknya yang tulil itu.

"Bang"

"Hm"

"Abang" peringat Titania. Jadi ceritanya Titania sama Rafa udah baikan mungkin gegara semalem kali yaa. Jadi enak pagi-pagi sarapannya lengkap, gak ada satupun yang memilih makan dikamar, disekolah ataupun di kantor.

"Apa sih Van" kesal David karena sedari tadi Devan menatapnya serius membuat yang ditatap risih.

"Ya lord, adek gue masih sehat kan kok gue ngeri wah jangan-jangan dia homo terus brother complex ihh ngeri ah" batin Davin sambil bergidik ngeri

"Bang lo kok ganteng amat sih?" goda Devan

"Van, gak lucu ih" risih David

"Sumpah bang lo tuh" ucap Devan sambil mengelus dagu David

Not BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang