chapter 21

6.6K 580 10
                                    

Ayana sedang merapikan pakaiannya dalam koper, Besok ia akan berangkat ke Inggris untuk melanjutkan S3 nya di Oxford jadi Hari ini ia sudah melimpahkan tanggungjawab perusahaan pada orang kepercayaannya.

Ia mempersiapkan segala sesuatunya untuk dia tinggal di Inggris selama setahun, ia sedih karena harus berpisah dengan Gian untuk waktu yang lama. Hari ini pun Gian tak menghubunginya sama sekali padahal ia tahu kalau Ayana besok akan berangkat.

Ayana uring iringan sendiri tak ada kabar apapun dari Gian, padahal ia ingin menghabiskan sisa waktunya bersama Gian sebelum berangkat esok hari, ia memeriksa kopernya dan menyadari ada beberapa barang yang harus ia beli di minimarket yang berada di area apartemennya. Dengan malas ia mengambil dompet dan keluar dari apartemennya, Ayana hanya memakai pakaian santai celana selutut dan kaos oblong, ia pun hanya memakai sandal jepit rumahan.

Ayana turun dari lantai 7 apartemennya menggunakan lift, keluar dari lift ia mempercepat langkahnya dan tak menyadari sepasang mata mengawasi gerak geriknya. Ia berbelanja beberapa keperluan yang mungkin tak tersedia di Oxford nantinya.

Merasa sudah cukup apa yang dibutuhkannya, Ayana kembali ke apartemennya dengan tergesa dan segera naik ke lantai 7 dimana apartemennya berada.

Dalam lift ia masih memikirkan Gian yang tak menghubunginya sama sekali, walaupun ia sibuk paling tidak Ayana berharap Gian bisa meneleponnya sekali saja. Ia tahu akhir akhir ini kesibukan Gian lebih dari biasanya, hingga tak sempat makan siang sehingga Ayana sering menghubungi Widi, sekertaris Gian untuk memintanya membelikan makan siang. Itu ia lakukan karena Gian selalu meng off kan ponselnya jika ia butuh konsentrasi tinggi.

Ayana kadang kasihan pada Widi karena harus kena semprot Gian karena ia yang memintanya mengingatkan tentang makan siang. Ayana melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 2 siang yang berarti jika ia menghubungi Gian ponselnya pasti sedang tidak aktif.

Pintu lift terbuka di lantai 7, Ayana keluar dengan langkah gontai. Ia melangkah dengan malas.

"Dari tadi kok cemberut Mulu sih?"

Ayana menoleh saat sebuah suara terdengar di indera pendengarannya. Hatinya senang karena melihat Gian berada di depannya tapi raut wajahnya menunjukkan sebaliknya, ia masih memasang wajah cemberutnya.

"Ngapain mas Gian kesini?" Tanyanya sambil berjalan meninggalkan Gian yang kemudian mngikuti dibelakangnya.

"Mau ketemu kamu dong"

"Udah ketemu kan? Sana pulang"

"Ih....kamu ngegemin tahu kalau lagi ngambek" ucap Gian yang memegang tangan Ayana dan menarik tubuh Ayana ke pelukannya.

"Ih mas Gian, Apaan sih. Lepasin nggak"

"Nggak"

"Lepasin..!!"

"Nggak mau Na, ntar nggak kelar kelar ngambeknya kamu"

"Ck..." Ayana berdecak kesal mendengar jawaban Gian yang masih dengan erat memeluknya.

"Aku tanya sekali lagi, mau lepasin atau aku gelitikin?"

"Coba aja" tantang Gian membawa tangan Ayana yang akan bergerak ke pelukannya hingga Ayana tak bisa bergerak sama sekali.

"Mas Gian lepasin.....malu di lihat orang pelukan di tempat umum"

"Nggak ada orang sayang, penghuni apartemen ini kan kerja semua"

"Lepasin mas, capek gini terus"

"Tapi janji dulu, udahan ngambeknya"

"Iya iya....."

CINTA TANPA SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang