chapter 32

6.8K 482 35
                                    

Ayana membuka matanya, Dikerjapkannya kedua matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya matahari yang menerobos masuk lewat jendela kamarnya. Dilihatnya jam dinding menunjukkan pukul 9 am, ia bangun dan duduk di tepi ranjang.

Ayana melihat Gian meringkuk tidur di sofa yang berada dalam kamarnya, ia ingat semalam Gian datang langsung dari airport karena Sheila yang menghubunginya.

Ia tahu ia terlalu ketakutan atas apa yang ia alami beberapa Minggu ini, hingga membuat Gian memutuskan pulang dan Shanghai untuk menjaganya. Ia merasa tak enak harus terus membuat Gian khawatir, ia memejamkan mata sejenak.. ia harus tegar dalam menghadapi apa yang dialaminya dan tak membuat Gian khawatir lagi.

Ayana mendekati sofa dimana Gian tidur, ia duduk di tepian sofa dan menatap dalam wajah Gian yang sedang tertidur pulas. Dibelainya wajah Gian pelan agar tak membangunkan tidur kekasihnya itu. Ayana berjanji dalam hati tidak akan membuat Gian sedih dan khawatir lagi, ia akan menghadapi semuanya bersama Gian tentunya.

Ayana merapikan rambut Gian yang berantakan dan menyunggingkan senyum melihat wajah tidur Gian yang Damai.

"Mengagumi wajah tampanku??" Ucap Gian membuka matanya

Celetukan Gian membuat wajah Ayana merona karena malu, yang kemudian berdiri akan menjauh tapi tangannya ditahan oleh Gian.

"Mau kemana?"

"Lepasin mas, aku mau ke kamar mandi" jawab Ayana yang berusaha melepaskan
Tangannya dari pegangan Gian dan berlari ke kamar mandi, Gian tergelak melihat reaksi Ayana yang malu malu. Gian duduk di sofa yang ia tiduri semalam, ia masih menghawatirkan keadaan Ayana semalam yang ketakutan.

Tapi dilihatnya pagi ini Ayana lebih segar dari pada semalam, semoga saja ini bertahan seterusnya doa Gian dalam hati.

Ayana keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, ia sudah mandi tapi masih memakai pakaian yang ia pakai tadi karena tak membawa pakaian ganti saat masuk kamar mandi. Ia memakai handuk untuk mengeringkan rambutnya, tapi langkahnya terhenti karena Gian berdiri tepat di depannya.

Gian menatap Ayana dalam, ia merapikan rambut basah Ayana yang menjuntai menutupi wajahnya. Wangi sabun menguar masuk ke indera penciuman Gian.

"Perasaan kamu udah mendingan?" Tanya Gian

Ayana menganggukkan kepalanya.

"Aku baik baik saja mas, kamu jangan khawatir"

Gian membelai rambut basah Ayana

"Bagaimana kalau kita segera menikah Na?" Tanya Gian serius, menatap mata Ayana dalam

Ayana terdiam sejenak.

"Tapi mas, mas kan tahu kalau aku akan menikah jika mendapatkan restu papa" jawab Ayana hati hati, tak ingin membuat Gian tersinggung.

"Aku tahu sayang tapi aku khawatir dengan keadaanmu, aku ingin menjagamu disaat kamu merasa ketakutan seperti semalam Na"

"I'm fine mas Gian, tenang aja"

"Aku nggak bisa tenang kalau saat kamu tidur kamu mengigau ketakutan seperti semalam"

"Please mas, pahami keinginanku" jawab Ayana.

"Iya iya okey" ucap Gian kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Ayana dan keluar dari kamar.

"Mas....mas Gian mau kemana?" Ayana mengikuti Gian

Gian membuka pintu apartemen Ayana

"Pulang...." Jawabnya singkat.

Ayana tahu Gian marah akan ucapannya tadi, tapi keinginannya saat ini adalah menemukan kedua orangtuanya dan minta restu papanya. Ia tidak bisa menikah begitu saja tanpa diketahui oleh orang tuanya karena hanya mereka yang Ayana miliki sekarang.

CINTA TANPA SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang