Dia Nadira

56 11 28
                                    

"Mulai saat ini,kalian mempunyai teman baru,namanya Nadira ayu sanjaya",Suara pak Ari lantang menembus pagi yang cerah di hari senin. Seperti yang biasa,Hari senin selalu diadakan upacara bendera di sekolah kami. Namun kali ini ada pemandangan berbeda,di sebelah pak budi,berdiri seorang siswi yang amat cantik,bajunya memancar terkena sinar matahari dengan senyuman manis yang selalu menghias bibir manis anak itu. Memang benar,beberapa minggu terakhir beredar desas desus bahwa akan ada murid pindahan dari kota lain. Anak itu cantik,jika anak itu datang tak aneh kalau dia langsung jadi pusat perhatian para pelajar khususnya siswa di sma kami.

"Dia pindahan dari kota bandung,mulai sekarang Nadira akan bergabung dengan keluarga kita. Mohon hormati dia dan perlakukan dia dengan baik, wassalamualaikum .wr. wb."

Pak Ari memungkasi sambutan pidato di hari senin itu diiringi dengan senyuman manis nadira yang semakin mengembang dan disambut oleh tepuk tangan para pelajar termasuk aku,aku adalah ajisaka pradikta, siswa kelas 11 di sma ini. Tak banyak yang tahu tentangku disekolah ini,karena aku adalah tipe cowok yang cuek di sekolah ini. Sementara Para siswa bersiul siul gembira melihat fakta,bahwa mereka akan punya teman baru yang amat cantik dan mungkin saja dapat mereka jadikan "Pacar".

Sejurus kemudian keberadaan nadira lenyap dari pandanganku bersama mundurnya pak budi dari podium upacara bendera hari itu.

Entah mengapa aku gusar setelah melihat nadira tak ada di tempatnya,sementara posisi pak toni kini menggantikan posisi pak budi untuk menenangkan para pelajar yang ribut karena kedatangan teman baru. Kelasku pun sama, semua heboh membahas tentang kecantikan murid baru yang bernama nadira,sosok baru yang akan menjadi kembang di sekolah ini.

"HOI, ngalamun aja lu ji" suara sahabatku,deni mengagetkanku sambil mengguncang guncang pundakku.
"Ah enggak,lagi mikirin pekerjaan rumah doang kok"
"Yaelah pr gitu aja dipikirin,santai aja kali" aku tak menggubris perkataannya dan langsung memalingkan muka kedepan.

Upacara diakhiri,para siswa membubarkan diri dan langsung menuju kelasnya masing masing. Dalam perjalanan kembali ke kelas nya semua siswa masih membicarakan kecantikan anak baru tadi. Aku yang tak mau dibuat makin bimbang berusaha untuk menutup telinga sebisaku,

Kriiiiiingggg

Bel istirahat berbunyi nyaring memekakan telinga,semua anak berduyun duyun keluar kelas untuk mengisi energi mereka setelah dihabisi oleh pelajaran di hari senin yang cerah. Tak terkecuali aku, aku dan teman teman segera bergegas menuju kantin setelah 4 jam dihabisi oleh pelajaran matemika.

Saat itu kantin sangat amat ramai,anak anak saling berebut makanan dan sibuk mencari tempat duduk untuk dijadikan alas makan. Setelah ku ambil segelas teh dan beberapa buah gorengan di tangan, kususul temanku di meja paling depan.

"Gila bener,habis upacara langsung di bunuh sama matematika" kata orang yang paling tinggi dan menjabat ketua kelas di kelasku.

"Tau tuh,nggak punya hati amat,udah tau capek eh malah ditambah capek" timpal seseorang anak berkacamata yang biasa dipanggil adi.

"B aja,lagian kalaupun kita protes disinipun,sekolah nggak bakal mengubah jadwal pelajaran kita"kataku sambil mengunyah beberapa gorengan

"Hoi lihat tuh anak baru tadi" kata seorang anak dari seberang meja sambil menunjuk keluar kearah seorang siswi yang bergegas meninggalkan sekolah. Anak itu mengayupkan roknya dan berusaha naik ke sebuah sepeda motor yang dikendarai seorang pria.

"Mau apa dia?" Tanya anak lain.
"Entah,mau pulang mungkin" jawab ketua kelasku yang bernama doni sambil menggengam 5 buah gorengan ditangan kanan.

"Mau kemana dia? Dia tidak langsung masuk sekolah hari ini?" Aku membatin dalam hati dengan penuh tanya mau kemana dia hari ini?.

Tak berselang lama terdengar suara motor dibunyikan,semua anak semakin ribut seiring gaduhnya suara motor tadi. Aku berdiri mengamati kemana motor itu pergi,sampai lambat laun suara motor itu tak terdengar lagi oleh telinga dan lenyap dari pandangan mata.

Aku meninggalkan meja kantin itu,menuju ke kantor sekolah untuk menanyakan kemana perginya nadira pagi itu dan dimana kelas yang akan ia tempati. Aku berlari dikoridor sekolah,meninggalkan teman temanku di meja kantin yang menatap heran kelakuanku.

Aku tak perduli lagi dengan mereka,benar benar tak perduli,yang kuperdulikan cuma suara suara tanya di otakku tentang keberadaan nadira dan kelas mana yang akan ia tinggali.

Saat ku tiba diujung daun pintu kantor kepala sekolah brraakkk

Seseorang pria menabrakku dari balik pintu ruangan itu. Sejurus itu aku tersungkur menghantam lantai yang putih nan mengkilap

"Mau apa kamu disini?"
Dia menanyaiku penuh curiga.
Aku belum menjawabnya,aku memberi jeda untuk menyadari apa yang telah terjadi kepadaku sampai sampai aku harus tersungkur di depan ruangan itu.

"Mau ketemu pak ari"
"Pak ari?"
Setelah mendengar jawabanku ia lalu membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke wajahku sampai sampai desah nafasnya terasa di wajahku.

"Ada perlu apa?"
"Ada sesuatu yang harus saya tanyakan"
"Pak ari tidak ada,lebih baik Katakan pada saya apa yang ingin kamu tanyakan"

Aku menjeda suasana,terfikirku bagaimana bahanya jika aku menanyakan hal ini kepada orang ini,bisa bisa gawat dan membahayakan keadaan nadira.

"Jadi tidak?" Kali ini dia bertanya dengan sedikit membentak

"Tidak" aku bangkit dari lantai dan berbalik meninggalkan orang itu di depan daun pintu. Tapi ia mencegahku dengan cara menarik tanganku

"Apa?" aku menanyakan alasan dia mencegahku pergi.

Kini matanya lebih melotot,mengisyaratkan bahwa dia benar benar marah,ia berbicara pelan dengan nada mengancam "aku tau kalau kamu kesini mau menayakan soal Nadira" dia menjeda kalimatnya "jangan sampai kamu macam macam dengan nadira,karena aku disini adalah orang yang akan selalu melindungi nadira" lanjut pria tadi dengan nada yang lebih mengancam.

Sejenak aku terfikir bagaimana ia tahu kalau aku kemari untuk menanyakan soal nadira? Apakah dia saudara dari nadira? Kurasa bukan kalaupun ia memang saudara nadira kenapa ia tak ikut pulang dengan nadira,dan kenapa ia ada di kantor pak ari saat pak ari tidak ada dikantornya? Pertanyaan itu memutari otakku,memberi sebuah tanda tanya besar.
Aku menarik paksa tanganku yang ia pegang tadi,ia melepaskannya walaupun juga dengan ekspresi yang juga seram.

Waktupun hening waktu terasa berhenti karena ulah kami berdua,ada jeda panjang diantara kami yang kami isi dengan cara saling memandang mata satu sama lain. Ia dengan sorot matanya yang terus mengintimidasiku dan aku dengan sorot mata yang marah dan penuh tanda tanya.

Aku berbalik dan berniat kembali kekelasku,pandangan orang tadi tetap sama terhadapku,pandangan yang mengintimidasi disertai langkah kakiku menyusuri lorong sekolah yang panjang itu. Bahkan ketika aku memalingkan wajah mencoba melihat apa yang sedang dikerjakan orang tadi,ia tetap dalam kondisi yang sama. Menatapku dengan tajam mengamati langkahku yang menggema dikoridor sekolah itu.

Aku kembali memasang wajah lurus ke depan dan meninggalkan orang tadi dengan pertanyaan pertanyaan yang masih mengerumuni otaku dan pertanyaan pertanyaan yang memberatkan langkahku melewati koridor sekolah itu.

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang