Kedatangan yang tak diharapkan

24 4 0
                                    

Handphone nadira mengeluarkan nada deringnya ketika kami berdua tengah berbincang di sebuah cafe.
Nadira mengeluarkan handphonenya dari dalam tas yang ia bawa. ia mengangkat telfon itu dan berbincang dengan seseorang diseberang sana. Entah siapa orang itu,tapi nampaknya salah satu orang yang ia kenal dekat denganya nada bicaranya sepertinya sangat antusias.

"Siapa?" Kataku.
"Temen" jawab dia sembari meminum jus melon di meja depan hadapannya".
"Tumben nelfon" aku menanyainya lagi sebab jarang jarang ia dapat telfon dari  orang lain kecuali anak anak kelas kami dan orang tuannya nadira sendiri.

"Katanya mau dateng kemari,semacam liburan gitu".

"Anak bandung?"

"Iyap"

Akupun manggut manggut setelah mendengar penjelasan dia.

Sore berikutnya,saat aku mengantar nadira pulang kerumahnya. Disana ada kedua orang tua nadira dan seorang lelaki,nampaknya bukan orang sini karena aku belum pernah melihatnya sama sekali.

Nadira turun dari taksi,dan aku muncul dari pintu seberang.

"Eh nak aji,abis nganterin nadira?" Sapa ayah nadira ramah padaku.

"Iya om,nadira tadi beli boneka,katanya buat nemenin dia tidur,kata dia dia suka takut kalau tidur malem malem"
Nadira lantas menyikut perutku,dan kusambut tawa kecil dari rongga mulutku. Mendengar jawabanku,kedua orang tua nadira pun tersenyum.

"Eh nadira ini temen kamu,veno,dia baru dateng tadi malem dari bandung" ayah nadira mengenalkan lelaki tadi pada nadira.

Nadira menyunggingkan bibirnya. "Veno,udah gede kamu sekarang" Nadira nampak antusias bertemu lelaki itu. mungkin ini orang yang menelfon Nadira kemarin.

"Ehhm nak aji,kenalin ini veno teman Nadira sejak smp" ibu nadira mengenalkan lelaki itu padaku.

Tangan kami berjabatan "aji" kataku singkat memperkenalkan diri. "Veno" ia menyebutkan namanya. 

"Lebih kita ngomong ngomong didalem aja,sambil ngeteh" ajak ibu nadira.

"Eh iya tuh" sahut nadira.

"Nak aji sama nak veno sekalian ikut aja"
Aku buru buru menolak ajakan kedua orang tua Nadira beralasan takut dimarahi orang tua,padahal aku hanya ingin menghindar dari perkenalan dengan veno "eh enggak tante,saya pulang aja entar dicariin bunda malah". Aku menolak ajakan orang tua nadira

"Oh gitu" jawab ibu nadira singkat.

"Yuk  masuk nak veno"

"eh iya tante" veno beranjak masuk kerumah bersama kedua orang tua nadira.

Sebelum Nadira memasuki rumahnya,aku buru buru menarik tangan dia.

"Kamu enggak bilang kalau temen kamu cowok?"

"Kamu enggak nanya,emang apa masalahnya?"

"Enggak ada juga sih"

"Ciee cemburu ciee" pipiku memerah ketika nadira menuduhku cemburu.

"Udah ah aku pulang dulu aja"

"Ya udah terserah kamu,hati hati di jalan"

"Heem"
Aku pun memasuki taksi dan meninggalkan rumah nadira,menuju kerumahku sendiri.

Keesokan harinya ketika aku dan nadira bertemu di depan gerbang sekolah,ada veno juga disana.
"Nganter Dira ven?"
"Enggak juga"  aku menggaruk rambut dikepalaku,mencoba mencari makna dibalik jawaban veno tadi.

"Terus?" Nadira kini ganti bertanya pada veno.

"Sekalian sekolah disini" mendengar jawaban veno aku dan nadira melongo,seolah nggak percaya bahwa veno akan jadi murid di sekolah ini.

NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang