Sejak hari perkenalanku dan Nadira terjadi,semua berubah. Kita seperti bukan seseorang yang baru mengenal tapi seperti 2 orang sahabat yang telah saling mengenal sejak bertahun tahun yang lalu. Tak ada hal aneh yang terjadi diantara kita sampai pada suatu sore di depan rumah Nadira,peristiwa memilukan itupun terjadi.
Peristiwa ini diawali ketika aku selesai mengantarkan Nadira pulang sehabis membeli novel ditoko buku,Ketika itu kami turun dari taksi yang kita tumpangi,dan disambut oleh tatapan 'tak bersahabat' dari ayah Nadira. Nampak dibelakang ayah Nadira,ada Ibu Nadira yang memasang wajah khawatir.
"Sore,om tante" sapaku ramah.
Ayah Nadira diam tak menjawab,malah ia menarik paksa tangan Nadira dan memberikan pada Ibunya Nadira. Nadira jatuh kepelukan ibunya dengan rasa sedih bercampur heran. Lalu tumpahlah airmata ibu Nadira melihat kebahagian putrinya di rusak oleh ayahnya sendiri."Suruh Nadira masuk" Ayah Nadira menyuruh istrinya untuk membawa masuk Nadira kedalam rumahnya.
Semua tampak tak seperti biasanya,walaupun keadaan sore itu masih seperti hari hari biasa saat aku mengantar Nadira pulang kerumahnya."Kamu lancang!!" Ayah Nadira memasang ekspresi marah dan menunjukan jarinya ke mukaku.
Aku menutupkan mata,takut bila tiba tiba ayah Nadira memberikan hadiah bogem mentah kepadaku.
"Aaaada apaaa ommm" aku bertanya tentang apa yang terjadi sehingga ayah Nadira marah kepada kami berdua. Sayup sayup terdengar suara Nadira menangis dan merintih pada ibunya yang disambut juga air mata yang terus mengalir dari sela mata ibu Nadira.
"Kamu baru kenal Nadira seminggu tapi kamu sudah berani macam macam sama Nadira"
"Macam macam maksud om?" Aku heran kenapa ayah nadira punya kesimpulan seperti padahal aku tidak sedikitpun menyakiti diri Nadira.
"Jangan sok polos kamu,kamu adalah pengaruh buruk buat Nadira"
"Om keliru saya bukan...."
"Cukup" ayah Nadira memotong paksa kalimatku,seolah benar benar tak mau tahu penjelasanku.
"Jauhi anak saya,anak saya nggak pantes buat kamu". Ayah nadira mendorongku,lalu berbalik arah dan menutup gerbang rumahnya.
Sementara itu aku masih berdiri disana mencoba menyadari tentang apa yang benar benar sedang terjadi diantara aku dan Nadira yang sampai membuat ayah Nadira menjadi murka kepadaku.
Aku masih berdiri di gerbang itu,sementara gorden jendela kamar Nadira terbuka dan nampak ia menangisiku dari dalam kamarnya. Kami berdua bertatapan mata tak mengerti.
Namun pada akhirnya aku berjalan meninggalkan gerbang itu menuju pangkalan taksi terdekat untuk pulang kerumah mengistirahatkan otak dan meresapi apa yang telah terjadi diantara kami berdua.Disinilah aku,dikamar kecil penuh dengan privasiku. Pikiranku mengawang ditemani suara detik jam yang terus berlalu. Ditempat ini biasanya aku membayangkan wajah cantik Nadira. Namun lain dengan hari ini. Hari ini wajah sedih Nadira dan tangisannya terus membayangi kepalaku,dan mengaduk seluruh rasa dihatiku.
Aku benar benar tak faham tentang apa salahku sehingga ayah nadira menjadi murka. Lalu teringat olehku seseorang pria yang menabrakku dihari pertama Nadira masuk sekolah."Apa dia yang jadi biang dari masalah ini?"
"Kalau iya lalu dia siapa?"
Tanyaku dalam hati. Semua cerita Indah yang kita lewati bersama berubah seketika berganti dengan duka yang terjadi dengan tanpa alasan yang jelas. Memikirkannya membuaku pusing dan akhirnya aku tertidur di kamar kecil penuh kenanganku ini.
Di pagi hari saat kita berangkat sekolah,kami tak bertemu dibus. Mungkin saja sekarang ayah Nadira agak protekftif terhadap anaknya sehingga ia takut Nadira bertemu denganku di bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
Jugendliteratursebuah perjalanan cinta yang penuh lika liku yang terjadi diantara aji dan nadira,dimana kepengecutan aji tak pernah membuatnya mendapatkan hatinya nadira dan sampai sampai ia harus mengalah pada adrian seorang superstar basket disekolahnya yang mam...