Dunia Baru

21 3 0
                                    

'Krik... Krik... Krik...'

"Hem, suara apa itu ya?" Junia Deva terbangun setengah sadar dan mendengar suara derik jangkrik. Ia bahkan merasa pipinya seperti dijilat sesuatu yang terasa sangat...
lengket dan lembek, mungkin... sedikit halus?

"APA?!" Juni segera tersentak dari lamunannya tadi dan setelah benar-benar tersadar, ia segera bangun dan melihat keadaan sekitarnya.

"Tunggu dulu! Di mana ini?" Ia panik bukan main saat menyadari bahwa ia tengah tertidur di dalam hutan! Langsung di atas rerumputan yang basah. Mungkin, sehabis hujan. Ia hanya mengenakan piyama panjang dan bertelanjang kaki.

Sepanjang tidur, ia ditemani oleh seekor anjing. Kakinya pendek, badannya panjang berwarna hitam kecokelatan. Anjing jenis Duchshund. Anjing itu tampak ramah. Ia menyenderkan kepalanya di badan Juni. Sangat manja. Juni pun mengelus kepalanya. Ia juga jadi menyukainya. Namun, Juni seolah kembali tersadar dari lamunannya.

"Mungkin saat aku tertidur, pencuri memasuki rumahku. Saat melihat aku seorang putri cantik yang tengah tertidur, ia pasti ingin membawaku juga." Celotehnya bodoh. "Tapi, rumahku itu di pusat kota! Mana mungkin ada hutan? Oh, mungkin aku diberi suntikan obat tidur supaya tetap bisa tertidur saat perjalanan panjangku menuju kemari. Lalu pencurinya..."

Belum sempat melanjutkan kalimatnya, dia mendengar suara langkah seseorang mendekatinya. Lalu dibalik rerimbunan tanaman liar yang tak terawat itu, muncullah seorang pria bertopi besar dengan tas selempang yang besar juga dan mengenakan sepatu aneh, baju serba hijau. Mirip... Peterpan? Bukan, bukan. Robin Hood? Ah, siapa pun dia, dia adalah orang yang aneh!

"Jangan mendekat! Kau pasti yang menculikku, kan? Kau pikir aku takut padamu, ha?" Ia mengambil apapun untuk melawan pria tadi. Ranting pohon, dan... Oh, tidak ada lagi. Gawat!

Anjing tadi berlari mendekat pada pria hijau aneh itu. Sudah Juni duga, pasti hewan peliharaan si penjahat. Mana mungkin anjing sejenis itu berkeliaran di hutan!

"Hio, apa yang kau temukan?" Pria berbaju hijau berbicara pada peliharaannya. "Oh, kali ini kau menemukan sesuatu yang aneh. Mungkin bisa dibilang unik?"

"Jangan bercanda! Kau gila! Pergi kau!" Juni menunjuk-nunjuk dengan ranting pohon. Bahkan, ia tak sanggup untuk berdiri. Kakinya gemetaran. Ia masih saja terduduk di sana sejak tadi.

"Tenang, tenang! Hei, kau sebenarnya, apa yang kau lakukan di sini?"

"Apa? Kau bertanya padaku? Maksudku, kau? Serius?"

"Sepertinya dia gila ya, Hio." Yang diajak bicara hanya meng-eum. "Tinggalkan saja dia di sini. Kita sibuk. Ayo cepat pergi!"

"Apa? Kau mau meninggalkan ku di sini?" Juni kaget dan berteriak. "Wah, wah! Hei!"

Namun, si anjing itu tidak bergerak mengikuti tuannya. Ia malah beranjak ke sisi Juni. Seperti memberi perintah pada sang majikan agar ikut serta membawa Juni.

"Hio, cepat kemari!" Sang pemilik terlihat tak suka.

"Hei, anjing pintar. Beritahu aku sesuatu! Di mana ini?" Juni mengajak hewan itu berbicara.

"Astaga, Hio! Dia benar-benar gila! Ayo pergi!"

"Kau dari tadi memanggilku gila? Kau lah yang gila! Tidak lihat penampilanmu yang aneh itu, ha? Bahkan kau menculikku hanya untuk mengabaikanku?" Juni kehabisan kesabaran. Memang sejak tadi ia tidak sabaran. Namun, kali ini dia lebih emosional.

"Kau yang aneh dengan pakaian panjangmu itu! Bahkan tanpa mengenakan alas kaki di tengah hutan? Kau pikir itu masuk akal? Siapa coba yang gila?" Pria itu membentak Juni membuat Juni terdiam. "Hio! Terserah! Aku akan meninggalkanmu juga kalau begitu. Aku banyak urusan."

Seperti paham apa yang dibicarakan tuannya, anjing itu akhirnya mengikuti sang majikan.

"Tunggu dulu! Ini gila! Ini benar-benar gila! Bukankah dia yang menculikku? Tapi, kalau bukan? Lalu? Aduh, gimana ini?"

Diam-diam, Juni mengikuti sang pria dan anjingnya. Meski begitu, tetap saja sang pria menyadari bahwa ia sedang dibuntuti. Ia sengaja mendiamkan gadis aneh itu dan mengikutinya sampai di tengah kota.

"Eh, lho. Ini... Di mana?" Kota itu sangat berbeda dengan kota tempat Juni selama ini tinggal. Tempat itu seperti di dalam Assassin's Creed. Gedung-gedung tua yang aneh dan penampilan penduduknya yang juga aneh. Jubah hitam panjang menutupi tubuh agar terlindung dari matahari. "Memangnya mereka vampir?" Ucap Juni.

Dari dalam tasnya yang besar, sang pria aneh juga mengeluarkan jubah hitam. Ia memberikan satu pada Juni.

"Eh, kau tahu aku mengikutimu?"

"Aku tidak bodoh. Dasar. Cepat pakai!"

"Kenapa?"

"Pakai atau selamanya tinggal di hutan!" Ia melemparkan begitu saja jubah itu ke wajah Juni.

Juni segera mengenakan jas hitam itu menutupi piyama putih panjangnya. Ia juga mengenakan tudung kepala untuk menutupi wajahnya. Ia hanya meniru apa yang harus dilakukannya.

Mereka berdua diikuti anjing bernama Hio memasuki pusat kota. Bahkan untuk ukuran pusat kota, kota ini sangat kuno! Para penduduk masih menggunakan kuda untuk mengangkut barang bawaan dan menarik manusia. Semua pekerjaan masih dilakukan secara manual. Aneh sekali. Apa cara berpakaian seperti ini tidak mengganggu aktifitas sehari-hari mereka?

"Kenapa mereka berpakaian seperti ini?" Juni memberanikan diri bertanya pada pria aneh.

"Nanti kau akan tahu sendiri."

"Lalu, siapa namamu?"

Pria itu sedikit kaget dan merasa kurang nyaman saat ditanyai begitu.

"Axa. Panggil saja begitu."

"Aku Juni."

"Dari mana asalmu?"

"Wah, ternyata memang bukan kau yang menculikku. Aku dari... Aku tidak yakin kau akan mengerti nama daerah tempatku berasal."

"Sepertinya begitu. Jadi, kau diculik?"

"Eh, aku juga tidak yakin. Maksudku, siapa yang membawaku ke tempat aneh seperti ini? Ini sangat berbeda dengan dunia ku. Tidak mungkin seorang manusia mampu melakukannya."

Mendadak Juni menghentikan langkahnya. Ia merasa sangat cemas sekarang. Lebih cemas dari sebelumnya. Benar, kan yang dikatakannya? Seorang manusia tak mungkin dapat melakukannya! Ia ingat, ia hanya tertidur di ranjang rumahnya dan saat terbangun, lebih tepatnya saat dibangunkan oleh seekor anjing, ia mendapati dirinya berada di tengah hutan! Perlakuan siapakah gerangan? Bagaimana cara ia kembali? Mendadak perasaan itu membuncah dan membuat Juni semakin ketakutan akan dirinya sendiri.

Deev's WorldWhere stories live. Discover now