Serangan (I)

5 0 0
                                    

Axa berpikir, apa saja yang sudah dikatakan oleh Guldeis hingga Juni seberani ini. Melihat sikapnya salama satu hari ini, dia seperti ogah-ogahan dengan dunia ini. Tugas ini sangat berat. Bahkan, ia tidak tahu apa-apa.

"Kenapa diam?" Juni menggoyangkan tangan Axa yang masih digenggamnya. "Jangan cemas! Kau bilang akan menjagaku, kan? Seperti Hio." Kali ini Juni menjulurkan separuh tangannya ke depan dada dan menekuknya, sikap seperti seekor anjing dan membuat ekspresi yang menggemaskan.

Axa membuang napas dan mengelus puncak kepala Juni. Ia tersenyum sekarang. Axa akan menjaga Juni seperti janjinya dan menemukan cara untuk mengembalikan Juni ke dunianya sendiri.

"Tidurlah." Axa beranjak meninggalkan tempat tidur.

"Tunggu dulu!" Juni mencegah tangannya. "Aku tidak nyaman sendirian di tempat besar begini."

"Kau mau aku tidur bersamamu?"

"Apa? Eh, bukan begitu." Juni bingung harus menjelaskannya bagaimana.

"Haha, aku mengerti. Aku akan menemanimu sampai kau tertidur. Aku hanya akan berjaga di sini."

"Terimakasih, Axa." Itu ucapan yang baru pertama kali Axa dengar dari mulut Juni. Maksudnya, kenapa baru sekarang setelah ia menjaganya sejak dari hutan?

"Kenapa sekarang kau percaya padaku, bahkan menggantungkan hidupmu padaku?"

"Karena kau yang memintaku begitu. Kau menyuruhku mengikutimu dan mempercayaimu."

"Hanya karena itu?"

"Lebih dari itu. Aku sendirian, kan di dunia ini? Tapi sekarang aku punya kau," Juni mengangkat tangan kiri di mana cincin pertunangan mereka melingkar indah di jari manisnya.

"Aku tahu kau tidak mencintaiku. Kau hanya melakukannya karena sebuah tugas dan tanggung jawab. Hanya sebuah keharusan. Tapi, bagiku ini adalah sesuatu yang benar-benar penting.

Axa membelalakan mata. Tak tahu bahwa itulah yang dipikirkan Juni.

"Bagaimana ya... Aku... Kau adalah orang pertama yang kulihat di dunia ini. Kau juga yang sudah membawaku. Menawariku semua janji-janji itu. Aku... Akan bergantung padamu mulai sekarang."

Juni mengucapkan semuanya dan wajahnya menjadi merah.

Dasar bodoh! Apa yang sudah kukatakan? Axa pasti berpikir bahwa aku gadis murahan! Dasar! Tapi, mau bagaimana lagi? Dia memang terlihat bisa diandalkan.

Juni tersadar dari lamunannya ketika Axa menyuruhnya segera tidur. Besok mungkin akan terjadi sesuatu yang besar. Sehari setelah pertunangan mereka, penyihir mungkin saja datang dan kembali mengutuk dunia ini. Tugas mereka baru akan dimulai besok.

Dan begitulah. Juni terlelap sementara Axa berjaga di sampingnya. Menemani Juni tidur sambil memperhatikan caranya tertidur. Wanita itu sudah benar-benar jatuh hati padanya. Axa serius saat mengucapkan akan menjaganya. Axa juga tahu persis wanita itulah yang ada dalam ramalan.

Tiga tahun yang lalu saat berhasil menemukan tempat persembunyian dan bertemu dengan penyihir, penyihir itu berkata...

"Kau yang sekarang tidak akan mampu melawanku! Aku akan melepaskan kutukan jika kau menemukan wanita yang tepat dan mengenakan cincin rubi merah di jari manisnya. Kau harus menemukan sendiri cincin dan wanitanya.

Deev's WorldWhere stories live. Discover now