Senja mengintip dari balik jendela besar dengan gorden-gorden berwarna putih bersih yang menutupinya. Juni mengerjap-kerjapkan mata. Kepalanya terasa sangat berat seperti habis dihantam sesuatu. Ia mendapati dirinya tengah tertidur di atas tempat tidur yang terlalu besar bagi dirinya sendiri. Ah! Dia berada di kamar tidur yang pertama kali dimasukinya tadi.
"Kau sudah sadar, nyonya?" Suara berat laki-laki menyapanya.
"Oh, Pangeran!" Juni segera bangkit dari tidurnya. "Maafkan saya."
"Tidak apa-apa. Tidurlah dulu. Saat ini Axa sedang kehabisan tenaga untuk mengobatimu. Setelah tenaganya pulih kembali, ia akan mengobatimu lagi. Kembalilah tidur."
"Apa yang terjadi, Yang Mulia?"
"Panggil saja aku Guldeis. Kita ini kan keluarga. Dan lagi, ini bukan acara formal." Guldeis tersenyum lembut. "Kau pingsan tadi karena kelelahan dan stres."
"Lalu, kenapa Axa sampai kehabisan tenaga untuk mengobatiku, jika hanya sakit seperti ini?"
"Bukankah ia baru saja kembali dari pengembaraannya? Begitu sampai di sini, tanpa istirahat, pertunangan kalian digelar. Tak ada yang tahu apa saja yang dilakukannya selama pergi."
"Tentu saja mengobati orang-orang terluka. Itu kan tugasnya. Dia pasti sangat lelah. Apa yang sudah kulakukan dengan merepotkannya?"
"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, nyonya."
"Jangan panggil aku begitu! Ini bukan di acara resmi. Panggil saja Juni." Juni membalikan perkataan Guldeis.
"Baiklah, cantik." Pangeran menggoda Juni.
"Guldeis, bisa kau jelaskan apa yang terjadi dengan pertunangan ini? Maksudku, kenapa dengan Axa dan Raja dan... perjanjian-perjanjian itu?"
"Astaga! Kau tidak tahu apa-apa?"
Juni hanya menggeleng sedih. Pangeran Guldeis akhirnya menjelaskan, bahwa salah satu syarat agar penyihir itu mau melepaskan kutukannya, adalah dengan salah seorang anggota atau bagian dalam kerajaan (yang artinya memiliki darah spesial dari antara manusia lain) bertunangan dengan seorang wanita yang sudah diramalkan.
Darah spesial dari manusia lainnya...
'Darah spesial'...
Ini maksudnya berarti adalah 'Keturunan Darah Biru' (anggota keluarga kerajaan) atau bisa juga seseorang yang memang darahnya lebih spesial dari antara para manusia, termasuk dari keturunan darah biru itu sendiri.
Axa. Dialah orangnya. Dia yang harus menikah dengan wanita dalam ramalan. Lalu, selanjutnya apa?"Maksudmu, aku wanita dalam ramalan itu?"
"Mungkin saja. Karena hanya wanita dalam ramalan yang bisa mengenakan cicin itu." Guldeis menunjuk cincin rubi merah cantik yang dikenakan Juni.
"Wanita pemilik cincin sebelumnya meninggal karena energinya diserap oleh cincin itu," Guldeis melanjutkan, "Itu menandakan bahwa wanita tersebut bukanlah seperti yang diramalkan."
"Lalu apa tugas Axa dan wanita dalam ramalan itu?"
"Entahlah. Axa tidak mau mengatakannya."
Juni kembali terdiam. Kehadirannya dalam dunia ini sangat penting. Mungkin memang ia ditakdirkan untuk berada di sini untuk membantu Axa, Raja, Pangeran, beserta negerinya. Ia memiliki peran penting dalam misi ini.
"Maafkan aku, Juni. Mungkin kau tidak mengerti semua ini. Tapi, pertunangan kalian sudah ditetapkan sejak tiga tahun yang lalu. Axa telah mencari-cari wanita itu ke sana, kemari sambil mengobati orang-orang yang sakit parah.
"Tenggat waktu sudah ditetapkan oleh penyihir. Jika melewati batas itu, yaitu hari ini, penyihir akan kembali dan menambah kutukannya.
"Meskipun pertunangan sudah dilakukan, ayahku tidak sebodoh itu mempercayai janji seorang penyihir. Maka dari itu, seluruh raja di negeri ini diminta hadir ke pertunangan kalian, anak asuh Raja Deev dan menyampaikan semua rahasia yang selama ini berusaha kami tutupi.
"Betapa pentingnya acara pertunangan kalian bagi negara, bahkan mungkin dunia ini. Maafkan aku harus berkata begini. Tetapi, sebagai raja selanjutnya, aku harus memikirkan ke depan juga. Bagaimana cara menyelamatkan rakyatku. Aku mohon, bantulah kami."
Juni amat terkejut saat Pangeran Guldeis bersujud hingga kepalanya menyentuh karpet demi memohon pertolongannya.
"Huft..." Juni menghela napas berat. "Baiklah. Aku akan berusaha sekuat mungkin."
"Benarkah? Kau tidak boleh mati ya! Pasukan seluruh negeri ini pasti akan membantumu." Guldeis bangkit dan menggenggam tangan Juni erat. Semangatnya berkobar. "Aku dan ayahku juga akan hadir di sana untuk membantu. Tentu saja! Serahkan semuanya pada kami!"
"Meskipun rasa cemas dan takut melingkupi Juni, melihat pangeran semangat dan penuh pengharapan seperti ini membuat perasaan Juni menjadi lebih baik.
Mungkin selama ini Juni salah pikir. Mungkin memang sudah takdir bagi Axa untuk menjadi seperti ini. Berkorban dan dikorbankan bagi kelangsungan hidup negeri. Tak jauh berbeda dari dirinya yang hanya pendatang.
Bulan pun menjemput. Sudah sejak tadi pangeran pergi. Setelah mengatakan semua yang ingin didengar Juni. Ya, pangeran begitu menenangkan hatinya. Beliau paham bahwa ia hanya seorang gadis biasa yang tiba-tiba kehidupannya diputar seratus delapan puluh derajat. Karena itulah, Juni yang paling banyak harus dibantu ketimbang Axa yang sudah menjalani takdir anehnya sejak kecil.
Terdengar suara pintu diketuk. Axa muncul dari baliknya, menanyakan apakah Juni sudah makan dan bagaimana perasaannya. Axa melangkah masuk untuk kembali mengobati Juni.
"Tidak perlu. Aku sudah bilang tidak apa-apa."
"Akulah yang mengobatimu. Aku yang paling tahu kondisi badanmu. Jangan berbohong padaku."
"Kau sudah sangat lelah, bukan? Istirahatlah. Aku juga akan segera baikan jika beristirahat sebentar lagi."
"Akan lebih cepat jika aku mengobatimu. Lagi pula, ini sudah pekerjaanku. Jangan menatapku semanis itu, anjing kecil." Seringai nakal muncul diwajahnya saat mendapati tatapan cemas Juni.
"Dasar! Benar-benar!"
"Sudah. Diamlah!"
Tak menghiraukan ucapan Juni, Axa kembali memulai pengobatannya. Cahaya putih keluar dari tangan Axa yang menyentuh kepala Juni. Ini pertama kali bagi Juni melihatnya dan ia terkagum-kagum.
"Dulu aku menemukan Hio dalam keadaan terluka. Ia seperti anggota keluarga pertama bagiku. Aku menyukainya sejak pertama kali melihatnya. Aku mengobati semua luka dan memberi makan Hio dari sisa bekalku." Axa mengenang pertemuan pertamanya dengan Hio.
"Hio sangat berarti bagimu? Bagaimana dengan Raja dan Guldeis?"
"Guldeis?" Axa kaget Juni menyebutkan nama langsung tanpa embel-embel gelar kebangsawanan. "Hio berbeda dengan mereka. Hio menyukaiku tanpa mengharapkan sesuatu lebih padaku. Hio tak pernah meminta apapun padaku." Matanya menerawang.
"Kau pasti selama ini tertekan, ya?" Juni menggenggam salah satu tangan Axa yang sedang mengobatinya. Pengobatan itu terhenti lagi sejenak.
"Kenapa tak kau katakan saja bahwa tugas ini terlalu berat untukmu?""Mana mungkin aku berkata seperti itu? Tidak ada orang lain yang bisa melakukannya selain aku."
"Ada." Juni menjawab mantap.
Axa terlihat kaget dengan pernyataan Juni, sekaligus menunggu jawaban selanjutnya.
"Aku," Kembali Juni menjawab. "Aku yang akan membantumu! Akulah wanita dalam ramalan itu. Aku pasti bisa melakukannya dengan kekuatanku dan cincin ini. Kita bersama akan mengalahkan penyihir jahat!"
YOU ARE READING
Deev's World
ФэнтезиJunia Deva bermimpi sedang berada di dunia lain! Di alam yang disebut 'Dunia Deev' ini, ia adalah tunangan dari seorang pengembara terkenal, Axa Dioniva! Bahkan nama akhiran mereka pun mirip seperti sudah ditentukan khalik. Apakah ini hanya sekedar...