Part 2

41 4 0
                                    

Ketika istirahat Dimas berkumpul dengan teman-temannya di kantin. Mereka terus saja berbica tanpa peduli dengan puluhan pasang mata yang menyorot melihat mereka.

"Eh tadi ada murid baru" Daffa berbicara dengan heboh. Ia memang cowok playboy yang suka nglirik cewek cantik apalagi kalau body-nya bagus.

Revan yang mendengar langsung bertanya tak kalah hebohnya, "cewek bro? cewek?"

Bisma dan Dimas hanya dapat manatap mereka dengan tatapan malas.

"Kayak nggak pernah liat cewek aja lo bedua" Bisma menimpali percakapan kedua temannya.

Sedangkan Dimas sibuk mengumbar senyum kepada cewek yang tertangkap basah sedang mencuri pandang terhadapnya. Emang Dimas siapa aja diladenin.

***

Elena sekarang sedang terdiam ketika ia tidak tau harus berbicara dengan siapa. Baginya ia tak perlu seorang sahabat. Karna menurutnya itu sama saja jika sahabatnya berkhianat.

Seorang cewek dengan rambut yang digerai dan tampilan yang sederhana namum Elena tau bahwa perempuan itu kaya karna benda yang melekat pada tubuhnya yang indah. Cewek itu berjalan menghampirinya dan duduk di kursi milik Al.

"Nama gue Aracely Fergana" ucapnya sambil tersenyum ramah. Sedehana. Batin Elena.

"Gue Elena Feodora" Elena membalas senyuman itu.

"Gue tau lo bingung mau ngapain kan?" tebak Cely

Elena hanya tersenyum kecil menanggapinya.

"Lo mau ikut ke kantin gak?" Tanya Cely.

"Boleh" Elena lalu berdiri mengikuti Cely.

Sepanjang jalan menuju kantin banyak siwa siswi yang menatapnya dengan kagum. Dua cewek yang sempurna baru saja lewat.

Tapi Elena dan Cely hanya acuh. Mereka hanya asik membicarakan hal-hal kesukaan mereka. Dan Elena cukup terhibur dengan kehadiran Cely. Tapi ia belum siap menerima siapapun. Ia terlalu takut tersakiti,ia terlalu takut dihianati.

Saat Elena dan Cely memasuki kantin. Semua sorot mata menatap mereka. Termasuk meja yang berada di pojok, yaitu meja yang diduduki oleh Dimas, Daffa, Bisma, dan Revan.

Daffa yang melihat langsung menyenggol Revan, "itu ceweknya bro. Yang jalan sama Cely"

Revan langsung melihat cewek disamping Cely, "Gila, cantik banget dah. Body-nya Daf"

Baik Daffa maupun Revan, keduanya terpana melihat Elena.

Setelah keduanya memesan makanan, mereka langsung mencari meja yang kosong. Tapi nihil. Meja kantin telah terpenuhi.

"Duduk sini aja", tiba-tiba Bisma angkat suara.

Seisi kantin terkejut dengan apa yang dikatakan Bisma. Ini adalah sejarah baru yaitu ada cewek yang duduk semeja dengan geng-nya Dimas. Buka karna nggak ada yang mau, tapi karna Dimas nggak ngebolehin. Tapi kalo ini kayaknya nggak ada yang peduli Dimas ngijinin atau enggak.

Perasaan tadi Bisma kaya nggak suka waktu Daffa sama Revan ngomongin tu cewek. Tapi kenapa tiba-tiba kayak gitu. Dimas hanya sabar menghadapi teman-temannya yang aneh.

"Gila. Lo curang Bis. Tadi lo nggak suka. Tapi sekarang lo nyuri start" Revan tidak terima dengan Bisma.

Sedangkan Daffa hanya dapat mendengus karna merasa apa yang dilakukan Bisma adalah kecurangan.

Cely dan Elena berhenti sejenak. "Mau duduk disitu?" Tanya Cely.

"Yaudah ngak pa-pa. Daripada kita nggak duduk" Elena tau yang dimaksud Cely.

Cely dan Elena akhirnya bergabung ke meja Dimas,dkk. Elena merasa ia asing ketika ia duduk di sini.

"Elena?Gue Revan" tanya Revan memastikan bahwa itu nama Elena.

Elena hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

"Kenalin gue Bisma, salam kenal ya" Bisma tersenyum. Elena akui bahwa senyumannya manis.

"Gue Daffa" Daffa langsung menyerobot ketika Bisma menatap Elena sangat lama.

Elena hanya mengangguk kecil dan tersenyum.

"Dim, lo ngenalin diri lo dong" Revan memukul pelan pundak Dimas.

Dimas sedikit tersentak. Ia bingung bagaimana ia berbicara kepada Elena. Ia masih saja berpikir. Sebenarnya Dimas sudah kenal.

"Kenalin, Elena" Elena memperkenalkan dirinya dan menatap Dimas sambil tersenyum.

Dimas semakin tersentak karena tatapan Elena seperti orang yang tidak pernah saling kenal.

Setelah selesai makan. Elena langsung mengeluarkan ponselnya dan membalasi chat dari teman-temannya yang dulu satu sekolah dengan Elena.

"El,ayo ke kelas" tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya pelan.

Elena menoleh dan menemukan Al yang tersenyum menatapnya.

Elena langsung berdiri, "Cel, lo mau kapan ke kelasnya?"

"Bentaran dulu. Palingan nanti gue bareng Bisma. Kalau mau duluan ama Deva juga nggak pa-pa"

"Deva?" Elena mengulangi kata-kata Cely.

"Aldevaro" Cely tahu jika Elena bingung.

Elena hanya mengangguk sebagai tanda bahwa ia mengerti.

"Ah,ternyata kalian ada something. Panggilannya aja khusus" Bisma memperlihatkan wajah sedihnya.

"Enggak kok" Elena mengelak dan langsung berjalan menuju kelas bersama Al.

Sepanjang jalan Al dan Elena saling  berbicara tanpa henti dan sesekali tawa mereka terdengar.

Terlalu bodoh. Berharap pada dia yang tak pernah menoleh kepadamu.



Maaf klo garing. Silahkan kalian kasih aku saran supaya aku bisa memperbaiki cerita ini. Aku cuma coba-coba nulis ini cerita. Dan maaf kalo bahasanya terlalu baku karna ak agak gimana gitu klo nggak baku. Karna anak Bahasa Indonesia mungkin😂
22-08-2018

Past or Yourself?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang