Part 4

35 2 0
                                    

Hari ini, Dimas berangkat ke sekolah bersama Revan karna motor yang biasa ia pakai hari ini masuk bengkel.

Saat Dimas dan Revan berjalan dari parkiran ia melihat ada perempuan dengan rambut bewarna coklat alami dan kulit putih. Dimas yakin siapa orangnya. Tapi sesaat Revan menghampiri perempuan itu.

Revan menepuk pundak Elena dari belakang, "Heh..."

Elena yang sedang fokus berjalan pun terkejut dengan kehadiran Revan, "kalo nggak ngagetin belum puas ya?"

"Iya, aku belum puas" Revan tersenyum dan memasang wajah tanpa dosanya, "nanti pulangnya bareng aku aja ya?"

"Gamau, nanti minta bayaran kayak kemaren" Elena berpura-pura merajuk.

Berarti kemaren mereka pulang bareng dong. Batin Dimas

"Emang gue mau minta bayaran" Revan tersenyum menggoda.

Baik Revan maupun Elena tak sadar jika sepanjang koridor banyak pasang mata yang melihat mereka. Untuk cewek yang suka Revan, mereka kebanyakan akan mencibir Elena.

"Yaudah deh, nanti gue bareng. Tapi beliin es krim ya?" Elena mengedip-ngedipkan matanya.

Revan hanya tertawa lalu mengangguk. Mereka tak sadar jika ada orang yang melihat keduanya sejak tadi dan merasa panas. Dimas.

Elena pun melambaikan tangannya kepada Revan. Revan memang berbeda kelas dengannya. Dimas yang hanya berdiri di belakang namun cukup terlihat pun hanya dapat terdiam di tempat menunggu Elena masuk ke kelas.

Saat diambang pintu masuk, Elena meoleh ke arah kanan dan menemukan Dimas. Tapi setelah itu ia segera menyapa Dimas yang juga menatapnya dengan tatapan dingin, "pagi..."

Dimas hanya mengangguk sebagai jawaban.

Hari ini Elena duduk Cely karna sudah dua hari ini Al tidak berangkat. Entah apa alasannya.

Elena meletakkan tasnya di kursi. Ia juga berasal dari keluarga yang kaya. Bahkan jauh diatas kata kaya. Ayahnya adalah pemilik saham terbesar di banyak perusahaan. Ibunya adalah pemilik butik ternama. Kakaknya,Davin, pun sudah memiliki masa depan yang tercetak jelas.

"Ehh,katanya kemarin lo pulang ama Revan ya?" Cely bertanya dengan nada menggoda dan siap mengejek.

"Apaan sih" Elena hanya tersenyum karna ia tak bisa mengelak.

"Cieee,trima aja"

"Orang gue sama dia nggak ada apa-apa kok" Elena duduk sambil memukul pelan lengan Cely.

"Gimana rasanya dibonceng cogan?" bukan Cely namanya jika tak senang menggoda orang

"Sekali lagi lo ngomong, abis tu mulut" Elena mengancam, tapi hanya candaan.

"Ampun" Cely memasang wajah yang sok ketakutan.

Selama pelajaran Dimas tak bisa fokus dengan apa yang disampaikan oleh guru di depan.
Ia hanya sibuk menatap punggung Elena yang sedang memperhatikan pelajaran. Entah mengapa sulit baginya untuk peduli terhadap perempuan itu. Hatinya sebenarnya ingin perempuan itu, tapi logikanya menyuruh untuk membuang jauh-jauh wanita itu. Ia berpikir karna apa yang dilakukan wanita itu telah merusak hidupnya. Sulit untuk berlaku hangat padanya. Sulit untuk melupakannya walau ia tak melihatnya.









Vote and coment😊

Maaf kalo ceritanya garing. Kasih saran aja kalo kalian merasa ceritanya aneh😂 nanti klo ak bisa ak akan perbaiki.

28-08-2018

Past or Yourself?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang