Elena menghampiri Revan yang sedang bersandar pada motornya.
"Jadi?"
"Apa alasan gue buat bilang nggak sama lo?" Revan memutar-mutar kunci motornya dengan jari telunjuk dan gaya khasnya 'senyum bangsat'
"Terus Dimas gimana? Katanya dia berangkat ama lo?"
"Dia bukan anak cewek yang harus gue anterin. Kacung dia banyak, dari sabang sampe merauke ada" ucap Revan sambil menaiki motor klx hijaunya.
Tanpa disuruh, Elena pun ikut naik dan mereka berdua beranjak pulang meninggalkan Dimas yang sedari tadi menatap mereka dengan tatapan datar.
"Diem aja lo!" Daffa menggebrak meja sehingga membuat Dimas terkejut dan menoleh dengan tatapan tajam.
"Sante bos-ku, nanti kalo lo minta dianterin gue pulang gue sedia kok. Ga usah marah gegara Revan ga pulang ama lo" Bisma ikut menimpali.
"Anjing" Dimas mengatakannya sambil menatap sepatunya.
"Ga usah marah, yuk gue anterin" Daffa berdiri sambil menghabiskan susunya.
"Ga usah, gue minta dijemput aja ama abang gue" Dimas ikut berdiri namun ia masih sibuk dengan ponselnya.
"Cieee, anak baek ini mah. Kemana-mana sama abangnya, lucu lo" Bisma hanya menertawakan.
"Brisik. Ngomong aja kalo lo juga pengen punya abang kaya gue"
Daffa dan Bisma hanya tertawa menanggapi perkataan Dimas.
*******************
"Lo mau makan nggak?" Tanya Revan
"Gimana kalo makannya dirumah gue aja?" Elena meminta pendapat.
"Oke" Revan kembali fokus kepada jalanan.
Setibanya di depan rumah Elena, mereka terdengar tertawa bersamaan karena Revan menceritakan hal bodoh dalam hidupnya.
"Ya gitu, makannya gue dah kebal kalo dikerjain" Revan turun dari motornya.
"Besok gue pengen nyoba ngerjain lo ah" goda Elena disela tawanya.
"Kalo bisa" Revan meremehkan.
Elena membuka pintu dan menemukan rumahnya kosong. Memang, kakaknya sedang di luar negeri untuk melanjutkan study-nya, dan papa mamanya akan pulang pada malam hari.
"Rumah segede ini nggak ada pembantu?" tanya Revan yang mengikuti jalan Elena.
"Ada, paling lagi di belakang, mau gue kenalin?" goda Elena sambil melemparkan tas-nya di sofa.
Revan hanya menggeleng pelan sambil tersenyum melihat tingkah teman barunnya ini.
"Gue masak dulu ya?" Elena berjalan menuju dapur.
"Gue nggak salah denger kan? Elo? Masak? Bisa?" Revan mendekatkan telinganya pada Elena, sontak Elena memundurkan badannya.
"Wahhh, ngremehin ni anak. Liat aja" balas Elena dengan percaya diri dan mulai membuka kulkas untuk mencari bahan makanan yang akan dimasak.
"Lo duduk aja dulu, sama liat tv juga boleh" Elena sedikit berteriak agar Revan mendengar ucapannya,
"Dari tadi juga gue dah duduk, belum lo suruh juga gue dah liat tv" ujar Revan santai.
"Dasar, emang ya" terdengar Elena tertawa.
"Ya kali nungguin lo nyuruh dulu, mungkin udah jadi lumut"
Setelah selesai makan, Elena dan Revan melanjutkan kegiatan yaitu nonton film horor. Berkali-kali Elena menenggelamkan wajahnya di bahu Revan karena ketakutan.
"Gila! Lo nyiksa gue namanya. Gue paling anti ya sama film horor" ucap Elena sambil menutup mata dan telinganya.
"Makannya ini gue nglatih lo biar nggak takut" Revan tertawa melihat ekspresi Elena yang ketakutan.
"Lo kira gue mau lomba pake latihan segala" Elena membuka matanya namun masih menutup telinganya.
"Siapa tau besok gue ngadain lomba keberanian nonton hantu" Revan masih tertawa.
"Kalau pun itu ada, gue nggak bakalan ikut"
KAMU SEDANG MEMBACA
Past or Yourself?
Teen FictionAlvaro Revan Adiputra Cowok dengan tampilan cool, tapi gila waktu sama temen-temennya. Cowok bijak, keren, pintar musik. Pastinya banyak cewek yang suka sama dia. Ia hanya menggoda perempuan untuk candaan. Alano Dimas Fernanda Siswa kebanggan...