Inikah saatnya aku berhenti? Berhenti mengagumi, berhenti berharap, berhenti memikirkan apa saja yang ada pada dirimu? Tolong jawab iya, dan aku akan mundur. Kamu tak akan pernah tahu betapa sakitnya aku ketika harus bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Kamu tidak tahu bahwa senyumku, candaanku, kejahilanku itu semata-mata hanya untuk menutupi rasa cemburu. Kamu tak akan tahu bahwa mereka yang sering ku banggakan itu hanyalah sebuah pengalihan, agar kau tak sadar bahwa orang yang sebenarnya ku kagumi adalah dirimu. Jelas, kamu tak akan tau karena kamu terlalu asik dengan duniamu sendiri. Sedangkan aku? Bodohnya aku yang selalu memikirkanmu. Iya kamu, orang yang menganggapku saja tidak. Untukmu tuan, terimakasih karena selama ini kamu telah memberi sedikit warna pada lembar kertas putih kehidupanku. Maaf aku lancang, karena sudah berani menyukaimu. Tapi tenang, setelah ini akan ku kubur dalam-dalam perasaanku dan membiarkan itu menjadi kenangan. Aku pamit, sampai jumpa di lain waktu.
-nttfla

KAMU SEDANG MEMBACA
Gerimis dan Kenangan
PoetryRintikan air hujan turun sore itu. Aku melihatnya dari balik jendela. Suara air jatuh membuatku terlarut dalam ritme yang ia ciptakan, sangat tenang dan damai. Seketika otakku memutar pikiran. Membuka kisah lama yang sebenarnya tidak ingin aku ungki...