EMPAT

0 0 0
                                    


Hamparan sawah yangmembentang luas di belakang rumah ku, perlahan tapi pasti sudah kehilangan ronake istimewaanya. Dulu sebelum petang anak-anak akan lari di pematang membawabenang layang-layang, menarik kabal-kabal si Jabrik ( Boneka sawah) membubarkanburung-burung kecil yang sesekali usil mengganggu sri padi yang mulai mematang.Atau sebagian dari mereka hanya bermanja-manja di gubuk kecil tempat ani-anipak tani di simpan. Suara teriakan anak-anak itu perlahan tapi pasti setiaptahunya melemah kini hanya aku yang setia berdiri menantang alam dipematang sawahdengan hujatan mentari yang bersinar terang.
“Hei, masih ingat aku ?aku datang kembali” bisiku entah kepada siapa, tapi setiap kali aku berdiridiantara dewi-dewi sri ini aku seperti tidak sendiri.
Perlahan angin mulaiberhembus, aku hapal betul 3 Menit setelah aku mengucapkan kata tersebut, anginmemang selalu datang membelai rambutku, seolah memberikan jawaban ataspertanyaan yang aku lontarkan. Dulu aku senang sekali bermain kincir angin dipematang sawah, tapi kini hidup menghilangkan semua kesenanganku, semakindewasa aku semakin dipaksa untuk menyadari realita, orang bilang begitulah carakita menikmati hidup bahagia, yah… cara menikmati hidup bahagia, itu yang cobaaku jalani saat ini.
“Jangan terlalu seringberdiam diri sendiri, takut kesambet”
“Hei, kak..”
“Re, ibu bilang besokkamu berangkat ke Jogyakarta, yakin mau melanjutkan disana?”
“Kak galang, maafkanaku sepertinya memang harus begitu. Aku begitu mencintai laki-laki itu, sakit rasanyaselama ini kehilangan sosoknya, aku ingin kembali bersamanya ka!” ucapku pasti,semakin lama aku seperti tidak peduli dengan perasaan Galang.
“Boleh kakak minta satupermintaan kepada mu Re?”
Aku menoleh kearahgalang, laki-laki berkacamata ini sudah hampir satu tahun kembali mewarnaikehidupanku, memberi semangat hidup dan menghidupkan kembali dongeng-dongengkecil tentang masa lalu ku. Sudahlama aku tertidur panjang, atau mungkin selama ini aku mati. Tapihari ini angin seakan membelaimembangunkan ku. Selama ini aku larut dalam perasaan yang mendalam, aku pikircinta itu benar membuat hidup menyenangkan namun ternyata tidak, tidak semuacinta itu menyenangkan.
Memaknai cinta dengan singkat, ternyata tak sepanjang puisi yang akuciptakan selama menjalin kasih denganya, seseorang terkadang melepaskan orangyang siap mengistimewakannya karena menemukan orang yang dia anggap istimewa ,melupakan ada air mata yang menetes untuknya, melupakan ada doa yang tersembunyiyang siap dihantarkan dalam kehidupannya. Dan lebih lucunya lagi ketika seorangyang dianggapnya istimewa justru menemukan istimewa lain dia akan merasa duniaini seakan tidak berpihak kepadanya, mereka larut dalam dilema berkepanjangan, mengharapistimewanya kembali mengistimewakan, melupakan bahwa keinginanya itu hanyasebuah keegoisan belaka, kalimat itu yang mungkin tepat aku lontarkanuntuk hubungan ku dengan galang.
“apa yang kakak inginkan dariku, aku harap ini bisa membalas segala kebaikan kakak selama satu tahunterakhir ini kepada ku, dan tentu bisa juga menjadi penghapus tentang kisahmasa lalu kita” Ucapku paruh
“kakak ingin mala mini kitapergi, kakak ingin mengajak mu kesuatu tempat yang sangat istimewa”
Aku terdiam, entah apa lagiyang akan Galang lakukan….
 
 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EquilibiriumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang