Kyungsoo

1.4K 163 8
                                    

Silahkan diplay media diatas. Lagu tersebut saya interpretasikan sedikit berbeda. Bukan dia yang menyanyikan untuk orang lain, tapi dia yang menyanyikan lagu tersebut untuk dirinya sendiri. Selamat membaca..

_________♡♡♡_________

Kupandangi sebuah cafe kecil dari dalam mobil yang kuparkirkan didepannya. Cafe dengan gaya modern classic itu dirambati tanaman rambat yang menutupi hampir seluruh temboknya. Pintunya dicat dengan warna hitam matte dan diberi kaca transparan, memperbolehkan pengunjung melihat kedalam.

"Haaaaah.."

Kutarik nafas dalam lalu dikeluarkan sedikit keras. Sesak rasanya, seperti ada yang mengganjal ditenggorokkan. Kupejamkan mata, menarik nafas dan mengeluarkannya lagi dengan lembut seperti divideo meditasi. Setelah melakukannya beberapa kali, kubuka pintu mobil, mengambil kotak dikursi penumpang dan mulai berjalan kearah cafe tersebut.

Memasuki cafe dengan dentingan bel yang disimpan dipintu, kuputarkan pandangan pada seluruh sudut. Kata yang bisa menggambarkan cafe ini adalah cozy. Temboknya yang diwarnai dengan warna putih gading dengan sentuhan beberapa photo hitam putih yang diframe dengan figura hitam. Kursi dan meja kayu yang tersusun rapi juga dicat warna hitam, dengan lantai yang hanya diplaster menunjukkan sisi modern.

"Minseok hyung.."

Lelaki yang sedang membuat kopi membelakangiku seketika menoleh. Melihat diriku, senyumnya mengembang tapi kemudian seketika luntur kembali. Kata sapaan yang mulai terbentuk dibibirnya tadi ditelannya lagi. Segera kualihkan pandangan kebuku menu dimeja kasir, tak sanggup melihat sorot matanya yang menunjukkan rasa khawatir dan mungkin kasihan.

"Green tea panasnya satu, tanpa gula seperti biasa"

"Neo gwaenchanhi?" tanya Minseok hyung bersuara.

"Naega wae anh gwenchana?" tanyaku melihatnya tepat dimata sambil tersenyum menggodanya.

Minseok hyung balas menatapku dan terdiam sebentar memperhatikanku. Entah apa yang dia lihat dariku, dia hanya menghela nafas lalu menepuk pundakku. Menyemangati mungkin.

"Duduklah, nanti aku antarkan"

Kusimpan kotak yang kubawa dimeja kasir, lalu mengeluarkan dompet dari saku celana. Mengeluarkan uang untuk membayar lalu kuberikan pada Minseok hyung yang sedang memperhatikan kotak dihadapannya.

"Ige mwoji?"

"Memories"

"Sok inggris kamu kyung" ejeknya sambil terkekeh kecil dan berlalu kebelakang membuat pesanan.

Aku berjalan menuju kursi dipojok paling belakang, mencari privacy. Kusimpan kotak yang kubawa dikursi pojok, lalu duduk dibagian luar disebelahnya. Agar mudah untukku kabur mungkin, atau mungkin juga agar dia tidak duduk disebelahku. Entahlah. Aku kembali memperhatikan keadaan cafe. Cafe Minseok hyung tidak ramai, hanya ada dua orang duduk didekat pintu keluar.

Cafe ini terletak dipinggiran kota Seoul jadi tidak begitu ramai. Tidak mungkin ramai juga karena ini masih pukul sembilan pagi. Dihari kerja pula bukan weekend, hari Selasa. Aku memang sengaja mengambil cuti agar bisa memiliki hari libur yang sama dengan seseorang. Waktu luangnya sebagai produser musik memang tidak tentu.

"Green tea panas tanpa gula seperti biasa" ujar Minseok hyung sambil menyimpan cangkir dihadapanku.

"Gomawo hyung"

"Kalau mau pesan yang lain tinggal panggil ya kyung"

Minseok hyung yang berdiri disebelahku diam sebentar menatap cangkir teh milikku. Mulutnya membuka seperti akan mengatakan sesuatu tapi ditutupnya kembali. Dia kemudian menatapku sebentar, menghela nafas lalu mengusak rambutku sedikit. Perlakuannya hanya kubalas dengan senyuman, kemudian dia berlalu kembali kemeja kasir yang didepannya tengah berdiri seorang pelanggan.

Every Breakup is HardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang