Seorang pria bergegas keluar dari mobil yang diparkirnya dan berlari kearah sebuah elevator yang terbuka. Dijulurkan tangannya, mencegah pintu elevator yang akan tertutup. Tersenyum kecil dia menyapa kakek tua yang berada dielevator tersebut.
Dia menekan nomor 6, kemudian menggerak-gerakan kakinya tak sabar. Jemarinya juga diketuk-ketukan pada pegangan besi elevator. Dia benar-benar ingin cepat sampai keapartment kakaknya itu. Dia tidak punya waktu yang banyak. Takut terlambat datang.
"Ayolah cepat~" gumamnya.
Ting
Bunyi elevator menandakan dia sampai dilantai yang ditujunya. Pintu elevator yang baru terbuka setengahnya itu langsung dia terobos. Berlari kecil kearah pintu apartment kakaknya, Park Yoora. Didepan pintu dia mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan. Jantungnya meronta keras.
Jantungnya berdegup kencang karena dari gedung SM tempatnya bekerja, dia memang terburu-buru datang kemari. Tapi ada hal lain yang membuatnya berdebar dan tangannya berkeringat dingin. Bukan karena dia punya penyakit jantung, hanya terlalu gugup.
Ditekannya password pintu masuk rumah Yoora, dan mulai masuk kedalam. Dilihatnya beberapa sepatu yang disusun rapi didepan pintu masuk. Jika dilihat dari sepatu yang ada, sepertinya tidak banyak orang didalam. Mungkin karena masih jam kerja, ayahnya pasti direstaurant dan kakak iparnya yang masih bekerja.
Ada sepasang sepatu yang Chanyeol kenal betul pemiliknya. Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari dalam, terdengar suara tawa Yoora dan orang yang sepatunya tengah Chanyeol perhatikan juga. Bukan, Chanyeol bukan buru-buru karena kakaknya akan melahirkan, itu telah terjadi sekitar sebulan lalu.
Chanyeol buru-buru, karena mendapatkan pesan dari Yoora, bahwa sipemilik sepatu yang sangat tidak fashionable itu datang menjenguknya. Chanyeol mematung ketika mendengar suara tawa renyah dari orang yang ingin ditemuinya itu. Bisa dia bayangkan matanya yang bulat terpejam melengkung dan giginya yang rapi terlihat ketika orang itu tertawa. Cute.
Dengan perlahan dia berjalan kearah suara tersebut, dari ruang tengah. Ketika dia berbelok memasuki ruang tengah, disana duduk diatas sofa orang yang sudah tiga bulan ini tidak dapat ditemuinya. Disana, Kyungsoo sedang menggendong keponakannya yang sepertinya tertidur kembali.
Nafasnya tercekat ketika melihat Kyungsoo yang sedang tesenyum menatap keponakannya itu. Senyum yang tiga bulan ini tak dilihatnya. Ah Chanyeol selalu menyukai senyuman dan tawa Kyungsoo. Itu menjadi satu dari sekian alasan kenapa Chanyeol menjadikan Kyungsoo kekasihnya.
Orang yang dihadapannya sekarang itu, sudah tiga bulan ini tidak dapat ditemuinya. Chanyeol merindukan semua yang ada di Kyungsoo. Sangat merindukannya sampai sulit untuk bernafas. Ingin menangis rasanya. Memang benar kata orang, bahwa sesuatu itu akan jauh terasa lebih berharga setelah kita kehilangannya.
Senyumnya yang menggemaskan, matanya yang bulat, hidungnya yang sering dikerutkan ketika merajuk, pipinya yang kenyal, dan tangannya yang kecil digengaman Chanyeol. Tinggi Kyungsoo yang jauh berbeda dengan Chanyeol juga dirindukannya. Kyungsoo selalu terlihat imut dilihat dari atas. Jika Kyungsoo tau dia pasti marah, cute sekali.
Chanyeol selalu menyukai apa yang ada dalam diri Kyungsoo, karena itu yang membuat Kyungsoo sebagai Kyungsoo. Termasuk passion Kyungsoo untuk buku yang membuat dia menjadi seorang senior editor disalah satu perusahaan penerbitan. Chanyeol selalu menyukai Kyungsoo, entah apa yang dia pikirkan ketika bermain-main dengan api yang kini membakarnya itu.
"Chanyeol? Kenapa pagi sekali datangnya nak?" tanya ibunya yang baru keluar dari dapur.
Suara ibunya membuat Kyungsoo mengalihkan pandangannya kearah Chanyeol. Pandangan mereka saling bertemu, keduanya terdiam. Seolah ada sesuatu yang mencegah mereka untuk mengalihkan pandangan mereka. Nyonya Park hanya bisa memperhatikan kedua anaknya itu secara bergantian. Begitu juga Yoora yang baru datang dari arah dapur. Mereka memakluminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every Breakup is Hard
FanfictionKarena yang memutuskan dan diputuskan hubungannya, tidak akan sama lagi. Tak hanya satu pihak yang terluka. Tapi kenapa rasanya hanya aku yang menderita? bxb