07

32.3K 1.8K 11
                                    

Terdengar suara klakson mobil, aku segera berlari keluar rumah dan ku lihat mobil Mas Andi sudah terparkir didepan rumahku. Aku dengan segera membuka pintu mobilnya dan kulihat Tata tengah tersenyum disela sela tangannya yang kini sedang bermain disekitar mulutnya.

Langsung kuraih dia dalam gendonanku, ku ciumi pipinya dan ku peluk erat. "Tata anak mommy datang" seruku girang.

Mas Andi melangkahkan kaki masuk kedalam rumahku, memohon izin untuk Tata yang dititipkan padaku. Dan berharap orang tuaku tidak terganggu.

Tentu saja orang tuaku merasa setuju dengan harapan aku akan lebih terbiasa menjadi seorang ibu untuk Tata.

Mas Andipun langsung berpamitan dengan alasan bahwa sebentar lagi jam masuk kantor. Dia berhenti dihadapanku, memperhatikan Tata yang berada di gendonganku lalu mencium pipi gembul Tata.

"Daddy berangkat, jangan rewel" ujarnya pada Tata. Lalu tatapannya beralih padaku. "Tata belum makan, dia baru minum susu. Tolong kasih dia sarapan ya, dan jangan lupa dengan makan siangnya"

"Oke aku paham"

"Saya pamit" ku anggukan kepalaku, dan kuantar dia sampai depan mobilnya. Setelah Mas Andi pergi akupun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur dan melihat bahan bahan yang ada.

"Kamu mau ngapain?" tanya ibu.

"Mau masak nasi tim buat Tata bu, ibu pegangin Tata dulu ya" ku serahkan Tata pada ibu. Dan kulihat ibu membawa tata ke ruang tengah. Mengelus ngelus punggungnya pelan dan sesekali bercengkrama.

Kulanjutkan acara memasakku. Aku ambil wortel dan kentang lalu kulihat juga ada ayam didalam kulkas. Lalu aku potong dadu wortel dan juga kentangnya tidak terlalu kecil. Melainkan ukuran sup lah. Lalu ku bersihkan ayamnya. Mengapa aku lebih memilih memasak sup? Karena lebih instan dan bisa sekalian makan siang Tata hehe.

Sembari menunggu supnya matang, kuambil sesendok nasi kemudian taruh diatas saringan. Lulu ulet nasi dengan sendok diatas saringan tadi, dan terlihat lah nasi yang halus dibawahnya. Setelah sup matang, lakukan hal yang sama pada wortel, kentang dan ayam. Jadi deh nasi timnya.

Lansung saja ku bawa ke tempat ibu dan Tata berada.

"Ayah mana bu?"

"Udah berangkat kerja, kamu bisa nyuapin sendiri? Ibu mau nyuci"

"Bisa dong. Siniin Tatanya" ibupun meletak Tata di pangkuanku. Lalu pergi meninggalkan kami berdua.

Kuambil sesendok air putih hangat untuk suapan pertamanya. Basmallah.
Dia meminumnya dengan sedikit menyeringit. Lalu kusendokkan tim yang tadi kubuat. Ternyata dia menyukainya, wah betapa senangnya aku. Dia terus melahap setiap sendok yang ku berikan.

"Pinter ih anak mommy" seruku saat suapan terakhir. Kuraih dia kembali ke gendonganku, membawa bekas makannya ke dapur lalu kutepuk punggungnya pelan sambil menunggu sedawa Tata.

Setelah terdengar kulihat dia mulai memejamkan matanya, kurasa dia akan tertidur kembali. Kini aku membawanya ke kamarku. Aku menghidupkan kipas angin dengan ukuran sedang. Lalu kurebahkan dia diatas ranjang kesayanganku ini.

Setelah dia terlelap, aku mulai mengotak atik hpku, dan iseng iseng melihat situs belanja online. Bukankah sabtu ini pernikahan Zahra? Itu berarti aku membutuhkan baju dan juga si kecil ini akan ikut bersamaku dan mas Andi juga. Karena saat itulah aku akan memperkenalkan mereka.

Aku mencari baju couple antara ibu dan anak yang cocok untuk pergi ke pesta pernikahan. Lama aku memilah kudapatkan 2 jenis baju yang sangat kusuka. Dan itu artinya aku harus membongkar celengan ayamku untuk membelinya. Oke tak masalah.

Langsung saja aku memesan baju itu. Setelahnya aku meletak hpku di nakas dan mulai terlelap bersama si kecilku yang manis.

***
Terdengar geraran ponsel yang membuatku bangun, aku mengangkat telfon dari seseorang yang mengganggu ketenanganku.

"Halo"

"Tata gimana?"

"Tidur, disebelah aku" jawabku meraba kasur bagian sebelahku. Kosong?

"TATA MANA?"

"Hei, kenapa kamu bertanya sama saya. Bukankah katamu Tata sedang tertidur?"

"Bentar mas" aku langsung berlari keluar kamar dan betapa leganya aku melihat Tata sedang bersama ibu.

"Tata sama ibu, aku tutup dulu ya bye" langsung saja ku matikan telfon mas Andi takut dia mengomel padaku.

"Kok ibu gak bilang bilang sih ngambil anak aku"

"Kamu juga sih tidur kayak kebo"

"Ibu kok gitu, udah jam berapa ni?" tanyaku pada ibu.

"Jam dirumah kita cuma tiga, satu di ruang tamu, satu di kamar kamu,  satu di kamar ibu. Kalau pukul yang kamu tanya 12.30 jawabannya"

"Lebay banget sih ibu. Berarti udah jam makan siang Tata dong" ibu mengangguk tanda iya, akupun berjalan menuju dapur menyiapkan tim yang tadi aku buat. Lagi lagi Tata makan dengan lahap membuatku senang karena kurasa dia menyukainya.

Setelahnya kuajak Tata keluar rumah tepatnya hanya di teras karena cuaca yang sedang panas terik. Beberapa tetanggaku lewat dan menyapaku dengan ramah. Sampai salah seorang menanyakan siapa yang sedang ku gendong.

"Ponakannya ya Fir?"

"Bukan bu, anak saya"

"Kok bisa? Kamu kan masih kuliah trus juga belum nikah" tanya ibu itu mulai sinis.

"Anak calon suami saya buk"

"Ooh kamu mau nikah toh, berarti duda ya?" balasnya lagi. Kepo sekali ibu ini.

"Alhamdulillah iya bu, saya masuk dulu ya bu" langsung saja aku masuk kembali ke dalam rumahku. Ternyata mulut tetangga masih pada iseng, pengen tau aja habis itu dihujat deh.

"Kenapa kok buru buru banget masuknya?" tanya ibu melihatku.

"Biasa ibuk ibuk komplek, kan jadi malas" jawabku kembali duduk di sofa ruang keluarga.

Sepertinya Tata sudah mengantuk kembali kulihat dia menyeludupkan kepalanya di sekitaran leherku. Ku elus punggungnya pelan dan kulihat dia mulai tertidur.

Aku melangkahkan kaki ke kamarku, meletak Tata di atas Ranjang dan mengarahkan kipas ke arahnya agar dia lebih nyaman. Ku lihat sekitaran dahinya yang berkeringat, lalu aku mengusapnya pelan. "Panas banget ya dirumah Mommy" ujarku miris.

Anak ini sudah terlahir di keluarga kaya yang sejak di rahimnya merasakan hidup dengan segala berkecukupan. Tapi sayangnya orang yang mengandungnya tidak mempedulikannya lagi. Tapi aku? Aku merasakan getaran saat di dekatnya. Rasa sayang yang dengan cepat tumbuh meskipun belum dengan bapaknya.

****
Hello.
Sama seperti XXL. Untuk kali ini marilah kita menundukkan kepala dan berdoa menurut kepercayaan masing masing. Alfatihah. Semoga seluruh yang ada di Palu diberi kesabaran, ketabahan, kekuatan dan keselamatan. Amin.




Masih semangat dengan cerita ini guys.
Apalagi di pagi hari yang cerah ini harus semangat dong.

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang