16

31.5K 1.7K 85
                                    

Hai, karena takut kalian bosan dengan hal-hal itu itu aja sampai ada yang comment 'Kapan nikahnya?' segala macam. Jadi kita nikahin aja mereka sekarang.

Dan lagi, ingat ya cerita ini hanya menggunakan konflik ringan. Karena memang tujuan awal buat cerita ini cuma untuk bikin adem adem hati sama ketawa haha hihi. Oke?

1700 kata:')
***

Hari ini tepat sehari sebelum pernikahanku, aku sengaja tidak memberi tau kalian, akan panjang ceritanya karena banyak acara adat yang harus dilalui sedangkan kalian pada minta aku nikah.

*Berasa authornya yang bicara. Skip

Untuk hari ini aku gak kayak orang-orang lain yang bakalan tidur bareng sahabat menjelang masa lajang yang terlepas.

Jadi malam ini setelah semua orang membereskan semua perlengkapan buat besok, mereka semua saudara-saudaraku dan juga ibu ayah masuk ke kamar dan tempat istirahat yang sudah di sediakan.

Aku berjalan menuju kamar ibu ayah. Mengetuk pintunya pelan. "Ibu... Ayah" panggilku. Ibu keluar bertanya kenapa, ada butuh apa, dan segala macamnya. Aku hanya menggeleng. "Fira tidur sama ibu ayah ya" pintaku. Ibu tersenyum memandangku sebelum akhirnya mengangguk menyetujui. Aku bersorak girang langsung memeluk ibuku.

"Fira mau ikut tidur sama ayah" kataku begitu tiba di dalam kamar.

"Udah gede kok masih mau tidur sama ayah, malu dong sama anak" Tata. Yang ayah maksud Tata. "Hahaha, gapapa dong yah" jawabku langsung naik ke kasur dan memeluk ayah diikuti dengan ibu yang merentangkan tangannya ingin memeluk kami berdua.

Aku menelentang, tidur diapit ibu dan ayah. Memandang langit-langit kamar yang masih terang dihiasi lampu. Sepertinya tidak ada yang mau tidur duluan.

"Anak ibu sama ayah udah besar, besok udah mau nikah" kata ibu memecah keheningan. Ibu memutar badannya menyamping, kemudian mengusap rambutku pelan.

"Iyaya bu, anak gadis yang biasanya manja sekarang udah mau diserahin sama pria lain. Gak jadi anak sayang ayah lagi" aku mendengarkan ocehan orang tuaku sebelum akhirnya protes.
"Fira bakalan tetap dan selalu sayang sama ibu, ayah. Fira-Fira sayang banget sama kalian" tiba-tiba aku tergagap dan tangisanku pun pecah. Aku bingung harus memeluk siapa, kanan atau kiri. Melihat kebingunganku, ayah dan ibu mendekat kemudian merengkuhku dengan hangat.

"Anak ayah kok nangis sih, ayah cuma bercanda. Di sini, di hati ayah ada Fira sama ibu yang gak mungkin ayah lupain. Walaupun nanti Fira gak sama-sama ayah ibu lagi" tangisku semakin kuat. Ini dia yang selama ini aku pikirkan, jika aku menikah bagaimana dengan orang tuaku? Hanya aku anak yang mereka miliki.

"Nanti Fira tinggalnya sama mas Andi trus ibu sama ayah gimana?" tanyaku pada mereka dengan sesegukan.

Ibu yang dari tadi diam ternyata mulai mengusap sudut matanya. Anak satu-satunya akan berpindah tangan, tanggung jawabnya akan diambil alih oleh orang lain. "Ibu kan sama ayah berdua sayang, nanti Fira juga sering-sering main ke rumah. Ajak Tata biar ibu gak kesepian" ahh. Sepertinya ibu salah bicara untuk kata terakhir. Tangis gadis semata wayangnya malah makin membesar karena merasa bersalah. "Fira gamau ikut mas Andi, mau sama ibu ayah aja"

"Hey, kamu kok ngomong gitu sih nak. Dengarin ayah, kamu sebagai istri harus ikut dimanapun suamimu tinggal. Ibu dulu juga gitu, dimana ayah disitu ibu seperti sekarang ini. Lagipula kan rumah masmu itu besar, kamu bakalan senang kok disana" ayah menambah guarauan diakhir kalimatnya.

"Berasa dijual masa" jawabku yang langsung digeplok sama ayah.

"Sembarangan kalau ngomong, kamu kira ayah ini apa ngejual anaknya. Dapat sepeserpun juga nggak, setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Bukan masalah harta dia yang banyak, tapi bagaimana dia bisa ngebahagiain kamu lebih dari kami. Kamu paham kan?" tanya ayah yang aku balas anggukan.

SAFIRA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang