Canggung?? Ya
Bingung?? Apa lagi
Gila?? Sudah pasti
Gema masih mencerna kalimat yang baru saja terlontar dari bibir mini gadis didepannya ini. Gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Gempita.
Gempi sendiri sudah berdiri tegap tidak jongkok seperti sebelumnya. Tangannya memainkan ujung mukena putih yang ia kenakan. Pandangannya tak lepas dari wajah tampan Gema. Pangeran charming yang tampannya melebihi park chanyeol. Ia sudah lupa akan 'ghadul bassar' tentang menundukan pandanganya dari lawan jenis.
"Astagfirullah.."
"Astagfirullah.."
Gempi beristighfar dalam hati. Ia kemudian menundukan kepalanya tak berani menatap Gema lebih lama lagi. Ritme jantungnya tak terkendali. Keringat dingin bercucuran. Wajahnya pucat pasi. Kalau bisa ia ingin meminta pintu kemana saja milik doaraemon, ia ingin kabur menyembunyikan wajah bodohnya.
"Ekhm.." deheman Gema membuyarkan lamunan konyol nya. Ia membenarkan letak karpet di tangannya sebelum menaruhnya di tepi lorong.
"Lebih baik kita ke masjid sekarang. Sepertinya sholat sudah dimulai sejak tadi."
"..." Gempi masih terdiam mencoba mencerna apa yang diucapkan Gema.
"Baiklah kalau kau masih mau disini silahkan saja."
Gema pergi. Meninggalkan Gempi yang masih berdiri bak orang bodoh di tengah tengah lorong yang sepi."Eh.. Tunggu.."
Gempi memacu langkahnya menyusul tapi tetap menjaga jarak dari lelaki itu.
Sunyi. Hanya suara langkah kaki yang mengiringi keduanya.
Sayup sayup mereka mendengar lantunan surah Al-kahf dari arah masjid.
"tuh kan benar. Kita ketinggalan sholat nya." Gema mengumpat pelan.
Ia kesal hari pertama nya di pesantren sungguh sial."Assalamualaikum warrohmattulloh.."
Sholat telah usai bertepatan dengan Gema dan Gempi yang baru saja menapaki pelataran masjid. Gema mendengus pelan.
"Ini semua salah kamu." Gema melotot. Menyalahkan gadis disampingnya.
Gempi berjengit takut."Maaf.." Dengan masih menunduk ia mencicit pelan. Sebenarnya ia tak sepenuhnya salah. Hanya saja ia tak suka dibentak seperti itu. Daripada memperpanjang masalah lebih baik ia meminta maaf. Sungguh ia sangat benci keributan.
"Sudahlah dari dulu aku memang benci perempuan. Apalagi perempuan cengeng sepertimu"
Gema melenggang pergi. Meninggalkan Gempi yang masih mematung.
Ia tak menyangka pertemuannya dengan Gema kali ini tak seindah bayangannya.
Ia memang sering dibilang cengeng oleh abangnya dan ia baik baik saja, namun kenapa jika lelaki itu yang mengucapkannya jadi lain. Seperti ada duri tak kasat mata yang menusuk hatinya. Sakit.
Gempi bergegas masuk. Mengambil sudut yang paling sepi dan memulai sholatnya.---
Hari pertama di pesantren. Gempi masih terduduk ditepi ranjang. Seusai sholat subuh tadi ia memilih kembali ke kamar. Ia juga melewatkan sarapannya.
Pertemuannya dengan Gema memberikan dampak tersendiri untuknya. Jantungnya masih berdebar. Ia masih mengingat jelas bagaimana cara lelaki itu menyalahkannya. Apa lagi saat ia mengatainya cengeng.
Memang sih Gempi cengeng tapi harus ya ia mengatakannya langsung."Assalamualaikum ukhty. Afwan tadi ukhty dipanggil bu kyai. Kata beliau ukhty disuruh datang ke masjid."
Rumi menginterupsi lamunannya.
Dilihatnya Rumi masih berdiri diambang pintu dengan senyum yang masih bertengger manis di wajah ayu nya."Waallaikumussalam. Iya nanti aku kesana."
Gempi mengangguk, kemudian bergegas meninggalkan kamarnya.Pesantren ini sangat luas. Deretan bangunan bergaya jawa klasik berjajar mengiringi langkahnya. Jalanan setapak yang ia lalui cukup ramai. Para santri wati memulai kesibukannya dipagi hari hingga petang nanti. Sebenarnya ia tak betah disini, baru sehari tapi ia sudah sangat merindukan rumahnya. Apalagi masakan bundanya. Ngomong ngomong tentang masakan, perutnya jadi berbunyi. Ia belum sarapan, atau malas sarapan lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAULAH IMAMKU
SpiritualGempita gadis berusia 20 tahun. Gadis manis dengan pakaian syar'i. Menjunjung tinggi predikat jomblo until halal. Namun tak jarang ia masih belum bisa mengendalikan perasaannya. Hati nya sudah memilih laki laki yang menurutnya akan menjadi jodohnya...