Chapter 17

2.3K 245 19
                                    


Seorang pria terlihat tertidur dalam posisi duduknya, dengan kedua tangannya yang menelungkup menjadi sandarannya di samping wanita yang terbaring lemah di sampingnya. Dan tidurnya yang tenang harus terhenti, ia terperanjat kaget seketika saat benda yang menjadi tumpuan hidup wanita yang berada didepannya berbunyi nyaring. Dan nyawanya terasa lepas saat ia melihat garis di monitor yang biasanya menunjukkan kestabilan berubah yang ia tau menjadi lebih baik. Ia sudah sering melihatnya sehingga ia paham betul jika benda itu akan menunjukkan sebuah perkembangan, maupun sebaliknya.

Jantungnya berdegup kencang, dengan cepat tangannya menggenggam erat wanita yang sangat ia kasihi tersebut. Hatinya berharap cemas memohon agar semua seperti yang ia inginkan. Ia berubah tegang ketika kelopak mata yang terpejam itu mulai bergerak pelan.

"Engh..."

Wanita itu melenguh kecil, matanya yang telah lama menutup kini terbuka menampilkan Onyx yang serupa dengan milik seorang pria yang memandanginya. Mataanya berkedip kecil, membiasakan indranya yang telah lama tak terbuka itu dengan cahaya terang di ruangan yang ia tempati sekarang.

Tangannya terangkat dengan telapaknya yang mendarat di wajah pria yang memandangnya dengan penuh binar kebahagian yang terpancar dan ia balas denga sebuah senyum lemahnya.

Pria itu merasa sangat senang, hatinya terasa penuh akan kehangatan dari kerinduan yang telah ia pendam kini telah terbalaskan. Senyumnya mengembang lebar bagai anak kecil polos yang mendapatkan mainan kesukaannya. Ternggorokannya tercekat saat liquid bening mulai mengalir keluar dari matanya, tentu saja masih dengan senyum lebarnya yang merekah.

Ia tak perduli jika ia akan dianggap cengeng. Sudah delapan tahun ia tidak bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya ini.

"Kaa-san,"

.

.

"Ohayou..."

"Mo,"

Ino baru saja memasuki kelas, dengan kening yang berkerut dalam mendengar mendengar jawaban sahabatnya yang sangat singkat. Langkahnya bergegas menuju ke arah mejanya mereka berdua dimana salah satunya sudah terdapat keberadaan sahabatnya.

Mendudukkan dirinya disampring lalu meletakkan tasnya keatas meja ia pun berucap, "Kau kenapa jidat?" Tatapan gadis bermata Aquamarin itu terlihat khawatir sekaligus penasaran.

Ino menepuk pundak temannya yang sedang asik menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya, "Kai sakit Jidat?" Dan seseorang yang ia panggil Jidat itu menggelengkan kepalanya. Ia berucap masih dengan posisi yang sama, tanpa sedikitpun balas menatap perempuan yang telah bertanya.

"Ie."

"Benar begitu, Sakura?" Ino terlihat tidak yakin dengan jawaban pendek yang diberikan sahabat pinknya, ia sangat tau, jika Sakura Sudah seperti ini maka pasti ada hal yang telah terjadi dan disembunyikan darinya.

Sakura bergumam kecil serta mengangguk tanpa sedikitpun mengangkat wajahnya. Harinya matanya sangat mengantuk, dan ia sekarang sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Entah itu hantu yang tak diundang maupun sahabatnya sendiri. Satu hal yang sangat ia inginkan saat ini ialah, tidur.

Ino menyerah, ia menghela nafas lelah lalu berdiri dari tempat duduknya. Ia memutuskan untuk membiarkan sahabatnya ini. Jika memang keadaannya benar baik-baik saja seperti yang gadis itu katakan, ia tidak akan berbuat apapun. Meskipun dalam hati ia tahu, pasti ada suatu hal yang sedang mengganggu Sakura sekarang. Ia memilih diam dan menunggu hingga temannya itu mau membaginya.

You Are DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang