"Gue pernah kehilangan, dan itu rasanya sakit banget."
Pagi hari tidak secerah seperti biasanya, langit begitu gelap. Membuat siapapun menjadi malas untuk beranjak dari kasurnya, sama halnya seperti Dara. Dengan pakaian rapi khas anak sekolahannya ia masih saja enggan untuk beranjak dan berangkat sekolah.
"Duh, gue males banget pergi sekolah. Rasanya pengen cuti aja deh, ih malah bulan ini gak ada tanggal merah lagi." Desis Dara kesal.
Beda halnya dengan cowok satu ini, yang selalu siap berangkat sekolah. Tak perduli hujan akan turun, bahkan jika badai menerjangpun ia rela pergi sekolah. Karena baginya sekolah adalah surga dunia.
"Assalamualaikum calon mertu Arka," Mala mama Dara menatap aneh ke arah Arka yang tiba-tiba saja memanggilnya Calon mertua, biasanya Arka itu selalu manggil Mala dengan sebutan Mantu Macan yang sampai sekarang belum diketahui kepanjangannya.
"Wa'alaikumsalam, kesambet apa Ka? Kamu lagi gak salah minum racun kan?"
"Ck, Mantu Macan mah suka begitu. Bikin baper aja,"
"Ka?" Arka menetap Mala polos.
"Kamu sakit?" Mala menempelkan punggung tangannya dikepala Arka. "Gak panas, tapi kok.." Mala membuat tanda silang di keningnya yang artinya sinting. Cowok itu hanya tersenyum tampan yang membuat malah bergidik ngeri dan langsung menarik Arka masuk untuk ikut sarapan bersama.
"Dajooo...," Mala menutup telinganya ketika mendengar teriakan Arka yang begitu memuakkan, jangan tanya seperti apa suaranya ketika berteriak. Macan saja enggan mendengar teriakannya apa lagi raja hutan?
Mala mendelik kepada Arka, karena pasalnya cowok itu teriak tepat ditelinga Mala.
"Piss, Mantu Macam gak boleh nangis. Ntar gak syantik lagi deh, trus Oom gak syinta lagi deh sama Mantu Macan." Mala pergi meninggalkan Arka dalam kesunyian meja makan, membiarkan cowok itu mesem-mesem seperti orang gila dijalan.
"Sendiri lagi, sendiri lagi. Pagi-pagi gue udah ditinggalin lagi." Arka menyanyi dengan suara lirih.
Dara dan Barka yang baru saja keluar dari kamar mereka menatap Arka dengan aneh. Dara mendumel melihat tingkah Arka yang sudah seperti orang gila, sedangkan Barka menatap jijik sahabatnya yang sudah mirip mimi peri yang kurbel.
Mata Arka berbinar ketika melihat Barka dan Dara. "Subhanaallah, sunggu cantik bidadari ku ini." Kening kakak beradik itu mengerut sambil menatap satu sama lain.
"Maksud Lo?" Tanya keduanya.
"Lo gak peka? Aduh Dajo, lo gak minum TTD lagi ya?" Dara menggeleng.
"Pantesan Lola," mata Dara melotot tak terima dibilang Lola.
"Apa lo bilang?" Desisnya, Barka tertawa jahat tanpa suara sambil bergumam.
"Rasain lo," gumam Barka tanpa suara. Arka tersenyum polos lalu menusuk-nusuk pipi Dara dengan jari telunjuknya. Cewek itu menepis kasar telunjuk Arka lalu berkacak pinggang.
"Bu..bukan gitu, Ra lo kalau marah makin cantik. Gue jadi.. takut," Arka lari menyusul Barka yang sudah duduk manis sambil bermain handphonenya.
"Njir.. Lo bukannya bantuin malah dibiarin."
"Kurbel lo, gak dapet jatah apa?" Barka meletakkan handphonenya ketika melihat sang mama sedang menuju ke meja makan dengan membawa gelas berisi susu.
Driitt...
"Jangan marah-marah atuh neng, ntar cantiknya luntur." Dara mendelik kesal.
Barka tertawa dan menepuk-nepuk bahu Arka. "Untung kenal, kalau gak habis lo." Gumamnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOMBLO
Teen FictionCerita diprivat secara acak, follow dulu baru baca!! Jomblo sejak lahir tak membuat gadis ini malu ataupun minder. Bukannya tidak ada yang mau dengannya, hanya saja ia merasa berpacaran itu tidak terlalu penting. Selagi tidak ada undang-undang yang...